Ironi Duka
Yang jadi pertanyaan, kenapa audiens sidang bisa tertawa bergemuruh dan bersorak sore ? Padahal Hakim belum mengetok palu keputusan memenangkan Pegi Seiawan. Berart penyebab situasi yang tercipta sangat original sekali sisi manusiawinya. Apalagi ini bukan acara lawak Stand Up Comedy yang memang sengaja  dipancing-pancing untuk tertawa !
   Ini benar-benar aneh. Sebab penasehat hukum juga melontarkan pernyataan dan pertanyaan dengan serius sekali. Saksi Ahkli juga dengan penuh keseriusan menjawabnya. Sebab ini bukan masalah yang main-main, sidang di pengadilan.Tapi kok bisa sorak tawa gemuruh gembira ceria seperti itu ?! Berarti bukan joke-joke omongan yang lucu yang membuat mereka tertawa dan bersorak, melainkan lebih bersifat substantif isi namun penuh ironi.
   Ya, betul-betul ironi ! Pegi alias Perong jelas bukan Pegi Setiawan. Rambut keriting jelas bukan rambut lurus. Banjarwinangun jelas buka Kepompongan. Kec. Bulu jelas bukan Kec. Talun. Tangkap dulu baru cari barang bukti, jelas " sungsang balik " dengan cari bukti dulu baru tangkap ! DPO tiga orang, jelas bukan satu orang. Delapan tahun menghilang, tiba-tiba begitu gampang banget ditangkap ge-pe-el alias gak pake lama ! Maunya cepet-cepet bisa nangkap DPO yang sudah delapan tahun menghilang agar dapat pujian kerjaanya sigap dan cepat, e ...... malah salah tangkap sehingga yang didapat hujatan ( mungkin pemecatan ? ). Semua itu ironi bagi Polda Jabar, alih-alih menyelesaikan masalah, malah GATOT = Gagal Total dan fatal )