Dan masih banyak lagi cerita -- cerita hubungan impersonal yang menjadi persahabatan akrab seperti itu. Bahkan sebagian diantara pedagang juga ada perkumpulan arisan. Bila mereka punya hajat, juga saling mengundang.
   Tapi yang sangat menyentuh hati, ketika kami membeli kueh apem pada seorang ibu si mbok tua. Oh ya, salah satu ciri khas pasar tradisional adalah masih adanyan ibu-ibi atau simbok -- simbok tua yang menjadi pedagang, terutamapedagang jajanan pasar tradisonal, seperti apem, lapis, cethil dan sebagainya. Waktun itu kami mendatangi si mbok pedagang kueh apemyang dulu sering kam mampir membelinya, dia bilang begini ;
   " Sekarang sudah jarang kemari ya bu, tidak seperti dulu ? " keluhnya
   " Ya mbok, sejak bapak tiada jarang kemari untuk membeli apem kegemaran bapak ." jawab istriku.
   Dalam hati aku berdo'a, semoga dagangan simbok itu tetap laris walaupun kami sudah jarang membeli lagi. Begitulah, pasar tradisional punya banyak kenangan hubungan impersonal yang menjadi personal yang tak mungkin bisa ditemui di pusat -- pusat perbelanjaan modern seperti mal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H