Untuk informasi saja, group dimana berita itu beredar adalah group yang isinya semua, iya, semua, adalah orang- orang yang berpendidikan tinggi. Pendidikan terendah anggota group itu adalah sarjana. Dan bukan sarjana dari sekolah ecek- ecek, tapi sarjana dari universitas top rank. Jangan tanya ada berapa Master dan Doktor yang jadi anggota di situ. Banyak.
Itu dari segi pendidikan.
Dari segi pekerjaan, sebelah tangan tak akan cukup untuk menghitung berapa jumlah petinggi perusahaan, pejabat di sebuah instansi, BUMN, dan beragam jabatan mentereng lain disitu. Buanyaakkk.
Pengunggah daftar itu, adalah salah satunya. Pendidikannya sangat tinggi, jabatan dalam pekerjaannya juga.
Dan.. hari gini, dia masih dengan entengnya menyebarkan berita semacam itu?
Duh, halloooooo. Aku benar- benar berpikir, rupanya, memang masih panjang jalan bagi para perempuan di negeri ini, untuk sekedar bisa diperlakukan dengan baik. Tidak dilecehkan. Tidak semata dianggap sebagai objek. Diperlakukan sebagai manusia, yang punya otak, punya hati.
Dan dipahami keberadaannya.
Iya. Keberadaannya.
Sebab, itu sebetulnya sesederhana menyadari bahwa paling sedikit separuh dari anggota group itu juga perempuan. Yang bisa baca. Bisa mikir. Bisa merasa.
Perempuan di group itu juga, termasuk, ada single parent.
Jika ada orang yang dengan ringan bisa menyebarkan berita serupa itu tanpa berpikir bahwa hal tersebut akan menyebabkan (sebagian, mungkin memang tidak semua) para perempuan di group meradang, memang lalu mesti dipertanyakan seperti apa faham yang dianutnya.