Kuketikkan beberapa kalimat tanggapan. Kukatakan bahwa pengunggahan daftar nama "janda korban bencana gempa dan tsunami" itu sungguh cerminan tidak adanya empati. Dan jelas menunjukkan cara pandang yang menempatkan perempuan sebagai objek semata.
Kukatakan, jika daftar ini serius, pemilihan waktu diedarkannya di tengah bencana yang belum sepenuhnya teratasi, sungguh tidak tepat. Jika daftar itu main- main, maka terang benderang, itu pelecehan.
Aku sedemikian kesalnya sehingga aku berniat menelepon nomor- nomor dalam daftar itu secara random, untuk mengetahui apakah daftar itu valid atau bohong. Hal yang akhirnya tak jadi kulakukan sebab seorang kawan lain sudah menulis berita di group. Katanya, " Sudah saya kontak hampir seluruh nomor. Semuanya tidak bisa dihubungi. Hoax, ah. "
Hmm.
 " Jadi bohong ternyata, ya? Jadi.. ini pelecehan, kan? ," kataku.
Aku geram sekali.Â
Kukatakan sekali lagi pendapatku disana.
Jikapun daftar itu benar, caranya saja sudah kurang baik. Nama- nama perempuan dan nomor telepon dipublikasikan secara luas, ketika orang- orang itu sedang terkena bencana.
Apakah rumahnya masih ada atau tidak, kita tak tahu. Berapa banyak keluarganya yang jadi korban, kita juga tak tahu. Apakah di hari- hari ini dia cukup makan, atau sedang kelaparan, kita juga tidak tahu.
Bisa dibayangkan, dalam situasi berduka, nomornya tersebar, dan berapa banyak orang yang akan menghubunginya? Orang- orang dengan pikiran, kelakuan, sifat, tingkah laku yang beragam?
Yang bener aja !