Lalu tiba- tiba sekarang sekolah ini akan harus menerima murid dengan rentang kecerdasan dan prestasi akademik yang berbeda dari sejarah panjang sekolah ini. Profil murid yang berbeda. Peer presure yang juga pasti akan berubah. Guru- guru tentu harus menyesuaikan diri. Dan kesiapan guru secara mental untuk mengajar murid- murid dengan profil yang berbeda ini, pasti akan mempengaruhi suasana belajar dan mengajar di sekolah.
Maka muncullah kegamangan itu.
Sebaliknya perubahan yang mungkin akan besar juga akan dihadapi para guru di sekolah yang tadinya profil muridnya ada di ranking (ter)bawah secara akademik. Sebab sekolah- sekolah ini juga akan kebagian murid- murid cerdas yang berlari cepat.
Dan padahal, menangani murid- murid serupa ini juga tidak mudah. Murid- murid cerdas, tidak semua mudah ditangani. Banyak yang sangat kritis, banyak yang (tampak seperti) pembangkang atau acuh tak acuh. Banyak yang mempertanyakan semua hal dari A sampai Z. Â Perlu keahlian dan kesabaran tersendiri untuk menangani murid macam ini agar potensi terbaik merekalah yang keluar, dan bukan malah jadi mogok sekolah sebab bosan, sebal, tidak tertarik sekolah dan sebagainya..
***
Kesan kami terhadap kegemasan dan kekhawatiran guru- guru di SMA favorit yang kami datangi itu ternyata lalu dikuatkan oleh cerita seorang kawan, yang suaminya mengajar di SMP favorit di ibukota provinsi. Di ibukota provinsi, aturan soal jarak ini sudah lebih dulu diterapkan sejak beberapa tahun yang lalu, walau belum seketat tahun ini. Dan konon katanya, beberapa tahun belakangan setelah adanya penerapan aturan tersebut, guru- guru di sekolah favorit juga banyak yang jadi 'lemes, nggak semangat ngajar'.
Pasalnya? Ya itu. Karena rentang kemampuan murid yang sangat beragam itu, gurunya jadi bingung mau mengajar dan membuat standar di level yang mana. Dibuat tinggi, ada yang tak bisa menjangkau. Dibuat rendah, ada yang jadi bosan.
Belum lagi soal keterlibatan orang tua. Sejarahnya, di sekolah- sekolah favorit itu, keterlibatan orang tua terhadap urusan kejuaraan, lomba- lomba, kegiatan ekstra yang akan mengharumkan nama sekolah dan mengangkat prestasi murid, itu sangat tinggi. Sementara dengan profil murid yang lebih beragam sekarang, tidak demikian yang terjadi. Jadi, lebih sulit untuk membuat program- program semacam ini.
Nah.. maka, menurutku, peraturan baru soal jarak, zonasi, rayon ini, juga sedikit banyak akan menjadi ujian bagi para guru, selain bagi sebagian murid yang selama ini biasa bersekolah di sekolah dengan rentang kemampuan yang seragam, hampir setara dalam rentang variasi yang sempit.
***
Dalam hal ini, aku bersyukur bahwa kebetulan putra bungsu kami, sejak SD hingga SMP kemarin, bersekolah di sekolah swasta yang justru sejak awal tidak menyaring kemampuan murid dari kecerdasan ataupun kemampuan akademik.