Anakku memang akan menginap di rumah kenalan baik keluarga kami yang dipanggilnya budhe itu. Dan begitulah, dari jarak belasan ribu kilometer, kupantau perjalanan anakku sejak mulai berangkat, hingga tiba di rumah kenalan baik kami itu melalui kabar dari Line yang secara teratur dikirimkannya.
Dia tiba dengan selamat disana. Kami lega.
Nah, sedikit ‘masalah’ timbul melihat perjalanan pulang dari kota yang dikunjunginya ke kota tempat tinggal dimana dia kuliah sekarang.
Bus yang ditumpanginya akan tiba jam 4 pagi di kota tempat tinggalnya.
Hmmm.. jam 4 pagi?
“ Berapa jauh terminal bus-nya dari asramamu? “ itu pertanyaan pertamaku padanya ketika kuketahui jadwal itu.
“ 10 menit jalan kaki, “ jawab putriku.
Oh, tak terlalu jauh, rupanya. Tapi.. walau tak terlalu jauh, tetap saja, pertanyaan yang muncul di kepalaku adalah, amankah seorang anak perempuan berjalan kaki sendirian pada jam 4 pagi seperti itu disana?
Jadi, kuminta anakku untuk menanti hingga terang tiba. “ Tunggulah di tempat perhentian bus itu dulu sampai sudah agak terang sekitar jam 6 pagi, ya, “ kataku, “ Jangan nekad jalan kaki sendirian gelap- gelap jam 4 pagi.. “
Tapi percakapan kami diinterupsi oleh ayahnya. Suamiku.
Kata ayahnya, “ Kotamu itu aman nggak, Nduk ? “