Terbukti kemudian, kasur yang tersisa yang justru tak dipilih oleh jamaah lain itu nyaman. Lokasinya ‘terkunci’ di antara susunan kasur lain sehingga tak terlalu banyak orang lalu lalang di depan kami. Selain itu, ada AC yang berfungsi baik persis di hadapan kasur tersebut, yang terus menerus menebarkan kesejukan.
Dan oh, entah kebetulan atau tidak, tapi ternyata deretan kasur yang terdekat dengan AC yang tidak berfungsi baik itu justru diisi oleh orang- orang yang sangat pemilih, yang justru sejak awal berusaha mencari posisi paling enak di tenda. Orang- orang yang justru sebelumnya bahkan selama di Madinah dan Mekah juga sudah sering mengeluhkan ini dan itu tentang akomodasi.
Selain ternyata AC-nya tidak dingin, selama di Mina lokasi kasur mereka juga sering sekali menjadi tempat lalu lalang orang lewat. Ini jelas mengurangi kenyamanan. Maka bisa diduga, selama di Mina, terus terdengar keluhan dan protes mereka...
***
Kuperhatikan semua yang terjadi. Kembali, kuresapkan semuanya ke dalam hati.
Sekali lagi aku berpikir, manusia bisa ingin mengatur ini dan itu, tapi Allah-lah yang mengatur segalanya. Siapa sangka, apa yang dipilih itu ternyata tak berujung seperti harapan, sementara yang tak memilih malah memperoleh kenyamanan?
Di Mina itulah, ketika aku bisa tinggal di tenda yang nyaman, dengan makanan dan minuman berlimpah, ternyata kudapati ada banyak jamaah haji yang tidur sekedarnya di trotoar di tepi jalan,di dekat deretan tenda nyaman kami, demi berada dekat dengan lokasi untuk melempar jumroh.
p.s. Tulisan terkait:Â Suatu Pagi di Mina, Ketika Diri ini Terasa Begitu Kecil (Refleksi dari Perjalanan Haji)