PASRAH.. pasrah.. pasrah.
Ikhlas.. ikhlas.. ikhlas.
Itu adalah hal- hal yang senantiasa kuingatkan pada diriku sendiri selama menunaikan ibadah haji, dua tahun yang lalu.
Telah kubaca banyak cerita. Telah kudengar banyak riwayat.
Ibadah haji merupakan ibadah dimana jutaan orang berkumpul pada suatu waktu tertentu di tempat yang sama. Bisa dibayangkan suasananya.
Maka kuingatkan diriku sendiri, untuk fokus pada tujuan keberangkatan kami – aku dan suamiku – ke Tanah Suci. Niat kami beribadah. Itu saja. Sepanjang tujuan beribadah itu tercapai, aku sudah akan mensyukurinya. Semua yang lain diluar itu, aku upayakan agar tak terlalu menjadi pikiran.
Jenis makanan, kendaraan, fasilitas, tak lagi menjadi pikiranku.
Dan itulah yang aku lalukan setibanya di Tanah Suci, bahkan sejak mendarat di Madinah.
Soal makanan misalnya, aku tak pernah mau repot- repot memusingkan jenis makanan, atau antri makanan. Tak pernah berminat untuk hadir di ruang makan lebih awal agar menu masih lengkap.
Aku berangkat ke ruang makan sesempatnya saja. Dan faktanya, makanan itu toh selalu ada tersedia. Dengan beragam macam bentuknya.
Tak pernah juga kucela jenis atau rasa makanan itu. Aku memilih apa yang kira- kira sesuai dengan lidahku. Yang tak sesuai, tak kuambil. Begitu saja. Toh dengan cara itupun, masih sangat banyak jenis makanan yang bisa kunikmati.
![food-mina-rumahkayu-57d042f58f7a6102516ba050.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/09/07/food-mina-rumahkayu-57d042f58f7a6102516ba050.jpg?t=o&v=770)
Aku juga tak lagi berhitung, akan berapa lama perjalanan ditempuh, misalnya. Secara mental sudah kusiapkan bahwa ada saat- saat dimana begitu banyak orang bergerak ke arah yang sama, maka kemacetan pastilah terjadi.
Ada insiden ketika bus kami menabrak bus yang berada di depan kami saat kami dalam perjalanan dari Madinah menuju Mekah. Kuterima saja kejadian itu. Alhamdulilah kami semua selamat. Saat tabrakan itu terjadi, kaca belakang bus di depan kami hancur tapi bus kami sendiri utuh.
Tentu saja perjalanan menjadi terhambat. Kami harus berhenti terlebih dahulu ketika insiden itu diperiksa oleh para petugas. Tapi kunikmati saja itu sebagai rehat. Saat menanti, kami turun dari bus dan berjalan- jalan sedikit melemaskan kaki.
***
Bagiku sendiri, menurunkan harapan yang hubungannya dengan akomodasi, makanan, transport dan sebagainya itu sungguh menimbulkan efek baik. Sebab hal tersebut menghemat energi. Mengurangi keluhan, dan menimbulkan banyak rasa syukur jika ternyata apa yang diperoleh itu bagus.
Kembali ke cerita tentang Mina, dan Arafah...
Di Mina dan Arafah, kami akan tinggal di dalam tenda.
![tenda-arafah-2014-rumahkayu-57d042be5a7b61b941579ddd.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/09/07/tenda-arafah-2014-rumahkayu-57d042be5a7b61b941579ddd.jpg?t=o&v=770)
Aku, sekali lagi, tak hendak berebut. Bagiku, sepanjang masih mendapatkan kasur, aku akan bersyukur. Itu saja.
Walau, bukan tak ada kekhawatiran. Bukan tentang akomodasi, tapi... sejujurnya, ada sekelompok jamaah dalam rombongan yang menurut pendapatku ketika itu terlalu ‘ramai dan hura-hura’. Juga terlalu banyak complaint ini dan itu. Banyak hal yang tak kusetujui dari sikap dan pendapat mereka.
Padahal, sungguh aku tak ingin ada pertengkaran serta  perdebatan selama berada di Tanah Suci. Sebab itu akan mengganggu hatiku. Akan mengurangi kekhusyukanku beribadah.
Selama berada di Madinah, Mekah, dan juga di apartemen transit, agak mudah menghindari  jamaah semacam itu. Sebab kami tak selalu bersama sama. Kami ada di kamar- kamar yang berbeda. Ketika berada di acara bersama atau di ruang untuk umum, kami bisa memilih tempat yang tak terlalu berdekatan.
Tapi di tenda, bagaimana menghindarinya? Tenda itu kecil, tanpa sekat, maka Jika letak kasur kami kebetulan berdekatan, selama berhari- hari aku akan dikelilingi hal- hal yang tak kusetujui itu.
Duh!
![tenda-tenda-di-padang-arafah-57d0b3e440afbd6d7ff87b4b.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/09/08/tenda-tenda-di-padang-arafah-57d0b3e440afbd6d7ff87b4b.jpg?t=o&v=770)
Tapi kembali, kupasrahkan saja tentang apa yang akan terjadi pada Dia Sang Maha Cinta.
Aku berdoa dalam hati, semoga Dia mengijinkan hari- hari yang akan kujalani di Mina dan Arafah dilalui dengan mudah dan menyenangkan. Semoga aku dikelilingi oleh orang- orang yang sabar dan menyejukkan hati.
Begitu saja pintaku padaNya.
Dan..
Sekali lagi Dia yang Maha Baik menunjukkan kemurahanNya.
Setiba di Mina, aku merupakan satu dari beberapa orang yang terakhir masuk ke dalam tenda. Sebab seperti biasa, aku turun perlahan- lahan saja dari bus. Lalu kemudian, saat hendak menyeberang jalan, aku dan suamiku berjalan bersama satu nenek sepuh berusia sekitar sembilan puluhan tahun.Â
Putra nenek tersebut yang juga serombongan dengan kami masih sibuk menurunkan beberapa barang dari bus. Maka dengan sebelah tangan suamiku menggandeng nenek tersebut, sementara tangannya yang lain menggandengku kami ketika menyeberang jalan menuju tenda.
Ketika kami masuk ke dalam tenda, hampir semua kasur sudah berpenghuni. Kami akan harus mengambil apapun yang tersisa, tak bisa memilih lagi. Tapi…
Begitulah.
Allah Maha Mengatur.
![kasur-di-tenda-mina-rumahkayu-57d04623589373ee74e3cd0b.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/09/07/kasur-di-tenda-mina-rumahkayu-57d04623589373ee74e3cd0b.jpg?t=o&v=770)
Maka, damailah hari- hariku di Mina (dan juga, kelak, di Arafah), bahkan tanpa aku harus berebut.
Nenek yang kuceritakan ini berpembawaan periang, gigih sekaligus easy going, dan mudah tertawa. Sementara jamaah lain yang sudah kukenal sejak di tanah air itu penyabar. Selama di Mina, dan beberapa hari kemudian di Arafah, kasurku terapit oleh kedua orang tersebut. Hatiku damai, tenang, tak terganggu oleh kerusuhan yang tak perlu.
![pendingin-udara-di-arafah-rumahkayu-57d0b977ed9273675c37e46c.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/09/08/pendingin-udara-di-arafah-rumahkayu-57d0b977ed9273675c37e46c.jpg?t=o&v=770)
Lalu bagaimana tentang lokasi kasur? Adakah kasur yang seadanya dan tak kami pilih lokasinya itu tak enak letaknya?
Oh tidakkk, malah sebaliknya.
Terbukti kemudian, kasur yang tersisa yang justru tak dipilih oleh jamaah lain itu nyaman. Lokasinya ‘terkunci’ di antara susunan kasur lain sehingga tak terlalu banyak orang lalu lalang di depan kami. Selain itu, ada AC yang berfungsi baik persis di hadapan kasur tersebut, yang terus menerus menebarkan kesejukan.
![suasana-di-arafah-2014-rumahkayu-57d045e140afbdbd6faa0045.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/09/07/suasana-di-arafah-2014-rumahkayu-57d045e140afbdbd6faa0045.jpg?t=o&v=770)
Dan oh, entah kebetulan atau tidak, tapi ternyata deretan kasur yang terdekat dengan AC yang tidak berfungsi baik itu justru diisi oleh orang- orang yang sangat pemilih, yang justru sejak awal berusaha mencari posisi paling enak di tenda. Orang- orang yang justru sebelumnya bahkan selama di Madinah dan Mekah juga sudah sering mengeluhkan ini dan itu tentang akomodasi.
Selain ternyata AC-nya tidak dingin, selama di Mina lokasi kasur mereka juga sering sekali menjadi tempat lalu lalang orang lewat. Ini jelas mengurangi kenyamanan. Maka bisa diduga, selama di Mina, terus terdengar keluhan dan protes mereka...
***
Kuperhatikan semua yang terjadi. Kembali, kuresapkan semuanya ke dalam hati.
Sekali lagi aku berpikir, manusia bisa ingin mengatur ini dan itu, tapi Allah-lah yang mengatur segalanya. Siapa sangka, apa yang dipilih itu ternyata tak berujung seperti harapan, sementara yang tak memilih malah memperoleh kenyamanan?
![jamaah-haji-tidur-di-trotoar-rumahkayu-57d0426782afbdf875a8da91.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/09/07/jamaah-haji-tidur-di-trotoar-rumahkayu-57d0426782afbdf875a8da91.jpg?t=o&v=770)
Di Mina itulah, ketika aku bisa tinggal di tenda yang nyaman, dengan makanan dan minuman berlimpah, ternyata kudapati ada banyak jamaah haji yang tidur sekedarnya di trotoar di tepi jalan,di dekat deretan tenda nyaman kami, demi berada dekat dengan lokasi untuk melempar jumroh.
![tenda-di-sekitar-terowongan-mina-rumahkayu-57d0b88ed493735a3e5b5588.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/09/08/tenda-di-sekitar-terowongan-mina-rumahkayu-57d0b88ed493735a3e5b5588.jpg?t=o&v=770)
p.s. Tulisan terkait:Â Suatu Pagi di Mina, Ketika Diri ini Terasa Begitu Kecil (Refleksi dari Perjalanan Haji)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI