Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menolak Rumah Pemberian Orang Tua

1 November 2015   00:19 Diperbarui: 1 November 2015   23:33 5024
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu tahun pertama dalam pernikahan kami, kami mengontrak rumah. Lalu tahun berikutnya, kami membeli rumah mungil yang menjadi rumah kami yang pertama. Kemudian, kelak sekian tahun berikutnya, tabungan kami cukup untuk membeli lahan yang akan bisa kami bangun menjadi rumah yang lebih luas dengan halaman yang luas pula.

Ketika pembicaraan tentang akan membangun rumah kedua itu terjadi, sekali lagi, ayahku yang mendengar rencana itu mengatakan, “Nanti Bapak kasih uang ya, buat tambah- tambah bangun rumahnya. “

Kali itu, suamiku tak mengatakan apa- apa. Tidak meng-iya, tidak pula menolak. Tapi, aku tahu, walau tak terucap, sebenarnya dia tetap lebih ingin rumah itu dibangun dengan upaya kami berdua suami istri saja, tanpa bantuan dari siapapun.

Dan Dia Yang Kuasa, Sang Maha Cinta, sepertinya kemudian turut campur dalam proses ini.

Saat kami membicarakan pembangunan rumah itu, ayahku memang memiliki simpanan uang yang memadai untuk diberikan pada kami saat kami membangun rumah kelak.

Kemudian ada beberapa hal yang terjadi yang menyebabkan rencana pembangunan rumah kami tertunda selama beberapa saat, dan pada saat bersamaan uang simpanan ayahku itu dipergunakan dulu untuk hal lain. Lalu yang kemudian terjadi adalah ketika akhirnya rumah kami itu dibangun,  justru selama beberapa bulan saat dimulai hingga usainya pembangunan rumah, dana itu tak ada di tangan ayahku.

Anehnya.. segera setelah kami, aku dan suamiku, selesai membangun rumah kami yang kedua itu, rumah cukup luas dengan halaman luas yang kami tempati hingga saat ini, ayahku memiliki lagi di tangannya cukup dana sejumlah yang tadinya diniatkan untuk diberikan pada kami sebagai sumbangan saat kami membangun rumah. Tapi sumbangan itu tak lagi bisa diberikannya sebab rumah itu sudah usai dibangun.

Maka, niat baik ayahku (sampai hari ini aku tetap menganggap niat ayahku itu baik dan tulus), tak bisa terlaksana. 

Ah.

Ini cerita yang selalu membuatku terharu.

Ada dua lelaki baik yang hadir dalam hidupku. Ayahku dan suamiku. Keduanya, dengan caranya sendiri- sendiri ingin sekali memiliki andil dalam menghadirkan rumah yang nyaman bagi keluarga kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun