Lalu, makannya bagaimana?
Kalau perlu ke kamar mandi, bagaimana ?
Ya Allah... Ya Allah... Betapa aku bersyukur dan berterimakasih untuk semua kemudahan yang diberikan itu. Namun tak berarti, hatiku tak tersayat. Bayangan orang- orang yang tendanya terlalu jauh untuk ditempuh pulang pergi itu terus memenuhi pikiranku.
Dan pagi itu, sehari setelah Idul Adha, aku berdiri di jalan di depan tendaku, tergugu...
Sungguh tak tahu apa yang harus dan bisa kulakukan.
Sampai kemudian kusadari, banyak dari mereka yang lewat itu jalan melenggang kaki. Benar- benar 'cuma bawa badan aja', tak ada apapun lagi.
Oh.. barangkali ternyata, ada juga yang bisa kulakukan, pikirku.
Aku berlari masuk ke kompleks deretan tendaku.
Walau kusadari sepenuhnya, apa yang akan kulakukan itu seperti menggarami lautan. Tak akan terlalu banyak berarti. Tak akan terasa. Diantara jutaan manusia yang datang bergelombang menuju tempat jumroh itu, apa yang kuniatkan akan kulakukan sungguh akan seperti setitik debu.
Tapi paling tidak, kulakukan sesuatu, pikirku. Tak mungkin berdiam diri saja.