Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perempuan, Jadilah Kuat, Miliki Kejernihan Hati, Hargai Dirimu Sendiri

23 September 2015   09:18 Diperbarui: 23 September 2015   10:18 591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

" Mereka itu bisa punya otak yang lebih sehat nggak, sih? "

KUTI tersenyum.

" Dee, " katanya, menjawab kalimat yang baru saja diucapkan Dee " Kamu ini lagi sakit, bukannya istirahat, malah ngomel melulu. Sudah, tidurlah sana, " katanya sambil mengulurkan segelas teh manis panas pada istrinya.

Dee menerimanya dengan senang hati. " Terimakasih ya, " katanya sambil mengamati uap mengepul dari gelas di tangannya. Senang karena teh manisnya, dan senang pula karena tahu, ada cinta dan perhatian yang diberikan dibalik dibuatkannya minum oleh suami saat dia sedang sakit begitu.

" Kamu kerja di rumah hari ini? " tanya Dee.

Kuti mengangguk.

Pekerjaannya memang memungkinkan dia untuk kadang- kadang dilakukan secara remote. Dia bisa bekerja di rumah jika dibutuhkan. Dan karena Dee sedang sakit, dia melakukan hal itu hari ini.

Dee menghirup teh-nya sedikit demi sedikit.

" Nanti aku mau nulis, ah, " kata Dee.

" Dee, " jawab Kuti, " Istirahat, bukan ngeblog. "

Dee tertawa.

Duh iya, waktunya koq tidak tepat sekali. Dia sakit, tapi dia sungguh- sungguh ingin mengeluarkan apa yang ada di kepalanya.

Ya sudahlah.

Dee berbaring lagi.

Kuti mengamati istrinya.

Dee ini kadang memang susah diatur. Yaaa, bandel- bandel amat juga tidak, tapi.. begitulah.

Kuti teringat apa yang terjadi dua hari yang lalu..

Mereka baru saja pulang dari dokter waktu itu. Dee demam sudah beberapa hari dan akhirnya memutuskan untuk ke dokter agar mendapat obat. Dia baru saja minum obat, lalu berbaring dan iseng- iseng menggunakan smartphone-nya untuk membaca beberapa tulisan di blog keroyokan dimana mereka biasa menulis.

Dan lalu terjengkat.

Kuti melihat dengan jelas, betapa Dee marah sekali.

" Tolong, pinjam laptopnya sebentar, " kata Dee pada Kuti.

Kuti menyerahkan laptop yang sedang dipegangnya, yang rupanya digunakan Dee untuk menulis komentar. Sambil gemetaran.

Kuti yang tak tahu apa yang terjadi, mengintip apa komentar yang ditulis Dee. Kenapa dia sampai marah begitu?

Kuti melihat Dee mengetik cepat dalam huruf kapital. Wah. Huruf kapital? Dee pasti sudah marah sekali. Bertahun- tahun ngeblog, baru kali ini Kuti melihat Dee menulis komentar menggunakan huruf kapital.

Lalu, dilihatnya air mata bercucuran turun di wajah istrinya. Lalu...

Dee mengembalikan laptop Kuti. " Ini, " katanya, " Mau dipakai kerja, kan? Aku mau nulis, aku pakai laptopku sendiri saja. "

Kuti tahu, Dee tak akan bisa dicegah. Ketika dia membaca deretan kata yang ditulis dalam huruf kapital itu, Kuti tahu, percuma mencegahnya. Dan hari itu, dia melihat Dee menulis sambil menggigil, campuran antara demam dan kemarahan luar biasa, dengan air mata yang terus bercucuran.

Kuti kemudian beberapa kali juga melihat Dee menyusut matanya hari itu, saat membalas komentar.

Dia pahami apa yang terjadi.

Dee mengamuk, sebab ada seorang lelaki menggunakan fakta bahwa seorang perempuan pernah diperkosa untuk menyerang perempuan tersebut, ketika berdebat untuk topik lain yang sama sekali tak ada hubungannya.

Dee memang selalu kesal jika berhadapan dengan lelaki yang suka merendahkan dan melecehkan perempuan. Dan saat itu  rupanya apa yang dia lihat sudah keterlaluan dan melampaui batas kesabarannya...

***

Dari tempatnya berbaring, Dee memperhatikan Kuti.

Tehnya sudah habis. Dia sudah makan sup hangat, sedikit. Dan roti, juga sedikit. Dia masih kehilangan nafsu makannya.

Kuti tampak berkonsentrasi pada pekerjaannya. Dia mengetik cepat. Berhenti sekali- sekali, sambil membaca kertas- kertas disamping laptopnya.

Dee tersenyum dalam hati. Entah untuk yang keberapa juta kali sepanjang pernikahannya dengan Kuti, dia bersyukur sebab dikaruniai suami sebaik itu.

Lalu pikirannya mengembara kemana- mana.

Termasuk pada keriuhan yang dilihatnya di blog keroyokan dimana dia biasa menulis. Tentang bocornya sebuah foto yang memuat gambar seorang koruptor kakap sedang kopdar dengan dua orang perempuan yang juga aktif beredar di blog keroyokan itu.

Dee juga sudah membaca, disana- sini banyak blogger di blog keroyokan tersebut sudah menyimpulkan bahwa koruptor kakap tersebut adalah orang yang mengendalikan sebuah akun populer di blog keroyokan itu.

Dee tersenyum dalam hati. Populer, yang bisa diterjemahkan sebagai famous, bisa juga notorious. Populer yang baik atau yang buruk.

Akun kontroversial yang bagi sebagian orang, seperti magnet menarik mereka tak bisa lepas, bagi sebagian orang... Ah. Tentu saja Dee tahu, bahkan sejak lama, banyak yang mengerutkan kening melihat tulisan- tulisan yang tayang di akun tersebut.

Dan Dee teringat lagi...

Hmm..

Ada banyak sekali fans akun tersebut. Diantaranya, para perempuan. Dengan beragam tingkat kekaguman dari ringan hingga fanatik. Dengan berbagai cara menyampaikan puja dan puji setiap saat pada si pemilik akun.

Beberapa diantara perempuan- perempuan itu bahkan luar biasa fanatik hingga tampaknya sampai kehilangan akal sehat dan buta hati. Tak lagi bisa melihat betapa banyak keanehan, missing link, kebohongan, hal- hal yang tidak masuk akal, yang dituliskan oleh pemilik akun itu, baik dalam tulisan- tulisannya maupun komentar- komentarnya disana- sini.

Termasuk perilakunya saat berbeda pendapat.

Dee heran.. Heran.. Heran... Setiap kali nama pemilik akun itu disebut dan jika itu melibatkan perbedaan pendapat, ada banyak perempuan yang bersedia turun tangan menjadi tameng. Pemilik akun-nya bahkan tak perlu muncul sendiri ke permukaan, sudah banyak yang membela.

Ck ck ck... Segitunya !

Dee geleng- geleng kepala.

Beberapa perempuan para fans fanatiknya itu bahkan tak segan menyerang orang lain sampai ke urusan pribadi, melecehkan, sampai menghinakan profesi lawan debatnya dan beragam cara lain untuk membela si junjungan.

Ada juga yang merasa masuk kelompok eksklusif sebab termasuk satu dari sedikit orang yang pernah bertemu muka. Tak sadar dibohongi sebab yang bertemu dengannya itu mungkin orang lain yang dikirim.

Oh oh...

Dan lihatlah sekarang. Lihatlah kemana rasa bangga menjadi bagian dari kelompok ekslusif itu membawa.

Dee selalu kesal dan geram melihat perempuan- perempuan macam ini. Mereka terpukau pada kulit luar, bukan isi. Kekayaan, kegantengan fisik, dan banyak hal lain yang sifatnya kulit. Semu!

Tentu, Dee memahami dan tidak menafikan bahwa hal- hal semacam itu bisa menjadi nilai tambah. Tapi, lebih dari semata bisa melihat kulit, seorang perempuan harus bisa memahami isi. Bisa melihat jauh ke dalam pikiran, ke dalam hati, untuk bisa memberikan gambaran yang sebenarnya dari sosok seorang lelaki.

Dan untuk itu, perempuan tersebut memang harus memiliki standar nilai yang baik. Sebab jika standar nilainya tak baik, bagaimana pula dia akan paham tolok ukur yang benar?

Perempuan juga, harus memiliki kekuatan dan kepercayaan diri dan bisa menghargai diri sendiri. Oh c'mon... masa sih, mau aja menye- menye pada lelaki yang nggak ada harganya sama sekali ?

Perempuan harus punya otak yang sehat. Hati yang jernih. Agar mereka bisa memilih dengan baik. Agar kelak, juga bisa mendidik anak- anaknya baik yang lelaki maupun yang perempuan untuk tumbuh menjadi orang yang cerdas dan baik pula, sehat jasmani dan rohani. Memiliki cara pikir, faham dan nilai- nilai yang positif sebagai dasar hidupnya.

Untuk bisa mempengaruhi lingkungannya, menjadi mata rantai yang akan meembentuk lingkaran lingkungan ber-aura bersih dan positif pula.

Duh, Dee gemas sekali. Dia ingin menuliskan yang ada di pikirannya, tapi, dia memang butuh istirahat. Dan apa kata Kuti tadi? "Istirahat, bukan ngeblog."

Baiklah, pikir Dee, aku mau tidur saja kalau begitu. Dan dia membenamkan kepalanya yang masih berdenyut nyeri ke atas bantal...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun