Beberapa diantara perempuan- perempuan itu bahkan luar biasa fanatik hingga tampaknya sampai kehilangan akal sehat dan buta hati. Tak lagi bisa melihat betapa banyak keanehan, missing link, kebohongan, hal- hal yang tidak masuk akal, yang dituliskan oleh pemilik akun itu, baik dalam tulisan- tulisannya maupun komentar- komentarnya disana- sini.
Termasuk perilakunya saat berbeda pendapat.
Dee heran.. Heran.. Heran... Setiap kali nama pemilik akun itu disebut dan jika itu melibatkan perbedaan pendapat, ada banyak perempuan yang bersedia turun tangan menjadi tameng. Pemilik akun-nya bahkan tak perlu muncul sendiri ke permukaan, sudah banyak yang membela.
Ck ck ck... Segitunya !
Dee geleng- geleng kepala.
Beberapa perempuan para fans fanatiknya itu bahkan tak segan menyerang orang lain sampai ke urusan pribadi, melecehkan, sampai menghinakan profesi lawan debatnya dan beragam cara lain untuk membela si junjungan.
Ada juga yang merasa masuk kelompok eksklusif sebab termasuk satu dari sedikit orang yang pernah bertemu muka. Tak sadar dibohongi sebab yang bertemu dengannya itu mungkin orang lain yang dikirim.
Oh oh...
Dan lihatlah sekarang. Lihatlah kemana rasa bangga menjadi bagian dari kelompok ekslusif itu membawa.
Dee selalu kesal dan geram melihat perempuan- perempuan macam ini. Mereka terpukau pada kulit luar, bukan isi. Kekayaan, kegantengan fisik, dan banyak hal lain yang sifatnya kulit. Semu!
Tentu, Dee memahami dan tidak menafikan bahwa hal- hal semacam itu bisa menjadi nilai tambah. Tapi, lebih dari semata bisa melihat kulit, seorang perempuan harus bisa memahami isi. Bisa melihat jauh ke dalam pikiran, ke dalam hati, untuk bisa memberikan gambaran yang sebenarnya dari sosok seorang lelaki.