Tentang kami. Dan cerita yang tak hanya berisi tawa, tapi juga tangis...
Menyambung kisah tentang kopdar kedua antara dua penjaga gawang blog duet rumahkayu, mari kuceritakan satu hal.
Hal yang sebetulnya tak mudah, dan tak terlalu menyenangkan untuk diceritakan.
Bahwa keputusan mendirikan blog rumahkayu bukan hanya menghasilkan banyak tawa, tapi juga.. sakit hati dan air mata.
Ehm. Tentu saja urusan sakit hati dan air mata itu, mudah diduga, porsi terbesarnya ada pada aku. Bukan pada Fary.
Dia sih, walau juga sering 'jengkel', tapi lebih cool menghadapi semua itu.
Aku sendiri, sebetulnya sudah memutuskan untuk berhenti ngeblog. Baik di beberapa bulan pertama saat aku pertama kali ngeblog di blog solo-ku, maupun di kemudian hari, saat kami telah mendirikan rumahkayu.
Lho, kenapa?
Ha ha ha.
Walau masih juga terasa pahit, tapi kini, sekian tahun berlalu, aku sudah bisa tersenyum sedikit jika mengingatnya.
Kenapa sampai hampir kuhapus blog itu? Sebab ini: ada banyak bully yang ditujukan pada kami saat itu.
Padaku, terutama.
Itu sebabnya di kemudian hari, sering kupatahkan segera komentar seseorang jika kubaca gelagat bahwa jika hal tersebut diperpanjang, maka bully-lah ujungnya nanti.
Karena, sudah cukup banyak aku mengalami itu.
Bullying itu.
Bully yang tanpa terduga, seakan merupakan satu paket dengan ketidaksengajaanku menjadi blogger...
*** [caption id="attachment_267706" align="aligncenter" width="550" caption="Stop Bullying. Gambar: dare.edublogs.org"][/caption]
Tanpa kusadari, sebuah komentarku di suatu blog populer (yang tadinya kumaksudkan sebagai satu- satunya komentar yang akan pernah kubuat) ternyata berujung pada bujukan untuk membuat blog sendiri, baik dari pemilik blog populer itu maupun sesudahnya, dari beberapa pembaca dan komentator lain.
Aku enggan, mulanya.
Waktu sengganggku tak banyak. I have a lot of things already in my plate.
Aku bukan orang yang biasa mengikuti trend pula, jadi walau mulai banyak yang melakukannya, aku tak serta merta tertarik untuk ikut membuat blog.
Jadi begini...
Dasar tulalit, saat menaruh komentarku di blog (yang sekarang sudah mati suri ) yang dimiliki Fary itu, aku tak menyadari bahwa blog itu, dan blogger di baliknya, begitu populer. Ha ha ha.
Aku silent reader blog tersebut. Baca ya baca aja, sama sekali tak terpikir olehku untuk berinteraksi dengan penulisnya dan/atau pembaca yang lain.
Tapi sekian lama kemudian, aku menemukan beberapa hal yang membuatku gemas dan mau tak mau menaruh komentarku disana.
Itu ternyata, akhirnya menjadi a point of no return.
Komentar pertama berlanjut dengan yang kedua, ketiga dan seterusnya sampai akhirnya kubuat blog pertamaku.
Yang sekitar dua bulan sesudah itu benar- benar telah kuputuskan untuk kututup saja...
Sebab bully yang terjadi sudah terlalu menganggu.
Ini bukan duniaku, pikirku. Bukan sesuatu yang dapat kupahami, apalagi kuterima.
***
Baru kusadari belakangan, ikatan yang tak sengaja terbentuk antara blog solo aku, yang isinya banyak juga 'ledekan' terhadap isi blog populer milik Fary, yang mendekatkan kami berdua, ternyata tak disukai banyak orang. Ha ha ha.
Blog Fary, dan blogger di balik blog itu (dia masih menggunakan nama pena, saat itu, nama aslinya belum diumumkan) ternyata memiliki banyak fans sangat fanatik yang bahkan sangat tergila- gila pada tulisannya dan memuja blogger di balik tulisan itu, hahaha.
Nah, sementara itu...
Aku memang komentator error.
Kalau orang lain memuji, aku malah ngeledek.
Kalau orang lain menanti sang empunya blog melanjutkan cerita (fiksi)-nya,aku... malah kubuat cerita sendiri, dengan tokoh utama yang sama tapi cerita yang kujungkir balikkan. Dan kulakukan itu di...kolom komentar blog populer tersebut.
Ha ha ha.
Tulalit.com, kan?
Lalu kemudian kubangun blog solo-ku. Tak sepopuler blog Fary, tentu saja. Tapi cukup memiliki beberapa pembaca setia juga.
Kejahilanku tak berhenti. Ha ha ha.
Sering sesaat setelah Fary menayangkan tulisan terbarunya, kubuat tulisan dengan judul serupa, dengan isi yang jauuhhhhh berbeda.
Eh.. tapi aku bukan hanya melakukan kejahilan koq. Aku menulis sendiri juga. Maksudku, aku juga sering menulis sesuatu yang tak ada kaitannya dengan apa yang ditulis Fary.
Tulisan- tulisan pendek, dengan bahasa sangat singkat yang bisa diselesaikan dalam 10-15 menit saja dan seringkali kutulis dalam perjalanan berangkat ke kantor.
Ada banyak yang terpikat, tapi tak kurang yang mulai menghujamkan belati dan menebar racun.
Para fans fanatik blog populer yang merasa keasyikannya 'terganggu' terutama.
Dan tak sanggup kuhadapi semua itu.
Aku sedih. Tapi tak kan pernah kuijinkan orang lain merusak hidupku.
Bohong besar jika ada yang mengatakan apa yang terjadi di 'dunia maya' itu tak berdampak pada dunia nyata. Sebab bagiku, tak ada yang dinamakan dunia maya itu.
Blog, internet, itu dunia nyata. Ada manusia yang menulis semua itu. Ada hati yang akan gembira atau terluka.
Maka sebab merasa tak bisa menghadapi, kuputuskan untuk berhenti.
Tak kubuat pengumuman tapi kutuliskan cerita yang berbau perpisahan di blog soloku.
Beberapa orang yang sangat peka mulai merasa, dan menghubungiku secara pribadi. Menanyakan mengapa muncul topik serupa itu. Kukatakan, aku akan berhenti ngeblog.
Bujukan kuterima untuk tak melakukan itu. Untuk tak berhenti dan tetap menulis.
Tidak mempan. Aku sudah tak mau lagi meneruskan.
Ada yang dengan pilu mengatakan dia akan kehilangan ritual pagi harinya membaca tulisanku yang konon menurutnya membuatnya merenung dan membasuh luka hati dan membuatnya bisa bergerak maju.
Aku sedih tapi kuputuskan bahwa kesehatan jiwaku juga penting. Bagaimana aku bisa membasuh luka hati orang lain dan menanamkan spirit untuk maju jika jiwaku sendiri menjadi sakit.
Kutahu akan ada banyak yang bersorak jika aku berhenti. Tapi aku juga tak perduli. Kepopuleran, sama sekali bukan
hal yang kucari.
Ketenangan hati jauh lebih penting.
Kuputuskan untuk menghapus blog-ku di malam hari nanti.
Namun...
Beberapa jam sebelum kulakukan itu, kuterima sebuah email yang dengan singkat dan to the point menanyakan, " D..ada apa? "
Dengan sebal kujawab, " Aku mau tutup blog aku. Fans kamu ganggu- ganggu aku terus... "
Hahaha.
Email itu datang dari sang pemilik blog populer yang bahkan saat itu tak kutahu siapa nama aslinya.
Pemilik blog yang entah bagaimana, selalu tahu cara membuat aku -- yang sebenarnya bahkan selalu dijulukinya 'A'(neh) -- untuk memikirkan apa pendapatnya dan dalam banyak waktu lalu kemudian menyepakatinya. Ha ha ha.
Tak banyak cakap, dia tak berusaha membujukku.
Dia hanya... mempublikasikan satu komentar di blog soloku.
Satu komentar yang membuat blog itu tak jadi ditutup.
Begini kira- kira bunyinya:
waduh… waduh… kalo dee mau tutup blognya aku akan sedih… kecewa… dan marah…
blog itu merupakan adik kandung (atau anak kandung?) dari blog (disebutkannya nama blog populer miliknya)… merupakan antitesis dari semua yang kotor yang diwakili blog (dia menyebutkan lagi nama blognya)….
membaca postingan dee aku selalu merinding (aku sudah berkali-kali tulis ini!!), dan aku bersyukur bahwa ada keindahan dan kepolosan (yang diwakili blog tersebut) di tengah dunia yang penuh kepalsuan dan iri dengki…
tapi memang, tak semua orang bisa melihat dan merasakan keindahan di depan mata jika hati mereka sudah terlanjur dipenuhi prasangka…
***
Haduh. Aku antara senang dan 'sebal' baca komentar itu.
Sebab kusadari dengan segera, aku tak punya alasan lagi untuk menutup blog-ku jika pemilik blog populer yang fans fanatik-nya 'memusuhi' aku sebab tulisan- tulisanku 'melawan' dan 'merusak' tulisannya justru menaruh komentar semacam itu di blog yang nyaris kututup itu.
Komentar tersebut, pada akhirnya, ternyata bukan menjadi satu- satunya komentar atau tulisan yang dibuat Fary untuk menjembatani pikiranku dengan pembaca blog-ku (atau di kemudian hari, blog kami, saat kami telah berduet).
Masih ada kali lain dimana dia membuat tulisan untuk melawan bully yang ditujukan padaku.
Belakangan, sebab dia terus membelaku, para (mantan) fans-nya berubah dari 'lover' menjadi 'hater' dan melakukan juga bully itu pada dia. Bukan hanya para mantan fans, mereka tentu pula orang lain -- yang mulanya adalah para pesaing sebab blognya tak sepopuler blog Fary -- untuk menyerang.
Bully tak sehat di dunia yang entah kenapa disebut maya, padahal nyata pernah menghampiri kami dalam jangka waktu yang cukup lama.
Menyakiti. Dan berusaha meretakkan kami.
Hanya sebab kami bertekad bahwa rumahkayu harus tetap berdirilah, sepahit apapun bully itu, kami hadapi bersama semua itu.
Dan...
'Kami lakukan bersama' atau 'kami hadapi bersama', 'kami tanggung bersama' adalah rahasia dapur mengapa blog duet kami tetap berdiri hingga hampir lima tahun sementara banyak blog duet lain berguguran hanya dalam hitungan bulan...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H