Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Quo Vadis KRL Jabodetabek?

2 Maret 2013   17:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:26 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13622790232085966249

Jepang di suatu pagi yang dingin bertahun lalu.

BERADA di dalam kereta yang membawaku ke Ueno station dari stasiun Narita, stasiun terdekat dengan bandara dimana pesawatku baru saja mendarat di pagi itu, aku duduk sambil memperhatikan sekeliling.

Tak seberapa ramai isi kereta saat itu.

Temperatur menunjukkan angka dibawah nol. Aku menggigil. Bajuku berlapis sudah, tapi tetap saja aku kedinginan.  Kuterima dan kupakai overcoat yang diangsurkan adikku. Badanku agak menghangat dan terasa nyaman.

Dan oh... kenyamanan itu berlanjut, rupanya. Sebab tak lama setelah itu, kejutan menyenangkan lain tiba. Kurasakan hembusan udara hangat menyembur menghangatkan kakiku. Ah, rupanya, kereta di Jepang ini pada musim dingin memasang heater dan selain dari atap kereta, udara hangatnya juga berhembus keluar dari bagian bawah tempat duduk

Kuperhatikan lagi sekelilingku.

Adikku menunjukkan padaku running text di bagian tepi pintu kereta. Ada satu kalimat yang terus menerus secara berkala berputar terpampang di sana.

Aku tersenyum ketika memahami apa isi kalimat tersebut

Kalimat itu, isinya adalah permintaan maaf sebab kereta terlambat selama 5 menit.

Ya, lima menit!

Rupanya, subuh hari itu, Tokyo diguncang gempa. Menyebabkan beberapa perjalanan kereta terganggu. Kereta yang kutumpangi terlambat lima menit dari jadwal.

Menurut adikku, yang ketika itu sedang tinggal di sana, biasanya jika ada kereta yang terlambat seperti itu, maka running text berisi pengumuman dan permintaan maaf akan terus ditayangkan selama sehari penuh di kereta, sebab keterlambatan lima menit itu mungkin akan mempengaruhi jadwal para penumpang, terutama penumpang yang berniat menyambung perjalanannya di suatu titik dengan kereta lain...

Tentang legenda ketepatan waktu kereta di Jepang yang konon bahkan sampai ke menit dan detiknya, kubuktikan di Stasiun O-okayama, keesokan paginya.

Sebuah kereta datang masuk ke peron stasiun itu. Bukan kereta yang hendak kutumpangi. Karenanya aku bebas mengamati. Kuperhatikan para penumpang yang naik dan turun. Jadwal mengatakan bahwa kereta yang sedang transit tersebut akan berangkat dari stasiun O-okayama pukul 8.27.

Delapan lewat dua puluh tujuh menit.

Jadwalnya saja sudah "aneh" karena tidak genap di garis lima menitan. Membuat aku makin penasaran, betulkah mereka setepat itu.

Jarum jam bergerak. Pintu kereta tertutup. Seorang petugas yang berdiri di peron di tepi jalur dimana kereta tersebut berada meniup peluitnya. Dan...

Kereta berjalan, tepat ketika jarum jam menunjukkan posisi jam 8.27 menit !

Wow!

Luar biasa...

***

Dan ini bukan cerita dalam film bergenre sci-fi...

Malam berikutnya di ( dalam kereta ) Yurikamome.

Duduk di barisan terdepan, aku dengan gembira menatap banyak lampu berkelip di sepanjang jalur yang dilalui.

Bukan semata kerlip indah lampu itu yang membuatku sangat gembira. Tapi karena... malam itu, aku mencatat satu lagi pengalaman baru dalam hidupku: itulah kali pertama aku naik kereta yang dioperasikan sepenuhnya dengan sistem komputer.

Tak ada masinis di dalam kereta yang bernama Yurikamome tersebut. Bangku paling depan yang kududuki, di dalam kereta bermasinis, lazimnya adalah tempat dimana masinis tersebut akan berada.Sebab itulah aku sungguh merasakan 'sensasi' yang luar biasa.

Yurikamome yang beroperasi sejak tahun 1995 menghubungkan stasiun Shinbashi dan Odaiba. Yurikamome ini sebetulnya bukan kereta otomatis pertama yang beroperasi di Jepang karena pada tahun 1981 Kobe's port liner yang merupakan kereta tanpa masinis sudah beroperasi di Jepang. Tetapi tetap saja, Yurikamome membuat takjub banyak orang, terutama para wisatawan yang datang dari luar Jepang.

Kereta yang dioperasikan dengan sistem komputer tanpa masinis, tentu harus sangat dijaga sistem komputer dan operasinya. Salah perhitungan sedikit saja, meleset beberapa menit saja, bisa fatal akibatnya. Ketika itu, karena ingin tahu akurasinya, setiap kali kereta berhenti di suatu stasiun aku menyempatkan diri melihat ke luar jendela, mengamati seberapa tepat titik henti kereta tersebut, dan dengan takjub mendapati bahwa kereta tersebut selalu berhenti tepat di tempat yang seharusnya. Ck ck ck...

***

[caption id="attachment_239793" align="aligncenter" width="425" caption="Gambar: http://metro.news.viva.co.id"][/caption]

Suatu Senin pagi, di dalam kereta listrik di tanah air.

Seperti biasa, penumpang membludak. Dan seperti kerap terjadi selama bertahun- tahun, kereta terlambat.

Entah apa yang terjadi, tetapi di hari Senin, Jumat dan sehari setelah atau menjelang tanggal merah, kemungkinan besar kereta akan terlambat. Entah berapa lama. Kadangkala sampai lebih dari setengah jam, bahkan satu jam. Beragam alasannya: sinyal rusak, gangguan wesel, kabel listrik putus, pantograph lepas, gerbong mogok...

Penumpang kereta yang kebanyakan adalah para pegawai yang bekerja di ibukota dan bertempat tinggal di area sub-urb, mulai melirik jam, menyadari keterlambatan kereta. Orang mulai berkeluh-kesah karena pelayanan "ala kadarnya" semacam itu.

Dan bahkan yang ala kadarnya seperti itupun, makin buruk lagi dari hari ke hari.

Hingga satu setengah tahun yang lalu, walau ala kadarnya, perjalanan dengan KRL, terutama yang berjenis KRL ekspres untuk pergi dan pulang ke dan dari tempat kerja masih merupakan solusi yang baik. Sebab waktu tempuh relatif singkat. Dan walau selalu penuh, tapi dalam kebanyakan waktu, AC di dalam kereta masih berfungsi.

Kini?

KRL ekspres yang sudah beroperasi lebih dari 20 tahun dihapuskan. Semua kereta berenti di setiap stasiun.

Isi kereta sangat berjejal. Keterlambatan makin sering terjadi. Pintu kereta yang seharusnya ditutup saat kereja jalan, sering diganjal agar tak tertutup, sebab gerbong tak mampu menampung begitu banyak penumpang. AC sering tak berfungsi. Rute mbulet, looping-berputar-putar menimbulkan kepusingan, tak terpahami prioritasnya --  padahal jelas jalur mana yang merupakan jalur terpadat, sebenarnya ).

Betapa bedanya dengan apa yang kulihat di Jepang.

Padahal, gerbong KRL yang digunakan saat ini diimport dari Jepang. Bahkan di dalam gerbong masih banyak bertaburan tanda- tanda dan tulisan dalam huruf kanji. Gerbong- gerbong tersebut pernah beroperasi disana, tentu dengan AC atau heater yang berfungsi. Dan juga dengan ketepatan jadwal yang luar biasa.

Tapi memang, gerbong itu benda mati. Apakah kereta akan beroperasi dengan baik dan tepat waktu, bukan tergantung pada gerbongnya, tapi pada manusia yang mengoperasikannya.

Sungguh, melihat bagaimana mutu pelayanan KRL Jabodetabek yang alih-alih membaik malah semakin menurun dari tahun ketahun, aku tak tahu apakah KRL di sini akan pernah mencapai ketepatan waktu serta kenyamanan yang setara dengan kereta- kereta di Jepang.Ah, jangankan Jepang, bahkan dibandingkan dengan Kuala Lumpur atau bahkan Bangkok yang padahal baru belakangan saja memiliki KRL, kita kini sungguh sudah sangat ketinggalan.

Apalagi, PT. KAI bukan saja abai pada kebutuhan dan sama sekali tak memikirkan kepuasan pelanggan, tapi bahkan kini menggunakan petugas Brimob dan Marinir untuk menghadapi penumpang. Alih-alih menggunakan pendekatan pesuasif, malah bedil ditembakkan.

Tak heran jika kerusuhan meledak.

KRL Jabodetabek benar-benar salah urus !

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun