Aku sungguh ingin tahu secemerlang apa dia di sekolah nanti.
Dan...
Begitulah.
Dia masuk play group. Awalnya, di kelas seorang guru yang sabar dan jelas mencintai anak- anak, dia tenang- tenang saja.
Masalah baru muncul ketika guru tersebut diminta mengajar kelas yang lebih tinggi dan gurunya diganti. Guru barunya ini rupanya tak cocok di hati. Dan mogoklah anakku. Tak terbujuk. Dia tidak mau sekolah lagi di situ sampai akhir masa tahun pelajaran yang berakhir dua bulan kemudian.
[caption id="attachment_258419" align="aligncenter" width="268" caption="Gambar: www.wholesalecentral.com"]
Lalu, dia masuk TK. Tak ada acara mogok sekolah di TK ini. Hanya saja saat menjelang tutup tahun di TK B, dia membuat kehebohan ketika para ibu dari Persatuan Orang Tua Murid dan Guru hendak membuat acara perpisahan dan merekam anak- anak dalam video.
Setiap anak diminta menyebutkan nama dan data diri, lalu juga cita- cita. Anakku mengatakan bahwa cita- citanya adalah menjadi tukang parkir.
Dan gegerlah para guru dan orang tua yang menjadi panitia. Anakku dibujuk- bujuk untuk mengatakan sesuatu yang lebih 'berkelas' sebagai cita- citanya.
" Nanti Bapak dan Ibu malu, lho, kalau anaknya bilang gitu di video, " seorang gurunya mengatakan begitu pada dia.
Anakku bersikeras. Dia hanya mau direkam video jika diijinkan mengatakan bahwa cita- citanya adalah menjadi tukang parkir. Kalau tidak boleh, ya tidak usah direkam saja, katanya.