Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Perjalanan Penuh Cinta Sebelum Menghadap Sang Maha Cinta

30 Agustus 2012   08:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:08 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kami akan selalu mengenang Bapak dengan penuh cinta…

SEBAB kami tahu, Bapak juga selalu mencintai kami sepanjang hidupnya.

Ada banyak kenangan tentang Bapak – yang telah berpulang menemui Sang Maha Pengasih. Kenangan itu muncul setiap saat. Dalam banyak kesempatan. Dalam banyak langkah.

Termasuk saat perjalanan mudik pada lebaran yang lalu.

Seperti biasa, kami – aku, suami dan anak- anak – mudik pada saat lebaran. Kami tidak tinggal sekota dengan orang tua kami. Dan orang tuaku, serta orang tua suamiku, juga tak tinggal sekota. Karenanya kami tiap tahun mengatur jadwal untuk mudik.

Dulu, begitu juga dengan ayah dan ibuku. Sebab kota asal kedua orang tuaku berbeda, maka ada ritual mudik saat lebaran tiba.

Dan kenangan tentang perjalanan di masa kecil itu terus membanjir saat kami mudik kemarin, di lebaran pertama tanpa Bapak.

Ada sangat banyak kenangan melayang. Tempat- tempat yang kami lalui. Gunung- gunung. Laut. Pohon- pohon asam di pinggir jalan. Kebun- kebun tebu yang terlintasi. Roda pedati yang berputar. Termasuk, suatu saat ketika air jahe dari wedang ronde mengalir hangat ke kerongkongan, aku juga teringat pada Bapak.

Wedang ronde adalah salah satu minuman kesukaannya.

***

Bapak menggoreskan banyak kenangan perjalanan dalam hidup kami.

Dalam setiap liburan, Bapak akan mengajak kami untuk pergi keluar kota. Di hari- hari di akhir minggu, adakalanya begitu juga.

Kadang kami pergi pagi pulang sore. Adakalanya juga menginap semalam. Pada liburan panjang, Bapak mengemudikan mobilnya mengajak kami bepergian ke kota- kota yang lebih jauh.

Bapak, untuk keperluan pendidikan atau pekerjaannya, beberapa kali pergi ke luar negeri. Sendiri, tanpa keluarga. Pada saat itu, liburan ke luar negeri terlalu mahal untuk dapat dijangkau.

Tapi, rupanya Bapak memendam cita- cita.

Dari semua tempat yang pernah dikunjunginya, Eropa sangat membekas di hatinya. Mungkin sebab Bapak pernah tinggal beberapa tahun di Jerman. Dan Bapak sangat ingin, Ibu juga melihat Eropa.

“ Nanti, suatu hari, Bapak akan ajak Ibu ke Eropa, “ begitu yang sering dikatakannya.

Ibuku selalu menjawab dengan tawa. “Tempat yang ingin ibu datangi jika ibu pergi ke luar negeri untuk pertama kalinya, “ kata ibuku, “ Adalah Mekah. Ibu ingin perjalanan haji merupakan perjalanan ibu pertama kali ke luar negeri. “

Ayahku berkata, “ Ya, kita akan naik haji kelak. Tapi, kita akan ke Eropa juga. “

Kami anak- anaknya berulang kali mendengar percakapan serupa , yang baru saat aku menjadi lebih dewasa aku pahami, merupakan pernyataan cinta. Kalimat- kalimat impian yang menjadi pengikat hati keduanya…

***

Allah memang Maha Pemurah. Maha Mencinta. Maha Memberi.

Cita- cita kedua orang tuaku itu, tentang Mekah dan Eropa, dikabulkan hampir dalam waktu bersamaan.

Tak ada perjalanan keluar negeri yang dilakukan besama sampai kedua orang tuaku pergi ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah haji. Keinginan ibuku bahwa perjalanan pertamanya ke luar negeri adalah untuk beribadah haji terpenuhi. Dan sungguh Sang Pemilik Hidup menunjukkan kuasanya. Hampir serentak, segera setelah keduanya pulang dari perjalanan ke Tanah Suci itu, ayahku mendapat kesempatan pergi ke Eropa.

Undangan itu berlaku untuk dirinya sendiri, seperti biasa.

Tapi kali itu ayahku ingin mewujudkan mimpi. Diyakinkannya ibuku untuk mau turut menyertai. Ibu sebetulnya masih merasa agak lelah setelah perjalanan panjang ke Tanah Suci. Belum lagi memikirkan urusan dana. Sebab tentu saja, biaya perjalanan ibu jika ikut ke Eropa akan harus dibayar sendiri, tak ditanggung seperti ayahku.

Tapi Bapak tak hendak menyerah. Diupayakannya agar hal tersebut terjadi.

Dan keinginannya terkabul.

13463149401717122883
13463149401717122883

Aku ingat betul, betapa Bapak tampak sangat gembira saat itu. Keinginan untuk mengajak belahan jiwanya ke tempat- tempat paling romantis di dunia tercapai. Ibu menyertainya dalam perjalanan ke Eropa kali itu.

***

Bapak memang selalu menikmati perjalanan.

Bahkan sampai pada waktu- waktu yang sebetulnya tak memungkinkan.

Sekitar sembilan tahun yang lalu, serangan jantung pertama dialaminya.

Bapak masuk ICU.

Kami masuk satu persatu ke dalam ruangan ICU untuk menengoknya. Lalu, di saat aku yang masuk, Bapak berkata padaku, “ D, nanti kalau dokter datang, tanyakan ya, boleh tidak Bapak berangkat ke Shanghai tiga minggu lagi. “

Oh.

Aku tercengang. Setengah prihatin, setengah menahan tawa.

Bapak ada di ICU saat itu, terkena serangan jantung, dan ingin pergi ke Shanghai tiga minggu lagi?

Aku bukan dokter. Tapi rasanya bahkan sebelum bertanya pada dokterpun, aku sudah akan tahu jawabnya. Tentu Bapak tak akan diijinkan pergi.

Aku tak menanyakan hal tersebut pada dokter. Tak ada diantara kami yang bertanya. Sebab kondisi Bapak tiba- tiba memburuk di sore dan malam harinya sampai ada di titik kritis.

Kami menanti dengan hati sangat cemas. Melantunkan doa- doa, memohon kesembuhannya.

Allah mengabulkan.

Masa kritis terlampaui.

Tapi perjalanan ke Shanghai tak jadi dilakukannya. Keinginannya untuk melihat teknologi yang digunakan pabrik- pabrik disana harus dibatalkan.

Bapak kembali beraktivitas setelah itu, termasuk masih bepergian ke luar kota, namun tak ada lagi perjalanan ke luar negeri yang dilakukannya.

Lalu, dua tahun yang lalu, kesehatan ayahku mulai menurun. Ada serangan jantung lagi. Kadar gulanya juga turun naik. Paru- parupun terganggu. Semua itu, disusul dengan stroke ringan.

Hampir setiap bulan, selalu ada waktu- waktu yang dilewatkannya di rumah sakit.

Dan dalam kondisi kesehatan yang kurang baik itulah, ayahku berkata, “ Bapak ingin umroh. Masih bisa nggak ya, berangkat umroh ? “

Tak seperti dulu saat pertanyaan tentang bisakah pergi ke Shanghai yang oleh kami sekeluarga ditanggapi dengan senyum dan meminta agar Bapak tak terlalu berharap dapat pergi, kali ini, kami semua mendoakan semoga keinginan Bapak untuk pergi umroh dapat tercapai. Walau usia telah bertambah, walau kondisi kesehatannya sudah makin menurun.

Semoga Yang Maha Memberi membukakan jalan untuk itu.

Kami yakin, jika Allah berkehendak, apapun akan dapat terjadi.

13463148951755048816
13463148951755048816

Dan Allah sungguh Maha Pemurah.

Keinginan besar Bapak untuk kembali ke Tanah Suci terkabul. Allah melimpahkan rejeki dan memberikan satu jeda waktu di bulan Juli 2011 dimana Bapak cukup sehat untuk dapat berangkat ke sana.

Perjalanan umroh itu, adalah perjalanan jauh Bapak yang terakhir. Kondisi kesehatannya tak lagi memungkinkan untuk bepergian baik ke luar kota, apalagi ke luar negeri.

Juli 2012, tepat setahun setelah perjalanan umroh itu, Bapak berpulang menemui Sang Maha Cinta...

** gambar: Wikipedia **

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun