Dalam setiap liburan, Bapak akan mengajak kami untuk pergi keluar kota. Di hari- hari di akhir minggu, adakalanya begitu juga.
Kadang kami pergi pagi pulang sore. Adakalanya juga menginap semalam. Pada liburan panjang, Bapak mengemudikan mobilnya mengajak kami bepergian ke kota- kota yang lebih jauh.
Bapak, untuk keperluan pendidikan atau pekerjaannya, beberapa kali pergi ke luar negeri. Sendiri, tanpa keluarga. Pada saat itu, liburan ke luar negeri terlalu mahal untuk dapat dijangkau.
Tapi, rupanya Bapak memendam cita- cita.
Dari semua tempat yang pernah dikunjunginya, Eropa sangat membekas di hatinya. Mungkin sebab Bapak pernah tinggal beberapa tahun di Jerman. Dan Bapak sangat ingin, Ibu juga melihat Eropa.
“ Nanti, suatu hari, Bapak akan ajak Ibu ke Eropa, “ begitu yang sering dikatakannya.
Ibuku selalu menjawab dengan tawa. “Tempat yang ingin ibu datangi jika ibu pergi ke luar negeri untuk pertama kalinya, “ kata ibuku, “ Adalah Mekah. Ibu ingin perjalanan haji merupakan perjalanan ibu pertama kali ke luar negeri. “
Ayahku berkata, “ Ya, kita akan naik haji kelak. Tapi, kita akan ke Eropa juga. “
Kami anak- anaknya berulang kali mendengar percakapan serupa , yang baru saat aku menjadi lebih dewasa aku pahami, merupakan pernyataan cinta. Kalimat- kalimat impian yang menjadi pengikat hati keduanya…
***