Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kupu- kupu Malam

19 Februari 2012   14:46 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:27 727
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13296334481089593198

[caption id="attachment_163708" align="aligncenter" width="292" caption="Kupu- kupu. Ilustrasi: layoutsparks.com"][/caption]

Kupu- kupu malam.

JUDUL sebuah lagu lawas ciptaan Titiek Puspa itu merupakan kata yang pertama muncul di kepalaku saat membaca tulisan yang dibuat Fary tentang godaan yang menghampiri para lelaki saat berdinas ke luar kota.

Ini hidup wanita si kupu-kupu malam Bekerja bertaruh seluruh jiwa raga Bibir senyum kata halus merayu memanja Kepada setiap mereka yang datang...

Begitulah penggalan lagu tersebut.

Kata ‘malam’ mungkin tak (lagi) tepat sebab trend yang berlaku saat ini untuk beragam layanan adalah service 7x24 jam, kan? He he.  Aku tak tahu, tapi kemungkinan besar trend ini juga menyentuh dunia para kupu- kupu ini, sehingga selain ada kupu- kupu malam mungkin ada juga kupu- kupu siang?

Entahlah.

Tapi yang jelas, para kupu- kupu yang konon merupakan godaan kuat bagi para lelaki yang sedang dalam perjalanan ini pengaruhnya bukan hanya dapat dirasakan di dunia lelaki, tapi juga perempuan. Bagi perempuan mungkin dampaknya bahkan ganda, yaitu untuk para istri di rumah yang mencemaskan suami yang sedang bepergian -- terutama yang suaminya memang mata keranjang –-  dan juga bagi para perempuan yang sedang dalam perjalanan.

Apalagi jika perjalanan itu dilakukan seorang sendiri oleh seorang perempuan...

***

Ada yang benci dirinya Ada yang butuh dirinya Ada yang berlutut mencintanya Ada pula yang kejam menyiksa dirinya

: Dan ada yang panik karena dirinya...

Jika ini adalah sebuah game dimana kita harus menyambung lirik sebuah lagu yang diperdengarkan, aku rasa kalimat di ataslah yang  akan kutambahkan: ada yang panik karena para kupu- kupu itu.

Paling sedikit, itulah yang pernah kualami.

Aku yang saat itu baru saja lulus kuliah dan belum menikah, pada suatu hari harus pergi ke luar kota untuk urusan pekerjaan ke sebuah ibukota suatu propinsi di luar Jawa.

Saat single dulu, sikapku menghadapi tugas yang melibatkan acara bepergian sangat easy going. Kapanpun diminta pergi, dengan senang hati akan kulakukan.

Dan begitu jugalah yang terjadi hari itu.

Sedemikian ringan-nya aku menghadapi perjalanan itu, aku bahkan masih ingat bahwa sepagi sampai sore di hari tersebut aku berada di Dunia Fantasi dengan beberapa kawan. Melewatkan hari dengan bersenang- senang dan bermain. Tertawa gelak- gelak saat diputar balik ketika naik roller coaster dan terbahak saat beberapa jenis permainan di sana membuat baju kami basah kuyup tersiram air...

Dalam keadaan tertawa- tawa seperti itu jugalah aku melambaikan tangan pada kawan- kawanku yang masih meneruskan acara bersenang- senang di Dunia Fantasi saat aku berpamitan dan kemudian melaju ke bandara, tanpa tahu bahwa di kota yang kutuju, senyum dan gelak tawa itu akan berganti dengan rasa takut dan kepanikan luar biasa…

***

Apa yang terjadi sebetulnya?

Begini…

Aku tiba di kota tujuan sore hari. Masih dengan ringan hati. Senang hati, malah. Sebab disana aku akan bisa bertemu seorang kawan baik yang kukenal sejak bertahun sebelumnya saat kami duduk di bangku SMA.

Kawan yang insinyur sipil ini karena pekerjaannya sering berpindah- pindah domisili, dan kebetulan sekali saat itu sedang tinggal di kota yang kukunjungi itu.

Sejak beberapa hari sebelumnya telah kuhubungi dia untuk mengabarkan rencana kedatanganku. Seperti juga aku, dia gembira bahwa kami akan bisa melewatkan waktu bersama- sama di waktu luang saat aku berada dikota tersebut.

Begitulah. Dengan niat untuk mengajakku berjalan- jalan dan makan malam, tak lama setelah aku tiba dan mandi serta berganti baju, kawan ini menjemputku ke hotel tempatku menginap.

Lalu…

Saat kami hendak melangkah keluar hotel, di tangga depan, sebuah becak berhenti. Seorang perempuan turun dari becak tersebut.

Aku terkesiap.

Kutoleh kawan yang berdiri di sisiku dengan pandang penuh tanya. Kawanku menggamit tanganku, mengajakku pergi tanpa mengatakan apapun. Barulah kemudian setelah kami berada agak jauh dari pintu hotel terdengar suaranya,  “ Dee… “ katanya, “ Hotel tempat kamu nginap itu memang terkenal sekali dengan perempuan- perempuan yang seperti itu tadi… Kamu akan lihat lebih banyak lagi malam nanti.“

Whaattttt?????

Aduh. Aku saat lajang dulu itu boleh saja menganggap duduk lesehan di tepi pintu yang setengah terbuka di bordes kereta api sebagai sesuatu yang menyenangkan. Aku juga bisa saja tak perduli saat mentari membakar kulit dan tertawa- tawa menatap kaki yang tergores karang atau tertusuk bulu babi. Tapi...

Harus menginap beberapa hari, sendirian, di hotel yang konon demikian terkenal di kalangan para kupu- kupu malam yang menawarkan jasa pada para lelaki hidung belang?

Oh, tidaaakkkkk…

Aku panik luar biasa.

Kutahan langkahku. Kuambil keputusan.

“ Aku mau pindah hotel, “ kukatakan pada kawanku. “ Kemana sebaiknya aku pindah? “

Jawaban yang diberikan kawanku membuatku lemas sekali.

“ Dee, “ katanya, “ Ini hotel paling bagus di kota ini. Rasanya nggak ada pilihan lain…”

Hmmm. Jadi itu sebabnya hotel ini yang dipilih oleh travel biro langganan kantorku sebagai tempatku menginap.

Dan aku jadi bingung setengah mati...

***

Kami lewatkan malam itu dengan mengunjungi rumah makan yang menjual makanan khas setempat yang sungguh lezat.

Walau…

Bukan semata karena makanan itu lezat saja maka aku sengaja berlama- lama menikmati makan malam tersebut. Sebab yang terjadi sebetulnya adalah aku sedang berusaha mengulur waktu sebelum aku harus kembali ke hotel, dimana...

Oh, sungguh deh… aku betul- betul ingin menangis ketika kawanku mengantarkan aku kembali ke hotel malam itu. Di tangga yang sama dengan saat aku menemukan seorang perempuan dengan dandanan menor dan rok yang super pendek tadi sore, aku menemukan seorang perempuan lain yang berpenampilan serupa.

Kupalingkan muka pura- pura tak melihat.

Tapi akhirnya pertahananku runtuh juga...

Aku berbalik menahan kawanku yang hendak pulang ketika bersamaan dengan saat aku akan masuk lift untuk menuju kamarku, seorang lagi perempuan dengan dandanan semacam itu juga melangkah menuju lift yang sama.

“ Jangan pulang dulu, “ aku meminta pada kawanku, “ Temani dulu aku di sini. Aku takut... “

Kawan ini akhirnya menunda kepulangannya beberapa saat sampai kepanikanku reda. Setelah aku lebih tenang, dia pulang dan meninggalkan aku yang malam itu tidur di hotel dengan 'pengamanan ekstra' -- pintu kamar bagian dalam kuganjal dua buah sofa... ha ha ha...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun