Dee menyapanya riang ketika itu, " Hai.. gimana di sekolah tadi, sayang? Jadi ulangan matematika? Dah oh, tadi olah raga ya? Apa olah raganya? "
Pradipta menjawab, tapi bukan jawaban tentang sekolah yang diberikannya.
" Nomor yang anda hubungi sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan. Silahkan mencoba beberapa saat lagi, " begitu jawabnya.
Dee terbahak mendengarnya. Dia menggelitik Pradipta dan berpura-pura menancapkan sesuatu. " Ah, habis baterai niiihhhh.. Dicharge dulu, deh.. "
Pradipta menggeleng. " Bukan, bunda. Bukan habis baterai. Bunda sih, datangnya telat. Aku sekarang sudah ada di maglev mau pergi ke tempat lain, bunda baru datang ngajak aku ngobrol... "
Dee tertawa lagi. " Maglev? Maglev itu apa? Dan mau pergi kemana ? "
Suara Pradipta terdengar lagi. " Maglev, bunda.. Magnetic levitation train. Aku naik itu biar cepat tidurnya.. "
Dee terbahak. Pradipta yang cerdas dengan daya imajinasi yang tinggi rupanya mengkhayal naik kereta yang disebutnya maglev itu untuk segera dapat menuju alam mimpi. Dengan segera Dee dapat menduga bahwa kereta yang dipercakapkan Pradipta adalah kereta berkecepatan tinggi.
" Tahu darimana tentang maglev itu, Dipta? " tanya Dee pada anaknya.
" TV, bunda. Makanya Bunda jangan pulang malam terus supaya bisa nonton TV sama aku. Nanti aku kasih tahu bunda acara yang ada maglev-nya itu. "
Dan Pradipta tertidur.