Ampun?
Dee tertawa.
" Tumben, Vin.. " kata Dee, " Tak biasanya kamu mengeluh. Sedang mengerjakan apa? "
Vinny belum lama pindah ke kantor baru, dengan lingkup pekerjaan yang lebih besar. Seperti biasa, dia ingin hasil pekerjaan yang sempurna. Hanya saja ada kendala di sana sebab rupanya sistem penunjang yang dibutuhkan tak cukup tersedia. Karenanya dia harus banyak melakukan pekerjaan manual yang membuatnya bekerja hingga larut malam, bahkan dini hari. Dan itu terjadi hampir setiap hari.
Tapi Dee juga tahu bahwa jika hanya itu saja hambatannya, Vinny tak akan mengeluh. Dan tak sulit menebaknya.
" Anak- anak protes tidak, ibunya pulang malam terus? " tanya Dee.
Pertanyaan jitu. Vinny mengangguk.
" Anakku yang besar, anjlok nilai sekolahnya Dee. Yang kecil... "
Vinny menghela napas panjang sejenak sebelum melanjutkan ceritanya. " Aku sudah beberapa minggu ini berturut- turut pulang larut malam. Tita anakku yang kecil setiap sore menghubungiku dan memintaku untuk tak pulang terlalu larut tapi tak bisa kupenuhi permintaan itu. Week end, seringkali aku juga harus bekerja. Lalu tadi pagi... "
Vinny berhenti sejenak lagi sebelum bicara.
" Tadi pagi saat Tita bangun dan hendak mandi, kuhampiri dia dan aku berkata 'aih anak mama, sini mama peluk, kangen sekali deh rasanya..' , "