Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Keseimbangan Kerja dan Keluarga

21 Januari 2012   09:57 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:37 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1327139733798478846

Suatu siang di sebuah kantin...

DEE mengobrol dengan seorang kawan lama. Seperti yang biasa terjadi, pembicaraan melompat-lompat ke beragam arah, termasuk urusan kantor.

Dee memperhatikan sang kawan. Vinny namanya.

Vinny tampak lelah. Mukanya pucat dan ada lingkaran hitam di bawah matanya.

Vinny pandai. Rajin. Dan ambisius . Dia menduduki posisi penting di sebuah perusahaan besar dan seperti biasa menjadi tangan kanan para atasannya.

Vinny yang Dee kenal adalah orang yang selalu berusaha untuk menaikkan limit usaha dan pencapaiannya. Bekerja lebih dari porsi normal. Menurut Dee, Vinny berhak mendapatkan posisi yang diraihnya sekarang. Terlebih, Vinny jujur dan selalu menjaga integritasnya. Dia juga tulus hati dan bukan hanya pada atasan, Vinny selalu bersikap baik pula pada para anak buahnya.

Dee yang mengenalnya dengan baik tahu bahwa beban kerja saja tak akan membuat Vinny tampak begitu lelah. Pasti ada sesuatu yang lain di luar itu.

***

" Sedang sibuk di kantor, Vin? " tanya Dee pada Vinny.

Vinny mengangguk cepat. " Ya, Dee. Ampun deh.. "

Ampun?

Dee tertawa.

" Tumben, Vin.. " kata Dee, " Tak biasanya kamu mengeluh. Sedang mengerjakan apa? "

Vinny belum lama pindah ke kantor baru, dengan lingkup pekerjaan yang lebih besar. Seperti biasa, dia ingin hasil pekerjaan yang sempurna. Hanya saja ada kendala di sana sebab rupanya sistem penunjang yang dibutuhkan tak cukup tersedia. Karenanya dia harus banyak melakukan pekerjaan manual yang membuatnya bekerja hingga larut malam, bahkan dini hari. Dan itu terjadi hampir setiap hari.

Tapi Dee juga tahu bahwa jika hanya itu saja hambatannya, Vinny tak akan mengeluh. Dan tak sulit menebaknya.

" Anak- anak protes tidak, ibunya pulang malam terus? " tanya Dee.

Pertanyaan jitu. Vinny mengangguk.

" Anakku yang besar, anjlok nilai sekolahnya Dee. Yang kecil... "

Vinny menghela napas panjang sejenak sebelum melanjutkan ceritanya. " Aku sudah beberapa minggu ini berturut- turut pulang larut malam. Tita anakku yang kecil setiap sore menghubungiku dan memintaku untuk tak pulang terlalu larut tapi tak bisa kupenuhi permintaan itu. Week end, seringkali aku juga harus bekerja. Lalu tadi pagi... "

Vinny berhenti sejenak lagi sebelum bicara.

" Tadi pagi saat Tita bangun dan hendak mandi, kuhampiri dia dan aku berkata 'aih anak mama, sini mama peluk, kangen sekali deh rasanya..' , "

Vinny berhenti bicara lagi dan suaranya terdengar sangat sedih saat dia berkata, " Tahu tidak Dee, apa reaksinya? Tita berbalik membelakangiku dan menangis sambil berkata 'aku nggak mau dipeluk mama...mama ini kerja melulu, nggak pernah ngurusin aku.'

Hmmm.

Dee mengerti, Vinny pasti terpukul. Dee tahu persis, Vinny mencintai suami dan anak- anaknya. Dia juga bukan type perempuan yang 'aneh- aneh'.

Dee tahu bahwa Vinny bukan jenis orang yang senang mampir kesana kemari, clubbing atau bersenang-senang seusai bekerja. Tapi jabatan dan ambisinya memang membuat dia selalu bekerja dengan jam kerja yang panjang semacam itu.

" Gimana ya, Dee? " kata Vinny pada Dee.

Vinny kawan lamanya. Dan pada dasarnya Dee biasa bicara terus terang. Dia tak bisa berbasa- basi dengan mengatakan pada Vinny bahwa tak ada yang salah dengan semua itu. Dalam hal ini ukuran Dee sederhana, apakah keluarganya bahagia dengan apa yang dilakukannya. Jika tidak, maka ada sesuatu yang harus ditinjau kembali.

Dee sendiri biasa menempatkan suami dan anak- anaknya sebagai barometer standar apakah apa yang dia lakukan baik adanya. Sebab kadangkala tanpa disadarinya, apa yang dia lakukan ternyata mengganggu perasaan mereka.

Kuti suami yang sangat toleran. Mereka berbagi pekerjaan domestik dan Kuti memahami jika sekali- sekali Dee harus pulang terlambat karena pekerjaannya. Pradipta sebenarnya juga berusaha mengerti. Walau bukan tak pernah protes. Sebab pernah suatu saat dulu ketika Dee beberapa hari berturut- turut pulang terlambat, si kecil Pradipta menyentilnya.

Si kembar belum hadir diantara mereka ketika itu. Hanya ada mereka bertiga. Kuti yang sudah terlebih dahulu pulang sedang berbaring- baring di tempat tidur, mengobrol dengan Pradipta.

Dee menyegerakan mandi begitu tiba di rumah. Dia lelah, dan lapar, tapi lebih dari semua itu, dia merindukan suami dan anaknya. Karenanya dia mandi agar dapat bergabung dengan suami dan anaknya dengan tubuh yang segar.

Lalu ketika dia selesai mandi dan menghampiri tempat tidur dimana Kuti dan Pradipta berada, didapatinya si kecil sudah memejamkan matanya. Pradipta belum tidur tapi jelas sudah sangat mengantuk.

Dee menyapanya riang ketika itu, " Hai.. gimana di sekolah tadi, sayang? Jadi ulangan matematika? Dah oh, tadi olah raga ya? Apa olah raganya? "

Pradipta menjawab, tapi bukan jawaban tentang sekolah yang diberikannya.

" Nomor yang anda hubungi sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan. Silahkan mencoba beberapa saat lagi, " begitu jawabnya.

Dee terbahak mendengarnya. Dia menggelitik Pradipta dan berpura-pura menancapkan sesuatu. " Ah, habis baterai niiihhhh.. Dicharge dulu, deh.. "

Pradipta menggeleng. " Bukan, bunda. Bukan habis baterai. Bunda sih, datangnya telat. Aku sekarang sudah ada di maglev mau pergi ke tempat lain, bunda baru datang ngajak aku ngobrol... "

Dee tertawa lagi. " Maglev? Maglev itu apa? Dan mau pergi kemana ? "

Suara Pradipta terdengar lagi. " Maglev, bunda.. Magnetic levitation train. Aku naik itu biar cepat tidurnya.. "

Dee terbahak. Pradipta yang cerdas dengan daya imajinasi yang tinggi rupanya mengkhayal naik kereta yang disebutnya maglev itu untuk segera dapat menuju alam mimpi. Dengan segera Dee dapat menduga bahwa kereta yang dipercakapkan Pradipta adalah kereta berkecepatan tinggi.

" Tahu darimana tentang maglev itu, Dipta? " tanya Dee pada anaknya.

" TV, bunda. Makanya Bunda jangan pulang malam terus supaya bisa nonton TV sama aku. Nanti aku kasih tahu bunda acara yang ada maglev-nya itu. "

Dan Pradipta tertidur.

Dee memandangi anaknya yang tampak sangat manis saat tertidur seperti itu.

Cara Pradipta bicara padanya lucu. Dee selalu takjub melihat apa yang diketahui si kecil serta bagaimana daya khayalnya berkembang. Tapi tentu tak lucu jika dia harus sering- sering dikomentari Pradipta dengan 'aku sudah naik maglev siap- siap mau berangkat ke tempat lain, bunda baru datang ngajak ngobrol aku... "

Dia berjanji dalam hati untuk sebisanya mengatur waktu kerjanya agar tak lagi harus disindir oleh Pradipta.

***

Dee menghirup minumannya. Lalu membuka mulutnya. Singkat saja yang dikatakannya, " Jika anakmu sudah protes seperti itu, Vin..mungkin sudah waktunya meninjau skala prioritas. Apa yang harus difokuskan, apa yang bisa didelegasikan atau bahkan tak perlu dikerjakan. Kembalikan pemikiran pada: untuk apa kita bekerja? At the end of the day , tak akan pernah sebanding jabatan dan materi yang didapatkan jika keluarga kita tak bahagia. Apalagi jika sampai anak kita bahkan menolak untuk kita peluk. Tinjau kembali jadwalmu dan seimbangkan lagi semuanya.. "

Vinny mengangguk. Dee tahu, dia tak perlu menjelaskan secara teknis apa yang harus dilakukan. Vinny sudah akan tahu dengan sendirinya.

Ah Vinny, semoga dia bisa segera menemukan keseimbangan hidupnya kembali..

p.s:

maglev, atau magnetic levitation train adalah kereta yang digerakkan dengan daya angkat magnetik. kereta ini tak beroda, bergerak 'melayang' sekitar beberapa inci di atas rel.

secara sederhana dapat dijelaskan dengan konsep dua magnet yang satu kutub akan tolak menolak, kereta ini melayang sedikit di atas rel karena magnet di rel dan di bawah kereta tolak menolak.

ada beberapa negara yang mengembangkan maglev untuk alat transportasi masal di negaranya. contohnya jepang, jerman, cina serta korea. maglev tercepat saat ini ada di jepang dengan kecepatan sekitar 581 KM/jam

** gambar diambil dari: corporatelifecoach.blogspot.com **


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun