Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Cup Cake untuk Bunda dan Papa

5 Januari 2012   04:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:18 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13255083471997850822

* bagian ke-1 dari serangkaian tulisan *

Siang yang sejuk.

Aku mengetuk pelan pintu pagar rumahkayu. Si kecil, putra sulung mas Kuti dan mba Dee, sedang bermain sendiri di teras depan rumah." Siang Pradipta, " sapaku. Pradipta menoleh dan tersenyum. Ia berlari membukakan pintu pagar untukku. " Bunda ada? " Ia mengangguk, " Ada tante. Silahkan masuk, " katanya santun.

" Dipta bisa bawakan ini untuk bunda? Tante sedang buru-buru lagi memanggang kue," tanyaku menyerahkan satu kotak kangkung dan bumbu rujaknya.

" Bisa Tante, " jawabnya.

" Tolong bilang bunda ya. Tante minta maaf ngga mampir dulu. Mungkin besok saja. Terima kasih ya, Dipta, tante pulang dulu. "

Pradipta hanya diam seperti sedang berpikir. Aku urung melangkah pulang. "Ada apa Dipta?" tanyaku.

"Euu, apa aku boleh main di rumah tante?" tanyanya ragu.

Aku tersenyum, " Boleh dong. Tapi Dipta bilang bunda dulu ya sekalian bawa kotak ini ke dalam. "

Pradipta tersenyum sambil berlari ke dalam rumah. Tidak lama ia keluar menggandeng ibunya. " Kata bunda boleh, Tante. "

" Hes, ya ampun. Terima kasih ya rujaknya. Ini Pradipta katanya mau main di rumah gapapa? " Tanya mba Dee sambil berjalan mendekat. Pradipta sibuk mencari sendalnya.

" Gapapa, mba Dee. Aku senang. Kebetulan aku sedang bikin kue. Dan tadi aku kebetulan bikin rujak kangkung, aku bawa sedikit kesini "

Pradipta muncul dari belakang lalu berkata pada bundanya, " Aku main dulu ya Bunda. "

" Jangan merepotkan tante Hes ya, " pesan mba Dee sambil mencium kening anaknya.

Aku tersenyum pada mba Dee dan menggandeng tangan Pradipta. Si kecil yang kini sudah menjadi kakak ini melambai pada ibunya.

" Papa ada di rumah Dipta? " tanyaku membuka percakapan.

" Ada. Lagi ngetik di komputer. " Pradipta menunduk.

" O tante kira sedang pergi. Biasanya bermain bersama Dipta. Tadi tante lihat Dipta bermain sendiri. Bunda juga sedang sibuk ya? " Pradipta hanya diam. " Dipta kenapa? " tanyaku lagi.

" Kayanya bunda dan papa sedang berantem, Tante, " jawabnya pelan.

Aku tersenyum, " Kok Dipta bisa menduga bunda dan papa sedang berantem. Memangnya ada apa? "

" Tadi waktu makan bunda dan papa diem-dieman. Tadi juga bunda baca buku di halaman belakang sendirian biasanya papa menemani bunda sambil baca koran atau mengobrol. Aku kalau lagi berantem sama Mark juga suka diem-dieman tante. Sama kaya bunda dan papa tadi. "
Mark adalah sahabat Pradipta.Tetangga sekaligus teman sekelasnya di sekolah.

" Dipta kenapa berantem sama Mark? "

" Habis kadang-kadang Mark ngeselin sih tante. Dia sering pinjam serutan aku ngga bilang. Padahal kan serutan itu kado dari kakak. Dia juga kadang-kadang suka mainin mainan yang aku ingin mainin. "

" Dipta pernah bikin Mark kesal juga ga? "

Pradipta diam lalu mengangguk pelan, " Iya Mark pernah kesal karena aku tinggal latihan karate. Biasanya berangkat bareng-bareng. "

" Terus kalau lagi kesal, Dipta dan Mark berantem diem-dieman? " aku bertanya. Pradipta mengangguk.

" Apa sekarang masih diem-dieman? "

" Ngga tante. Biasanya kalo aku lagi kesal, Mark telepon aku minta maaf, aku juga. Udah gitu kita temenan lagi. " Pradipta tersenyum.

Aku mengangguk sambil mengusap kepala si kecil rumahkayu itu. " Bagus dong. Kalo berantem apalagi dengan teman baik memang ngga boleh lama-lama. "

" Kenapa bunda dan papa berantem, Tante? "

" Wah Dipta, tante ga tahu. Tapi tante rasa seperti Dipta dan Mark, kadang-kadang orang dewasa seperti bunda dan papa juga suka saling kesal. Bunda kesal sama papa karena sesuatu atau papa kesal pada bunda karena sesuatu juga. Tapi diem-dieman ngga selalu berantem kok Dipta. Mungkin bunda sedang ada pikiran dan sibuk dengan pikirannya atau papa sedang sibuk bekerja dan belum sempat menemani bunda. "

" Apa bunda dan papa bakal berhenti diem-dieman tante? "

" Iya dong. Seperti Dipta dan Mark kalau misalnya bunda dan papa berantem pasti akan cepat bicara dan temanan lagi. Bunda dan papa pasti ngga berniat bikin Dipta sedih, jadi kalau mereka diem-dieman seperti tadi Dipta jangan sedih ya. Dipta bisa menghibur bunda atau papa supaya ngga diem-dieman lagi. "

" Iya, Tante. "

" Begini aja, tante lagi membuat kue, Dipta bantu tante menghias kuenya ya. Nanti bisa Dipta bawa pulang, hadiah untuk bunda dan papa. Pasti bunda dan papa senang. "

Pradipta menoleh dan mengangguk semangat.

Aku membuka pintu pagar rumah dan mempersilahkan Pradipta masuk. Salma dan Awis yang sedang bermain di teras depan rumah bersama papanya melonjak-lonjak senang.

" Kakak, kakak! " kata Salma sambil berlari mendekat dan menggandeng tangan Pradipta.

Awis ikut berlari mendekat sambil tertawa-tawa. Pradipta mengusap kepala Awis, " No, kakak! " gerutunya galak. Pradipta tertawa.

Aku mengajak anak-anak ke dapur. " Aku main game ya? " tanya suamiku. Ia sedang mencoba menamatkan game PC Mass Effect 1 setelah sebelumnya berhasil menyelesaikan misi di Mass Effect 2. Aku tertawa dan mengangguk.

Kami masuk ke dapur bertepatan dengan bunyi denting dari oven. Cup cake buatanku sudah matang. Aku mengangkatnya dan menaruhnya di wadah lain untuk dihias.

Salma mengajak Pradipta melihat-lihat buku, Awis berlari kecil mengikuti mereka. Sementara Pradipta asyik membacakan cerita untuk Salma dan Awis, aku mengocok putih telur dan gula tepung untuk toping cup cake-cup cake itu nanti.

" Ayoo siapa yang mau bantu hias kueee? " aku memanggil anak-anak.

" Aku aku aku ", Salma dan Awis berteriak-teriak dan berlari mendekat. Pradipta ikut dari belakang. Aku mendudukkan anak-anak di kursi tinggi menghadap meja pantri. Awis duduk di kursi bayinya yang sudah mulai sempit.

Aku memberikan Salma sebuah kue yang sudah aku oles dengan toping gula. Adonan berwarna putih itu meleleh pelan di atas kue seperti salju. Awis yang mendapatkan kuenya langsung menjilat topingnya. " Naakk ", katanya.

" Ini untuk kakak Dipta ya. Ada tiga kue. Untuk kakak Dipta, untuk bunda dan untuk papa. " Aku menaruh kue-kue yang sudah bertoping di atas piring. " Dipta bisa menaruh hiasan yang Dipta suka diatasnya. Ini tante contohin yaa."

Aku mengambil kotak berisi permen gula-gula beraneka macam bentuk dan warna. Permen-permen ini adalah dekorasi untuk kue. " Karena Salma suka bunga, kuenya ada bunganya. " Aku memasang perlahan permen berbentuk bunga diatas kuenya.

Hasilnya cantik sekali seperi bunga di atas salju.

" Wooow pretty, Mam! " kata Salma. " Boleh dimakan, Mam? "

" Boleh dong sayang. " Salma tertawa, " Hmm yummi..."

" Dipta bisa menghiasnya sendiri? " tanyaku. Ia mengangguk. Aku menaruh kotak permen di samping piring kuenya. " Dipta bisa pilih bentuk apa saja yang Dipta suka. " Ia lalu melihat-lihat ke dalam kotak itu sementara aku menopingi kue-kue yang lain.

" Apa aku boleh pilih yang mana saja, Tante? "

" Iya dong terserah Dipta. Apa saja. "

" Yang bola ini boleh, Tante? " Aku mengangguk.

Ia memasang pelan-pelan sekali permen bola itu diatas kuenya, " Ini buat papa karena papa suka bola, " Ia mencari lagi di dalam kotak, " Yang ini untuk bunda karena bunda suka berkebun. " Ia memasang permen berbentuk pohon cemara hijau diatas kue yang lain.

" Kalau Dipta suka apa? " tanyaku.

" Aku juga suka bola tapi bentuk bolanya ngga ada. "

Aku melihat ke dalam kotak." O iya ya. Tante hanya punya satu yang bentuk bola. Gimana kalau kereta api. Tante tahu Dipta punya mainan kereta api. "

Pradipta mengangguk, " Iya tante aku kereta api saja. " Ia mengambilnya dan menaruhnya di kuenya yang terakhir.

" Eeuuu, Tante, apa aku boleh minta kuenya satu lagi? " tanyanya ragu-ragu.

" Boleh dong, " kataku meletakkan kue diatas piringnya berdampingan dengan kue-kuenya yang lain. " Yang itu untuk siapa? Mark ya? " tanyaku sambil mengusap mulut Awis.

" Bukan, Tante. " Ia mengambil sebuah permen dari dalam kotak. " Yang ini untuk teman-teman bunda dan papa yang sering berkunjung ke rumahkayu, " sahutnya. Ia menaruh sebuah permen berbentuk hati berwarna merah diatas kuenya sambil tersenyum lebar.

p.s:

Bagian 1 dari serangkaian tulisan ini dibuat oleh blogger tamu,
Hes Hidayat, pemilik blog masukdapur

Bagian selanjutnya akan ditulis bergantian oleh para penghuni rumah kayu
( daunilalang dan sukangeblog )


* gambar diambil dari www.easycupcakes.com *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun