" Aku aku aku ", Salma dan Awis berteriak-teriak dan berlari mendekat. Pradipta ikut dari belakang. Aku mendudukkan anak-anak di kursi tinggi menghadap meja pantri. Awis duduk di kursi bayinya yang sudah mulai sempit.
Aku memberikan Salma sebuah kue yang sudah aku oles dengan toping gula. Adonan berwarna putih itu meleleh pelan di atas kue seperti salju. Awis yang mendapatkan kuenya langsung menjilat topingnya. " Naakk ", katanya.
" Ini untuk kakak Dipta ya. Ada tiga kue. Untuk kakak Dipta, untuk bunda dan untuk papa. " Aku menaruh kue-kue yang sudah bertoping di atas piring. " Dipta bisa menaruh hiasan yang Dipta suka diatasnya. Ini tante contohin yaa."
Aku mengambil kotak berisi permen gula-gula beraneka macam bentuk dan warna. Permen-permen ini adalah dekorasi untuk kue. " Karena Salma suka bunga, kuenya ada bunganya. " Aku memasang perlahan permen berbentuk bunga diatas kuenya.
Hasilnya cantik sekali seperi bunga di atas salju.
" Wooow pretty, Mam! " kata Salma. " Boleh dimakan, Mam? "
" Boleh dong sayang. " Salma tertawa, " Hmm yummi..."
" Dipta bisa menghiasnya sendiri? " tanyaku. Ia mengangguk. Aku menaruh kotak permen di samping piring kuenya. " Dipta bisa pilih bentuk apa saja yang Dipta suka. " Ia lalu melihat-lihat ke dalam kotak itu sementara aku menopingi kue-kue yang lain.
" Apa aku boleh pilih yang mana saja, Tante? "
" Iya dong terserah Dipta. Apa saja. "
" Yang bola ini boleh, Tante? " Aku mengangguk.