Salah satu dari teman pandai yang sehari- hari memang sudah hidup prihatin itu tampaknya kemarin sampai ada pada kondisi yang sangat kepepet hingga bersedia menerima bantuan. Sebab beberapa waktu yang lalu, ketika melihat tugas- tugas dari kampus yang jelas membutuhkan biaya, karena ada bahan- bahan yang harus dibeli untuk bisa membuatnya suamiku pernah menanyakan pada putriku " Teman- temanmu yang anak- anak Bidikmisi itu, cukup tidak uangnya untuk bikin- bikin tugas begini ? Ada yang butuh bantuan tidak ? "
" Nanti ditanyakan, " kata putriku.
Dan begitulah, saat itu dia menanyakan pada beberapa temannya apakah mereka membutuhkan bantuan. Diluar dugaan kami, jawabannya adalah: tidak, terimakasih, katanya mereka masih bisa atur uangnya.
Mereka baik hati, tak memanfaatkan situasi. Mengatakan tidak perlu ketika mereka memang masih bisa mengatur. Jadi pasti kali ini teman baik yang bersedia dibantu itu memang sudah betul- betul sangat membutuhkan.
***
Aku tidak tahu persis bagaimana pengaturan pengiriman dana untuk penerima Bidikmisi itu. Tapi menurut pendapatku, seharusnya pengiriman itu dilakukan teratur.
Jika dijanjikan bulanan, selayaknyalah dana itu dikirimkan sebulan sekali.
Jika memang sebulan sekali membuat administrasi terlalu rumit, maka buat saja tiga atau empat, bahkan enam bulan sekali. Tapi, kirimkan secara teratur. Sehingga para mahasiswa penerima Bidikmisi itu bisa mengelolanya dengan baik.
Pengiriman yang terlambat, apalagi terlambatnya sampai berbulan- bulan, tentu menyulitkan para mahasiswa itu untuk mengelola keuangan mereka. Walau misalnya nanti belakangan turun dengan jumlah rapel beberapa bulan, ketidak pastian yang mereka hadapi bisa mempengaruhi keseharian mereka. Dan konsentrasi belajar mereka.
Teman baik anakku itu contohnya. Dia sampai tak makan beberapa hari. Kasihan. Padahal aku tahu pasti, anakku dan teman- temannya itu sering begadang, menyelesaikan tugas hingga malam hari. Kalau sampai tak makan lalu menjadi sakit, situasi akan menjadi makin sulit bagi mereka.
Aku dan suamiku, tentu saja ikhlas membantu. Tapi, yang bisa kami bantu paling- paling kan satu dua anak saja, dan dalam jangka waktu yang terbatas pula. Padahal mungkin yang mengalami hal serupa ada banyak, puluhan, ratusan, atau bahkan ribuan mahasiswa penerima Bidikmisi itu.