Kami telah melewatkan beberapa tahun bersama, dalam susah dan senang. Dalam banyak canda tawa dan juga kadang kala, air mata.
Tak rela melihatnya pergi saat itu. Jika boleh, kami ingin memperpanjang pertemuan itu. Sebentar saja.
Maka tiba- tiba terbersit suatu ide, bagaimana jika mencoba masuk, sampai ke boarding gate ?
Tak seorangpun dari aku dan kawanku tahu caranya. Tapi kami tahu, itu bisa. Bukan sekali atau dua kali kami pernah melihat ada orang yang mengantarkan seseorang yang hendak berangkat sampai di dalam bandara. Artinya itu bisa.
Maka kami bertanya- tanya kesana kemari. Dan akhirnya tiba di sebuah ruangan di kantor di bandara. Memohon ijin pada petugas disana agar mereka mengijinkan kami masuk ke dalam.
" Pesawatnya kemana ? " tanya mereka.
" Singapore, " jawab kami, " Transit. Lalu ke India. "
" Pak, tolong pak... " temanku bicara, " Sebentar saja. "
" Ya sudah, berdua saja kan yang masuk ? Bisa pinjam KTP-nya? " petugas itu akhirnya menjawab.
Hatiku terlonjak gembira. Aku tak tahu kenapa petugas itu memberikan ijin. Mungkin dia kasihan melihat kami berdua, sudah setengah ingin menangis, memohon ijin agar diijinkan masuk. Mungkin dia menghargai cerita kami, ketika kami dengan terbata mengatakan siapa yang kami antar itu. Mungkin juga dia pikir, kami tidak berbahaya, tidak ada potongan teroris. Atau mungkin gabungan semua itu, entahlah.
Tapi yang jelas, kami diijinkan masuk.