Makan malam yang bentuknya prasmanan biasa dihidangkan diantara shalat maghrib dan shalat Isya di apartemen itu. Para ustad membuat aturan, setiap kali makan, jamaah perempuan mengantri lebih dulu. Seusai itu, para jamaah lelaki menyusul.
Selama dalam perjalanan ibadah haji, aku sendiri berusaha menghemat energi. Sempat sakit di awal perjalanan ketika berada di Madinah, kondisiku tak begitu fit. Kelelahan mudah sekali melanda. Maka, aku menghindari antrian saat makan.
Aku biasa menanti hingga saat terakhir. Menjelang ujung antrian habis, baru aku berdiri mengantri, jadi aku menanti giliran dengan hanya dua atau tiga orang di depanku saja. Biarlah resiko satu atau dua macam lauk mungkin sudah tinggal sedikit atau bahkan habis kutanggung saja daripada aku harus berdiri berlama- lama. ( Kiat yang sama, kelak juga kuterapkan di Mina dan di Arafah ).
Saat itu, usai shalat maghrib. Seperti biasa, para perempuan dipersilahkan mengambil makan malam di ruang makan. Bapak- bapak, masih duduk berbincang di bagian depan ruang besar yang difungsikan sebagai mushala oleh kami.
Seperti biasa, aku dan beberapa jamaah perempuan lain menanti antrian memendek.
Eh ndilalah... sore itu ternyata karena sudah ada pengumuman dilarang merokok di ruang makan, beberapa orang menjadi gelisah.
Yang gelisah, bukan cuma Bapak-bapak yang merokok tapi juga istrinya !
Sore itu seorang ibu yang suaminya perokok sibuk menggusah, mendorong- dorong para jamaah perempuan untuk segera berdiri dan mengantri di ruang makan.
" Ayo makan sekarang, Bapak- bapaknya sudah tidak sabar, tuh, " begitu katanya
Kuperhatikan Bapak- bapak di bagian depan mushalla, sepertinya mereka tenang- tenang saja. Tak ada ketidak sabaran atau ketergesaan terlihat. Maka jelas, yang dimaksud 'sudah tidak sabar' itu sebenarnya khusus suaminya. Bukan Bapak- bapak pada umumnya. Setelah ada larangan merokok di ruang makan, tempat dan waktu untuk merokoknya menjadi terbatas. Itu sebabnya Bapak itu ingin cepat- cepat makan agar bisa segera merokok setelah makan.
Ibu itu terus saja sibuk mendorong- dorong kami. Lama- lama, aku jadi kesal juga.