Rupanya, menahan diri untuk tak merokok di tempat umum bahkan saat sedang beribadah hajipun sulit dilakukan.
Di awal- awal perjalanan, hal itu belum terlihat. Di Madinah, lalu di Mekah, kami tinggal di hotel bintang lima, dimana rokok tak diijinkan hadir di ruang makan. Situasi berubah beberapa hari menjelang hari-H. Menjelang keberangkatan kami ke Mina untuk memulai rangkaian utama ibadah haji kami.
Hari- hari itu, kami pindah ke sebuah apartemen di pinggiran kota Mekah. Yang disebut 'apartemen' itu adalah sebuah bangunan bertingkat lima lantai dimana selama beberapa hari itu kami akan terus bersama- sama berada disana. Kegiatan utama diisi dengan shalat berjamaah dan pengajian. Pemantapan pengetahuan dan persiapan mental menjelang puncak ibadah haji.
Sebuah ruangan luas di lantai dasar difungsikan sebagai tempat shalat dan pengajian. Di sampingnya, ada ruangan yang digunakan sebagai ruang makan.
Dan...
Di ruang makan inilah, bahkan pada hari pertama kami pindah ke apartemen itu kulihat seorang Bapak dari rombongan kami dengan tenangnya merokok di ruang makan itu.
Ya ampun.
Udara begitu panas saat itu, rata- rata 48 derajat Celcius. Ruang makan itu tidak besar. Jika ada yang merokok, asapnya akan tercium oleh semua orang. Walah.
Untunglah itu tak berlangsung lama. Sebab lalu diumumkan agar jamaah tak merokok di ruang makan.
Syukurlah, pikirku.
Tapi cerita rupanya belum selesai...