Bau itu menusuk hidungku.
SEORANG Bapak, masuk ke dalam gerbong KRL yang sedang menanti keberangkatan, lalu duduk di sampingku.
Pagi- pagi ketika itu, jam ramai hendak berangkat ke kantor.
Dan...
Hukkkk !
Begitu dia duduk di sampingku, indra penciumanku menangkap sesuatu yang bagiku, sungguh tak mengenakkan.
Bau rokok !
Bapak ini pasti perokok berat. Sebab begitu dia duduk, bau rokok itu meruap kemana- mana. Baunya begitu melekat. Nafasnyapun menyebarkan bau yang pasti tak tertanggungkan bagiku jika harus menciumnya terus menerus selama lebih dari satu jam perjalanan.
Untunglah masih ada beberapa tempat duduk kosong di gerbong yang kunaiki itu, jadi aku bisa pindah.
Bertemu dengan seseorang yang semacam itu memang serba salah. Jika bertemu dengan orang yang merokok seenaknya di tempat umum, aku bisa memasang gesture penolakan ( misalnya dengan terang- terangan mengibaskan tangan ke arah asap rokok ) atau juga secara eksplisit bicara pada orang tersebut itu bahwa asap rokoknya mengganggu.
Tapi jika bertemu seorang perokok yang tak sedang merokok namun dari ujung kaki sampai ujung kepala menghamburkan bau rokok seperti itu, apa yang bisa dilakukan? Repot sekali, kan ?