Produksi singkong di Jawa pada saat itu memang berlimpah, khususnya pada abad ke 19 masyarakat mulai banyak membuat kerupuk putih itu.
Pada awal munculnya kerupuk aci ini (abad ke 19), makanan ini sempat menjadi makanan pokok pendamping (bukan nasi). Ini lantaran pada saat itu penduduk mengalami krisis pangan akibat terjadinya perang atau sistem tanam paksa (yang dikenal dalam sejarah).Â
Rakyat pun memakan kerupuk dari singkong itu sebagai lauk utama. Jika pun ada, daging pada saat itu sangat langka dan mahal.
Jadilah rakyat yang tak berpunya lauknya kerupuk aci ini.
Jika dulu kerupuk menjadi lauk utama teman makan nasi, sesudah merdeka dan dimulainya pembangunan di segala bidang kehidupan masyarakat Indonesia perlahan-lahan mulai menuju kepada berpenghasilan yang cukup.
Sekarang setelah sejahtera, makan kerupuk menjadi hal yang biasa, bukan makanan mewah lagi. "Di balik itu makan kerupuk menjadi simbol keprihatinan," kata Fadly.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H