Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Kerupuk Sempat Menjadi Makanan Pokok di Era Penjajahan

22 Februari 2021   10:02 Diperbarui: 22 Februari 2021   10:31 935
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kerupuk Aci (beritagar.id)


Di sini kita akan berbicara soal kerupuk, salah satu makanan rakyat yang relatif terjangkau dan disukai banyak orang. 

Makanan murah ini selain kerupuk sebagai lauk penambah saat makan nasi, ada juga tempe atau tahu. Jika tempe atau tahu sewaktu-waktu harganya bisa naik. Awal tahun 2021 ini kita "dihadiahi" naiknya harga tempe, lantaran dari sananya harga kedelai naik.

Itu karena naiknya permintaan kedelai Amerika Serikat oleh Cina, mempengaruhi produksi di Indonesia.

Namun kerupuk nampaknya sulit untuk naik harganya.

Kerupuk sangat mudah ditemui di warung-warung di sekitar rumah kita. Rasanya yang renyah dan kriuk-kriuk, kerupuk ditambahkan pada bubur, gado-gado, nasi goreng, ketoprak, dan sebagainya.

Kendati digadang-gadang makan kerupuk terlalu banyak dapat merusak kesehatan, akan tetapi makanan murah ini sendiri mempunyai "efek samping" yang baik, juga untuk kesehatan.

Apa saja?

Melansir indozone.com, sejumlah "efek samping" yang baik kerupuk untuk kesehatan adalah meningkatkan massa otot, menurunkan berat badan, dan menyehatkan gigi dan tulang.

Kerupuk ikan atau kerupuk udang ada proteinnya. Inilah dikatakan mengapa kerupuk bisa menambah massa pada otot.

Berat badan berlebihan banyak dirisaukan oleh banyak orang. Nah, karena kalori yang terkandung dalam kerupuk ini rendah, itulah sebabnya kerupuk dapat menurunkan berat badan, sehingga menjadi ideal.

Jika kita merasakan "kriuk" ketika makan kerupuk, itu disebabkan karena kerupuk ini mengandung fosfor dan kalsium. Nah, di sinilah mengapa kerupuk dapat menjaga kesehatan tulang dan memperkuat gigi.

Kerupuk bisa mencegah osteoporosis.

Kerupuk ini banyak jenisnya, dari kerupuk kulit, kerupuk udang, kerupuk ikan, kerupuk putih, dan sebagainya.

Bukti bahwa kerupuk kulit, atau ada juga mereka yang menyebutnya dengan kerupuk rambak sudah ada sebelum abad ke 10, ditemukan di Prasasti Batu Pura. Di prasasti itu ada disebut-sebut soal kerupuk kulit ini.

Dalam bukunya yang berjudul "Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia" karya Fadly Rahman, menulis jika kerupuk ini ada disebut-sebut dalam naskah Jawa Kuno. Seperti pada saat ini, kerupuk pada masa itu juga dikonsumsi sebagai makanan pendamping.

Dosen Departemen Sejarah Universitas Padjadjaran Bandung itu juga mengatakan kerupuk kulit tersebut dimakan oleh golongan atas pada masa itu, seperti kaum priyayi dan orang-orang Belanda.

Tidak semata-mata kaum bangsawan dan Belanda, kerupuk rambak juga dimakan oleh pribumi dan rakyat jelata, jelas Fadly.

Di era kerajaan Nusantara, kerupuk kulit ini dijadikan sebagai makanan pendamping. "Sama seperti sekarang," katanya.

Pada mulanya kerupuk rambak berasal dari kulit sapi atau kerbau. Pada perkembangannya kemudian, banyak kerupuk kulit yang terbuat dari kulit hewan lainnya.

Justru kerupuk rambak ini yang pertama-tama adanya segala jenis kerupuk di Nusantara. Kerupuk juga ditemui di Malaysia atau "Melayu" (Kalimantan, Sumatera). Disebut "Melayu" karena kedua propinsi Indonesia itu berdekatan dengan Malaysia.

Lidah Malaysia menyebut kerupuk ini dengan keropok.

Setiap perayaan 17 Agustus, kerupuk putih selalu dijadikan lomba makan kerupuk. Kerupuk putih ini, atau disebut juga dengan kerupuk aci (dalam Bahasa Sunda)terbuat dari singkong.

Produksi singkong di Jawa pada saat itu memang berlimpah, khususnya pada abad ke 19 masyarakat mulai banyak membuat kerupuk putih itu.

Pada awal munculnya kerupuk aci ini (abad ke 19), makanan ini sempat menjadi makanan pokok pendamping (bukan nasi). Ini lantaran pada saat itu penduduk mengalami krisis pangan akibat terjadinya perang atau sistem tanam paksa (yang dikenal dalam sejarah). 

Rakyat pun memakan kerupuk dari singkong itu sebagai lauk utama. Jika pun ada, daging pada saat itu sangat langka dan mahal.

Jadilah rakyat yang tak berpunya lauknya kerupuk aci ini.

Jika dulu kerupuk menjadi lauk utama teman makan nasi, sesudah merdeka dan dimulainya pembangunan di segala bidang kehidupan masyarakat Indonesia perlahan-lahan mulai menuju kepada berpenghasilan yang cukup.

Sekarang setelah sejahtera, makan kerupuk menjadi hal yang biasa, bukan makanan mewah lagi. "Di balik itu makan kerupuk menjadi simbol keprihatinan," kata Fadly.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun