Setelahnya mereka merilis sejumlah tipe-tipe lainnya yang cukup disukai oleh konsumen.
Pada tahun 2000-an Siemens masih cukup bersaing dengan merek-merek seperti Motorola buatan Amerika, atau Sony Ericsson asal Swedia dengan pangsa pasar yang mencapai 8,7 persen.
Namun tanda-tanda penurunan mulai terlihat pada tahun 2005 dimana pangsa pasar mereka mulai mengalami penurunan menjadi hanya sekitar 7,1 persen.
Di tahun berikutnya, 2006, semakin anjlok lagi menjadi sekitar 5,5 persen saja.
Mereka sempat mengeluarkan Xelibri, ponsel stylish dan mewah. Namun tidak disukai masyarakat lantaran bentuknya yang aneh dan fitur-fiturnya tidak ada yang istimewa.
Karenanya sesudah itu mereka mengalami kerugian hingga mencapai 540 juta USD.
Untuk menyelamatkan dari kebangkrutan Siemens menjual perusahaannya kepada BenQ. Namun sami mawon, tak berkembang.
Yang mana pada akhirnya tutup total.
Sejumlah pengamat mengatakan kegagalan itu disebabkan karena Siemens tidak peka kepada selera konsumen yang sedang berkembang seperti layar, disain, dan kamera.
Siemens teledor dengan tidak memperhatikan tren tersebut.
"Siemens terlambat berinovasi padahal sangat krusial pada tren itu," kata analis Theo Kitz yang dimuat di New York Times.