Teknologi kini sudah meloncat jauh ke depan di segala bidang, salah satunya juga di telekomunikasi, dalam hal ini telepon seluler (ponsel).
Ketika hadirnya ponsel jadul ini di era tahun 1990-an sempat muncul ke permukaan sejumlah merek alat komunikasi ini yang menjadi populer di antaranya Vertu, Palm, BlackBerry, Esia, Nexian, LG, Siemens, Motorola, atau Sony Ericsson.
Tentu saja pada saat itu, alat ini hanya digunakan untuk menelpon dan SMS saja.
Lama-kelamaan ponsel semakin berkembang dengan inovasi baru. Mulai dari perbaikan fitur-fiturnya, ponsel kini bisa juga untuk memotret.
Ponsel juga bisa untuk email bahkan internet. Yang harganya tentu lebih mahal.
Namun kini, merek-merek itu sudah punah sama sekali ditelan kemajuan jaman.
Mereka kalah dengan merek-merek kekinian seperti Samsung, Asus, Xiaomi, Oppo, Apple iPhone,Vivo, dan sebagainya. Hal tersebut lantaran merek-merek tersebut malas untuk inovasi yang mana dengan demikian mereka hilang seperti ditelan bumi.
Salah satunya adalah hp buatan Jerman, Siemens, yang diproduksi oleh Siemens Mobile, anak usaha dari Siemens AG.
Tercatat nama ini sudah hancur pada tahun 2006.Â
Tipe C1 merupakan ponsel pertama yang diproduksi Siemens Mobile pada tahun 1985.Â
Setelahnya mereka merilis sejumlah tipe-tipe lainnya yang cukup disukai oleh konsumen.
Pada tahun 2000-an Siemens masih cukup bersaing dengan merek-merek seperti Motorola buatan Amerika, atau Sony Ericsson asal Swedia dengan pangsa pasar yang mencapai 8,7 persen.
Namun tanda-tanda penurunan mulai terlihat pada tahun 2005 dimana pangsa pasar mereka mulai mengalami penurunan menjadi hanya sekitar 7,1 persen.
Di tahun berikutnya, 2006, semakin anjlok lagi menjadi sekitar 5,5 persen saja.
Mereka sempat mengeluarkan Xelibri, ponsel stylish dan mewah. Namun tidak disukai masyarakat lantaran bentuknya yang aneh dan fitur-fiturnya tidak ada yang istimewa.
Karenanya sesudah itu mereka mengalami kerugian hingga mencapai 540 juta USD.
Untuk menyelamatkan dari kebangkrutan Siemens menjual perusahaannya kepada BenQ. Namun sami mawon, tak berkembang.
Yang mana pada akhirnya tutup total.
Sejumlah pengamat mengatakan kegagalan itu disebabkan karena Siemens tidak peka kepada selera konsumen yang sedang berkembang seperti layar, disain, dan kamera.
Siemens teledor dengan tidak memperhatikan tren tersebut.
"Siemens terlambat berinovasi padahal sangat krusial pada tren itu," kata analis Theo Kitz yang dimuat di New York Times.
Memang suatu perusahaan, apalagi yang bergerak di bidang telekomunikasi kalau tidak peka kepada tren di masyarakat dan tidak berusaha inovasi maka dapat dipastikan perusahaan itu bakal hancur total.
Siemens yang hancur lebur di atas hanya contoh saja. Dimana merek-merek lainnya yang hancur di pasaran serupa bahwa mereka tidak inovasi sesuai dengan tren di masyarakat.
Termasuk Anda sendiri, pada waktu awal keluarnya alat telekomunikasi ini ketika diumumkan kehadirannya selalu menarik perhatian akan barang baru ini. Mereka membelinya.
Namun tak berapa lama kemudian muncul hp baru dengan fitur-fitur lainnya.Â
Pabrik hp tersebut berinovasi sesuai dengan apa yang diinginkan masyarakat.Â
Kita pun jadinya penasaran ingin beli lagi.
Begitu seterusnya, hp baru sampai kepada bentuknya smartphone terus muncul dengan fitur dan inovasi yang lebih canggih dan berharga mahal macam Samsung, dan sebagainya.
Ya, pabrikan seperti itu memiliki departemen tersendiri yaitu R&D atau Research and Development yang semakin canggih sesuai tren.
Anda sekarang menggunakan smartphone merek apa?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H