Dampak dari pandemi ini di satu sisi telah menyebabkan ekonomi global melambat sehingga terjadi pengurangan karyawan dan menyebabkan tingkat persaingan di dunia yang sudah ketat semakin lebih ketat lagi.
Di sisi lain dampak dari pandemi ini perusahaan dapat melakukan trial and error dengan memberikan double job kepada karyawannya karena pembatasan jarak atau pembatasan orang dalam satu ruangan.
Tidak dapat disangkal lagi, kombinasi dari kedua dampak pandemi covid-19 diatas telah menyebabkan fenomena quiet quitting berkembang dengan lebih besar dan lebih cepat dari yang dapat dibayangkan sebelumnya.
Apakah salah bila kemudian banyak karyawan yang frustasi dengan kondisi kerja saat ini dan memilih untuk quiet quitting ? Sekedar bertahan ditengah-tengah situasi yang mereka anggap tidak adil namun mereka tidak berdaya untuk mengubahnya.
Mungkin quiet quitting bukan pilihan yang terbaik, namun bila kita pada posisi mereka kita akan merasakan betapa sulitnya mengambil sikap pada situasi yang sulit ini. Kadang akal sehat tidak cukup untuk menjaga kewarasan, hanya bisa pasrah dan berdamai dengan kenyataan.
But, life is not fair, right?
Selamat berakhir pekan, Have a nice weekend....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H