Dengan supply yang jauh di atas demand maka perusahaan-perusahaan lebih leluasa untuk mencari karyawan yang "manut" dan "nrimo" dengan beban kerja yang di atas standar sebelumnya dengan posisi yang lebih rendah.
Persaingan dalam dunia kerja yang semakin sengit baik bagi pencari kerja maupun bagi mereka yang sudah bekerja untuk mempertahankan posisi mereka saat ini mengakibatkan perang "diskon" besar-besaran diantara mereka.
Sebagai contoh posisi yang yang dulunya diperebutkan oleh lulusan setara SMA sekarang lulusan D3 atau S1 pun banyak yang bersedia untuk di down-grade, yang penting bisa bekerja atau di terima sebagai karyawan sebuah perusahaan.
Di beberapa perusahaan praktik down-grade ini juga diterapkan secara meluas bagi karyawan yang sudah bekerja.
Sebagai contoh posisi yang dahulunya dipegang oleh unit head sekarang diberikan kepada staff biasa, sehingga perusahaan dapat lebih berhemat dengan tidak perlu membayar gaji standar unit head yang lebih tinggi dari staff biasa.
Dengan tingkat persaingan antar karyawan yang sangat tinggi praktik semacam ini dapat berjalan dengan mulus.
Karyawan yang diberikan pekerjaan yang lebih banyak atau tugas dan tanggung jawab yang lebih tinggi tidak bisa serta merta dipromosikan dengan alasan harus mengikuti aturan jenjang kepangkatan (grading) yang berlapis-lapis.
Dengan kondisi dunia kerja saat ini dimana tingkat supply yang jauh lebih tinggi dari demand maka akan selalu ada karyawan yang bersedia di-down grade baik saat penerimaan maupun setelah bekerja bertahun-tahun.
Dengan kata lain, kalau mereka tidak mau mengikuti kemauan perusahaan masih ada banyak orang lain yang bersedia menggantikan posisi mereka saat ini.
Di era global saat ini, persaingan memperebutkan pekerjaan bukan hanya terjadi internal di dalam sebuah negara tetapi juga meluas secara global. Perusahaan-perusahaan multi nasional atau perusahaan global tidak segan segan memindahkan fasilitas produksinya ke negara yang tenaga kerjanya lebih murah atau lebih mudah diatur.
Faktor lain yang ikut memicu merebaknya fenomena quite quitting adalah terjadinya pandemi covid-19 selama dua tahun terkahir ini.