Mohon tunggu...
Rudy Subagio
Rudy Subagio Mohon Tunggu... Lainnya - Just ordinary people, photograph and outdoors enthusiast, business and strategy learner..

Hope for the Best...Prepare for the Worst ...and Take what Comes. - anonymous- . . rudy.subagio@gmail.com . . Smada Kediri, m32 ITS, MM48 Unair

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Tiga Alasan Mengapa Sikap Baik dan Santun Saja Justru Menghancurkan Tim

11 Januari 2022   20:30 Diperbarui: 12 Januari 2022   21:00 929
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sebuah tim kerja di kantor. Sumber: Kompas.com

Orang yang bersikap baik sangat tergantung dari pendapat atau penilaian orang lain. Mereka sangat berhati-hati untuk mengelola "nama baik" mereka, terutama di depan orang-orang yang mereka anggap penting. Tindakan dan perilaku mereka adalah "Jaim".

Orang baik hati juga ingin dianggap baik, namun bukan itu yang mendorong mereka. Mereka terutama dimotivasi oleh apa yang dapat mereka berikan, bahkan bila tindakan mereka tidak terlihat langsung.

Mereka melihat melalui mata empati dan dapat terhubung dengan kebutuhan orang lain. Fokus mereka pada niat baik yang tulus tanpa pamrih membantu anggota tim merasa aman dan dihargai.

3. Bersikap baik kadang menghambat kemajuan

Orang yang bersikap baik mungkin menghindari konflik dan menghindar dari mengemukakan pendapat yang berbeda agar tidak terjadi keributan.

Keinginan kuat mereka untuk disukai hampir selalu di atas segalanya, artinya mereka mungkin membiarkan anggota tim melakukan kesalahan tanpa menegurnya untuk menghindari percakapan yang tidak nyaman.

Dalam kasus ini, kepasifan mereka memperlambat kemajuan karena tim mengalami kemunduran yang mahal dari keputusan buruk yang sebenarnya bisa dihindari.

Orang baik hati memiliki keberanian untuk berbicara tentang kebenaran dengan santun, meskipun mereka mungkin tidak dianggap sopan karena melakukan itu. Keberanian mereka mendorong pemecahan masalah, mendorong inovasi, dan meningkatkan produktivitas.

Refleksi diri:

Bersikap baik hanya sebagai kosmetik saja dan tidak didasari dengan motivasi yang benar dan tulus untuk berempati terhadap kebutuhan orang lain akan membawa kita bersikap "ABS" atau "Jaim" dan lebih parah lagi bisa dicap sebagai "penjilat".

Agar kita mempunyai perilaku yang "authentic", apa adanya dan tulus berbuat baik maka kita perlu memeriksa motivasi kita dalam berbuat baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun