Mohon tunggu...
Rudy Subagio
Rudy Subagio Mohon Tunggu... Lainnya - Just ordinary people, photograph and outdoors enthusiast, business and strategy learner..

Hope for the Best...Prepare for the Worst ...and Take what Comes. - anonymous- . . rudy.subagio@gmail.com . . Smada Kediri, m32 ITS, MM48 Unair

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Tiga Alasan Mengapa Sikap Baik dan Santun Saja Justru Menghancurkan Tim

11 Januari 2022   20:30 Diperbarui: 12 Januari 2022   21:00 929
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sebuah tim kerja di kantor. Sumber: Kompas.com

Berlawanan dengan persepsi orang pada umumnya, ternyata "sikap baik" dan santun saja tidak cukup. Untuk membentuk tim yang tangguh dan unggul kita butuh lebih dari "sikap baik" dan santun. Kita membutuhkan karyawan yang "baik hati".

Berdasarkan Penelitian yang dilakukan oleh Association of Professional Executives of the Public Service of Canada (APEX) disimpulkan bahwa tim dalam lingkungan yang saling menghormati dan baik (tulus) hati akan memberikan kepuasan kerja 36% lebih banyak dan 44% lebih berkomitmen pada organisasi mereka.

Meskipun "sikap baik"dan "baik hati" kelihatannya serupa namun sebenarnya keduanya berbeda. Kebaikan hati yang tulus lebih utama karena memberikan kekuatan untuk memotivasi tim, meningkatkan produktivitas, dan menumbuhkan budaya yang menarik dan mempertahankan talenta terbaik.

Ilustrasi anggota Tim di tempat kerja, Sumber: Forbes.com
Ilustrasi anggota Tim di tempat kerja, Sumber: Forbes.com

Berdasarkan pendapat dari para ahli perilaku manusia dan rangkuman dari berbagai literatur, terdapat tiga alasan mengapa sikap baik dan santun saja tidak cukup, yaitu:

1. Sikap baik saja tidak dapat bertahan di bawah tekanan

Sikap baik dan sopan dengan cepat memudar ketika orang berada di bawah tekanan, mengalami konflik atau menghadapi situasi yang sulit. Jika mereka bertemu seseorang yang tidak sopan seperti mereka atau berhadapan dengan orang yang meremehkan mereka, mereka tidak tahan dan berubah dari bersikap manis menjadi temperamental atau agresif. 

Perubahan temperamen seperti ini akan merugikan tim dan pada gilirannya anggota tim lain terbebani untuk memperbaiki hubungan yang rusak ini.

Sebaliknya, orang yang baik hati tidak terpengaruh oleh faktor eksternal. Mereka berdiri teguh dalam keyakinan diri mereka untuk menghormati orang lain, bahkan jika kebaikan mereka tidak berbalas. Karena ketulusan mereka ini, mereka mendapatkan kepercayaan dan mendapatkan pengaruh dengan mudah, terlepas dari jabatan mereka.

2. Orang yang bersikap baik ingin menjaga image mereka (Jaim)

Orang yang bersikap baik dan orang yang baik hati mungkin menunjukkan perilaku yang sama, namun motivasi mereka sangat berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun