Berlawanan dengan persepsi orang pada umumnya, ternyata "sikap baik" dan santun saja tidak cukup. Untuk membentuk tim yang tangguh dan unggul kita butuh lebih dari "sikap baik" dan santun. Kita membutuhkan karyawan yang "baik hati".
Berdasarkan Penelitian yang dilakukan oleh Association of Professional Executives of the Public Service of Canada (APEX) disimpulkan bahwa tim dalam lingkungan yang saling menghormati dan baik (tulus) hati akan memberikan kepuasan kerja 36% lebih banyak dan 44% lebih berkomitmen pada organisasi mereka.
Meskipun "sikap baik"dan "baik hati" kelihatannya serupa namun sebenarnya keduanya berbeda. Kebaikan hati yang tulus lebih utama karena memberikan kekuatan untuk memotivasi tim, meningkatkan produktivitas, dan menumbuhkan budaya yang menarik dan mempertahankan talenta terbaik.
Berdasarkan pendapat dari para ahli perilaku manusia dan rangkuman dari berbagai literatur, terdapat tiga alasan mengapa sikap baik dan santun saja tidak cukup, yaitu:
1. Sikap baik saja tidak dapat bertahan di bawah tekanan
Sikap baik dan sopan dengan cepat memudar ketika orang berada di bawah tekanan, mengalami konflik atau menghadapi situasi yang sulit. Jika mereka bertemu seseorang yang tidak sopan seperti mereka atau berhadapan dengan orang yang meremehkan mereka, mereka tidak tahan dan berubah dari bersikap manis menjadi temperamental atau agresif.Â
Perubahan temperamen seperti ini akan merugikan tim dan pada gilirannya anggota tim lain terbebani untuk memperbaiki hubungan yang rusak ini.
Sebaliknya, orang yang baik hati tidak terpengaruh oleh faktor eksternal. Mereka berdiri teguh dalam keyakinan diri mereka untuk menghormati orang lain, bahkan jika kebaikan mereka tidak berbalas. Karena ketulusan mereka ini, mereka mendapatkan kepercayaan dan mendapatkan pengaruh dengan mudah, terlepas dari jabatan mereka.
2. Orang yang bersikap baik ingin menjaga image mereka (Jaim)
Orang yang bersikap baik dan orang yang baik hati mungkin menunjukkan perilaku yang sama, namun motivasi mereka sangat berbeda.