Kisah ini merupakan kelanjutan dari episode sebelumnya (Part-2) yang tayang hampir 2 bulan yang lalu. Sebenarnya belum ada rencana untuk melanjutkan tulisan ini meskipun tinggal satu episode lagi, sampai muncul notifikasi topik pilihan Keselamatan Berkendara. Jadilah episode ini hadir sekalian untuk meramaikan topik pilihan di atas.
(lanjutan dari part-2)
Kamis, 24 Desember 2009, hari ke-tujuh perjalanan keliling Jawa.Â
Bangun pagi, rasanya masih capek dan ngantuk, maklum kemarin perjalanan yang cukup panjang dari Bandung ke Jogja nonstop. Apalagi sampai di hotel sudah menjelang tengah malam, praktis mulai tidur sudah lewat tengah malam. Pagi itu suasana di Jogja kebetulan pas mendung, menambah rasa malas untuk bangun pagi.
Acara pagi itu hanya bermalas-malasan melepas penat seharian kemarin, sayangnya perjalan hari ini mesti dilanjutkan. Jadi meski malas akhirnya mesti bangun, sarapan pagi di hotel dan berberes barang bawaan.
Selanjutnya sekitar pk. 11 siang kami check out, meninggalkan hotel dengan tujuan "belanja" oleh-oleh di Jalan Malioboro, jalan yang paling legendaris dan terkenal bukan hanya di Jogja mungkin bahkan di seluruh Indonesia.
Namun belum jauh meninggalkan hotel hujan mulai turun dan semakin deras saat melewati Jalan Malioboro sehingga rencana belanja ke Mirota ditunda. Sebagai gantinya kami mengunjungi Taman Pintar sambil menunggu hujan reda. Di Taman Pintar kami masuk melalui Gedung Oval & Kotak, kemudian nonton Theatre 4 dimensi, cukup bagus cuma sayangnya durasinya pendek, sekitar 20 menit.
Sementara saya dan anak melanjutkan eksplorasi di Taman Pintar, istri pergi ke Mirota dengan berjalan kaki karena hujan sudah reda dan jarak antara Taman Pintar dengan Mirota yang berada di ujung jalan Malioboro tidak terlalu jauh.
Tak terasa hari sudah mulai sore, kami sudah selesai acara masing-masing, istri kembali ke Taman Pintar bertemu saya dan anak lagi. Namun ternyata selama di Mirota ada beberapa pakaian untuk saya dan anak yang belum dibeli karena harus dicoba terlebih dulu.
Akhirnya kami mampir lagi ke Mirota untuk mencoba pakaian dan setelah selesai transaksi perjalanan dilanjutkan ke tujuan berikutnya, kampung halaman saya di Kediri.
Dari Malioboro perjalanan Jogja-Kediri dimulai, melewati Jalan Raya Jogja-Magelang terus lurus sampai Ring Road Utara. Memasuki Jalan Raya Jogja-Magelang disisi kiri jalan ada toko roti Parsley yang merupakan salah satu destinasi yang wajib disinggahi kalau sedang berlibur di Jogja.
Setelah mampir sebentar di Parsley perjalanan dilanjutkan, Â waktu sudah menunjukan pk. 18.30 ketika meninggalkan Jogja dan mulai menelusuri Jalan Raya Jogja-Solo.
Sepanjang perjalan Jogja-Solo jalannya lurus saja namun agak terhambat dengan banyaknya traffic light disepanjang perjalanan dan kebetulan selalu dapat lampu merah terus.
Memasuki kota Solo, waktu sudah menunjukkan sekitar pukul 20 malam, waktunya untuk makan malam. Tempat makan malam favorit di kota Solo waktu itu (tahun 2009) adalah di "Galabo", yang berada di ujung Jalan Slamet Riyadi, jalan utama yang membelah pusat kota Solo. Galabo merupakan pusat kuliner malam kota Solo yang dikelola oleh pemerintah daerah Solo.
Setelah selesai makan malam dan beristirahat sejenak,perjalanan dilanjutkan. Biasanya kalau melewati kota Solo, kami selalu mampir ke tempat yang jualan Srabi Notosuman di Jalan Muh. Yamin. Ini merupakan salah satu destinasi kuliner favorit kami bila berkunjung ke kota Solo, namun karena waktu sudah menunjukan pukul 21.00, jadi sudah tidak keburu untuk mampir kesana.
Perjalanan dilanjutkan melewati kota Sragen, lanjut ke kota Mantingan perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Lepas dari kota Mantingan waktu sudah menunjukan sekitar pukul 23.00 dan rasa kantuk sudah tak tertahankan lagi.
Akhirnya kami berhenti di pom bensin untuk tidur sebentar di dalam mobil, mungkin karena sangat ngantuk tak terasa hampir 2 jam kami berhenti di situ. Sekitar pukul 1 dini hari perjalanan dilanjutkan.
Oh ya, biasanya kalau kami perjalanan malam dan ngantuk tidak tertahankan kami berhenti di pom bensin dan tidur di dalam mobil. Cara kami tidur di mobil dengan menyalakan AC sampai cukup dingin, kemudian AC dimatikan dan mesin mobil juga dimatikan, dan hanya kipas yang dijalankan. Setelah beberapa lama kemudian, sekitar 5-10 menit, udara dalam mobil mulai panas, mesin mobil dan AC dinyalakan. Setelah cukup dingin dimatikan lagi dan seterusnya.
Dengan cara ini kami biasanya dapat beristirahat atau tidur selama 1 sampai 2 jam sampai rasa kantuk benar-benar hilang. Memang setiap 5-10 menit kami mesti mematikan dan menghidupkan mesin mobil dan AC, namun kami melakukannya dengan setengah tertidur dan ini cukup untuk menghilangkan rasa kantuk yang tak tertahankan.
Jumat, 25 Desember 2009, hari ke-delapan perjalanan keliling Jawa.
Waktu hampir menunjukan pukul 1 dini hari, di tempat parkir di area pom bensin disuatu tempat di luar kota Mantingan ke arah Ngawi. Disitu tak terasa kami sudah berhenti hampir 2 jam untuk menghalau rasa kantuk yang tak tertahankan.
Setelah rasa kantuk sudah mulai menghilang, kami melanjutkan perjalanan ke kota Kediri melewati kota-kota Ngawi, Saradan, Nganjuk dan akhirnya tiba di kota Kediri menjelang subuh.
Hari kedelapan dan kesembilan, kegiatan kami hanya di sekitar rumah bertemu sanak saudara, kerabat dan saudara, serta memulihkan stamina yang  terkuras dihari hari sebelumnya.
Hari Kesepuluh, Minggu 27 Desember 2009, etape terakhir perjalanan keliling Jawa dilajunjutkan. Mulai dari Kediri kemudian ke Tulung Agung untuk mengunjungi saudara yang tinggal di sana. Dari Tulung Agung perjalanan dilanjutkan ke home base di Trosobo, Taman, Sidoarjo.
Akhirnya, kami tiba di rumah lagi dengan kondisi sehat, selamat dan tak kurang suatu apapun. Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan YME atas penyertaan dan pemeliharaan yang kami alami selama perjalanan ini.
Perjalanan keliling Jawa zaman belum ada Tol Trans Jawa ini di mulai hari Jumat, 18 Desember 2009 dan berakhir pada hari Minggu, 27 Desember 2009, dengan total jarak tempuh 2,207.5 km atau 1,372 mil.
Epilog
Setelah perjalanan keliling Jawa yang pertama ini, kami beberapa kali melakukannya lagi, dengan rute yang tidak jauh berbeda. Baik lewat jalan biasa maupun sebagian tol, termasuk tol panjang trans Jawa.
Yang menjadi daya tarik bukan hanya sekedar destinasi wisata di kota-kota yang kami tuju, namun perjalanan itu sendiri yang menarik. Kami menikmati setiap episode perjalanan sebagai sebuah pengalaman yang baru yang membahagiakan.
Banyak hal yang menarik selama perjalanan seperti suasana yang baru meskipun tempat yang sama akan terasa berbeda pada saat yang berbeda. Lika-liku dan suka duka selama perjalanan menjadi bagian yang menarik dari setiap perjalanan dan membuat kami ingin mengulanginya.
Kami lebih suka melakukan perjalanan pada malam hari karena lalu lintas lebih lancar, tidak panas dan tidak cepat capek. Namun sisi negatifnya kalau kantuk menyerang sangat berbahaya, jadi biasanya jalan malam ini kami lakukan diawal perjalanan pada saat kondisi tubuh masih fit.
Selain itu perjalanan dengan kendaraan di jalan umum pasti mengandung resiko, entah itu kelalaian kita sendiri atau orang lain. Hal ini yang harus diantisipasi dengan menerapkan prinsip-prinsip safety driving yaitu defense driving.
Defense driving adalah cara berkendara dengan memperhitungkan bagaimana kalau orang lain berbuat kelalaian atau ceroboh di jalan yang akan kita lewati. Dengan demikian kita akan lebih berhati-hati, misalnya bagaimana kalau kendaraan di depan kita tiba-tiba berhenti mendadak, bannya meletus atau tiba-tiba nyelonong, apakah kita sudah menajaga jarak yang aman untuk mengantisipasi hal-hal tersebut ?
Defense driving juga kita terapkan pada saat kita berdoa sebelum memulai perjalanan, bukan hanya kendaraan kita yang kita doakan agar selamat, tapi juga kendaraan yang beriringan, berpapasan, yang mendahului maupun yang kita dahului. Kalau mereka semua selamat kendaraan kita juga akan selamat, sebaliknya kalau mereka bermasalah imbasnya bisa jadi mengenai kendaraan kita.
Selain itu perjalanan jarak jauh harus tenang dan santai, tidak boleh terburu-buru atau ngebut, karena ini bukan lari sprint tapi marathon. Setiap meter perjalanan harus dinikmati agar tidak bosan karena merasa tidak sampai-sampai.
Hal lain yang penting adalah harus selalu berhenti untuk beristirahat secara periodik, setidaknya setiap 2-3 jam. Pada jalan non toll atau jalan biasa, pada malam hari biasanya yang menjengkelkan adalah truk-truk yang berjalan lambat tapi memenuhi badan jalan. Seringkali mereka berjalan beriringan sehingga perlu skill tingkat dewa untuk menyalipnya.
Hal ini membuat kita terkadang sayang untuk berhenti untuk beristirahat secara periodik karena begitu kita berhenti sebentar iring-iringan truk mendahului kita. Padahal untuk mendahului mereka tadi sulitnya minta ampun.
Dalam perjalanan selanjutnya kami juga melalui jalan Tol. Sebenarnya teknik berkendara di jalan biasa maupun jalan tol hampir sama, kita harus menerapkan defense driving atau safety driving.
Berkendara di jalan tol juga tidak perlu kebut-kebutan, karena sebenarnya ada banyak pemandangan di jalan tol yang harus kita nikmati keindahannya. Beberapa ruas jalan tol yang terkenal karena keindahannya adalah ruas tol Boyolali-Semarang, ruas tol Cipularang dan mungkin ruas tol Cisumdawu bila sudah selesai pengerjaannya dan dioperasikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H