Mohon tunggu...
Rudy Subagio
Rudy Subagio Mohon Tunggu... Lainnya - Just ordinary people, photograph and outdoors enthusiast, business and strategy learner..

Hope for the Best...Prepare for the Worst ...and Take what Comes. - anonymous- . . rudy.subagio@gmail.com . . Smada Kediri, m32 ITS, MM48 Unair

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Keliling Jawa Zaman Belum Ada Tol Trans Jawa (Part-3): Epilog, Seni Menikmati Perjalanan, Destinasi Hanya Bonusnya

11 November 2021   22:35 Diperbarui: 11 November 2021   22:48 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi jalan tol, sumber: sigijateng.id

Defense driving adalah cara berkendara dengan memperhitungkan bagaimana kalau orang lain berbuat kelalaian atau ceroboh di jalan yang akan kita lewati. Dengan demikian kita akan lebih berhati-hati, misalnya bagaimana kalau kendaraan di depan kita tiba-tiba berhenti mendadak, bannya meletus atau tiba-tiba nyelonong, apakah kita sudah menajaga jarak yang aman untuk mengantisipasi hal-hal tersebut ?

Defense driving juga kita terapkan pada saat kita berdoa sebelum memulai perjalanan, bukan hanya kendaraan kita yang kita doakan agar selamat, tapi juga kendaraan yang beriringan, berpapasan, yang mendahului maupun yang kita dahului. Kalau mereka semua selamat kendaraan kita juga akan selamat, sebaliknya kalau mereka bermasalah imbasnya bisa jadi mengenai kendaraan kita.

Selain itu perjalanan jarak jauh harus tenang dan santai, tidak boleh terburu-buru atau ngebut, karena ini bukan lari sprint tapi marathon. Setiap meter perjalanan harus dinikmati agar tidak bosan karena merasa tidak sampai-sampai.

Hal lain yang penting adalah harus selalu berhenti untuk beristirahat secara periodik, setidaknya setiap 2-3 jam. Pada jalan non toll atau jalan biasa, pada malam hari biasanya yang menjengkelkan adalah truk-truk yang berjalan lambat tapi memenuhi badan jalan. Seringkali mereka berjalan beriringan sehingga perlu skill tingkat dewa untuk menyalipnya.

Hal ini membuat kita terkadang sayang untuk berhenti untuk beristirahat secara periodik karena begitu kita berhenti sebentar iring-iringan truk mendahului kita. Padahal untuk mendahului mereka tadi sulitnya minta ampun.

Dalam perjalanan selanjutnya kami juga melalui jalan Tol. Sebenarnya teknik berkendara di jalan biasa maupun jalan tol hampir sama, kita harus menerapkan defense driving atau safety driving.

Berkendara di jalan tol juga tidak perlu kebut-kebutan, karena sebenarnya ada banyak pemandangan di jalan tol yang harus kita nikmati keindahannya. Beberapa ruas jalan tol yang terkenal karena keindahannya adalah ruas tol Boyolali-Semarang, ruas tol Cipularang dan mungkin ruas tol Cisumdawu bila sudah selesai pengerjaannya dan dioperasikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun