Tak ingin operasi di masa lalunya terbongkar serta kekuasaanya direbut, Moerdani, tulis Said, membuat operasi bernama "petrus".
Jadi, terang Said, Jenderal Moerdani-lah dalang Petrus yang sebenarnya.
Lalu, bagaimana dengan teror di Tangsel? siapakah aktor dan apapula target strategisnya??
Dalam teori perang, ancaman bisa diartikan sebagai sebuah gertakan kepada target. Ancaman juga sering dilihat dari langkah seorang pengecut untuk menakut-nakuti lawan yang disasarnya.
Jadi, kalau bahasa jalanannya, "orang yang mengancam itu berarti dia penakut alias kecut," begitu kira-kira.
Singkatnya, apa yang terjadi dan menimpa saksi kasus Alkes Tangsel itu memang perlu ditelisik lebih jauh dan dalam. Perlu ada penjelasan di balik tragedi ini.
Yang terpenting sekarang perlu dipikirkan beberapa langkah "pengamanan" agar para "saksi-saksi kunci" itu tetap konsisten berkata benar dan merasa dikawal walaupun hidup mereka saat ini berada dibawah ancaman senjata.
Jangan sampai kemudian akibat teror yang terjadi dan mungkin besok, pasca tulisan ini ramai dipublish, ancaman teror itu makin menjadi bahkan pada tingkat ekstrim berlumuran darah.
Jika kondisi itu yang terjadi, maka dapat dipastikan rezim penguasa (tanpa bermaksud menuduh) saat ini adalah rezim yang rela mengorbankan nyawa anaknya sendiri demi melangggengkan kekuasaan dan penjarahan uang rakyat yang dilakukan.
Dugaan itu makin menguatkan penulis seperti pesan singkat dari sumber tersebut:
"Makanya hati-hati sebab ancaman itu bukan hanya jabatan itu mah kecil tapi juga termasuk fisik makanya kita hati-hati agar kita selamat sebab masyarakat banyak yang masih memerlukan bantuan," tulisnya melalui pesan singkat yang dikirimkan ke telepon penulis.