Mohon tunggu...
rudi kafil yamin
rudi kafil yamin Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa yang tak kunjung berkarya

Bergaya dengan karya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Sepasang Mata yang Lain "Alina"

28 Desember 2019   11:20 Diperbarui: 28 Desember 2019   11:22 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari itu tiba, dimana air mata sudah tidak bisa diseka kembali. Air mata yang jatuh, membuat hati menjadi lebih tabah dalam menerima kenyataan. Hari-hari yang tidak dinginkan kini menjadi kenyataan, kenyataan yang memaksa kita kemabli mengeja pada makna kata cinta.

Hari-hari yang ramai berubah menjadi hari yang begitu sepi, yang kemudian menjadi sunyi hingga pada akhirnya mati. Denting kesunyian adalah denting kematian yang membawa manusia berada pada bagian yang paling dalam dan tak pernah bisa dieja oleh kata-kata seperti bagaimana musim dingin itu tiba ia melenyapkan segala kehidupan menjadi dingin dan mengigil.

Di akhir pekan, dimana hari mengakhiri bulan disitu pula engkau mengakhiri rumah yang hendak kita bangun. Rasanya memang begitu berat disamping berbagai masalah yang datang kau tiba dengan mata dan hati yang tertutup sambil mengucapkan perpisahan. Perpisahan adalah hari dimana kenangan itu dikubur, ditikam, dihancurkan dalam satu makna perpisahan dalam satu waktu pula.

Kendati, rumah yang kita bangun hampir sedikit lama menjadi rumah yang kosong, 3,8 tahun menjadi angka yang usang dan tak memiliki makna apalagi harapan! Celakanya, yang ada dalam pikiranku hanyalah kau!

Sejak perpisahan itu, aku kembali teringat hari-hari yang pernah kita lewati, jalanan yang pernah kita lalui juga pula puisi-puisi yang pernah kita amini. Bahkan, Puisi Rindu yang di tulis oleh Subagio kini menjadi kenyataan, Rumah itu menjadi asing, Jendela, Kursi Atau bunga di Meja menjadi sunyi kemudian menyayat seperti belati. Aku masih ingat pesanmu yang begitu singkat namun sarat akan kepedihan.

"Ada baiknya kita udahan dengan mengakhiri rumah yang hendak kita bangun, aku udah gakuat dengan sikapmu, selamat tinggal Argi " .

Pesan yang singkat itu Argi simpan selama satu hari, ia diami karena tau hari-hari perpisahan telah tiba. Sambil mengurusi beberapa persyaratan yang hendak Argi lakukan untuk mengikuti ujian akhir sidang Munaqosah.

Argi merasa bahwa perjuangan itu tiba-tiba lenyap begitu saja, setelah melewati beberapa waktu yang hampir cukup lama perpisahan itu tiba pada waktu yang tidak begitu tepat.

Sebelumnya, Argi dan Alina adalah pasangan yang tidak disangka-sangka sebab kedekatan dua pasangan itu tak pernah diketahui oleh siapapun bahkan kerabat mereka sendiri dan mungkin pasangan yang tak pernah di kehendaki oleh siapapun, namun itulah cinta sebuah pepatah bahwa Tuhan itu adil membuat mereka pernah bersama. 3,8 Tahun adalah waktu yang terbilang begitu lama untuk umur sebuah hubungan yang masih berstatus pacaran Argi dan Alina pun menjalani itu.

Pada tahun terakhir hubungan antara Argi dan Alina, di awal tahun 2019 Alina sudah memberi tanda bahwa perpisahan itu mesti dilakukan dalam tempo yang secepat mungkin, namun Argi adalah seorang pejantan tangguh yang dapat mampu menahan Alina dari hari perpisahan itu.

Sebab Argi tau bahwa Alina adalah wanita yang benar-benar ia sayangi. Alina sempat merasa jenuh dengan hubungannya karena sifat Argi yang terkadang terlalu berlebihan dalam menyikapi apapun ditambah percakapan yang bisa dikatakan usang selalu dilakukan oleh Argi kepada Alina.

" Selamat Pagi, Lagi Apa, Udah Makan Belum, Ke Kampus Ga?, Pulang Mau Bareng?, hingga ditutup dengan Selamat Malam Semoga Mimpi Indah" 

Kurang atau lebih seperti itulah percakapan antara Argi dan Alina yang terus menerus dilakukan oleh Argi. Menurut Alina, Argi sendiri sudah menjadi seorang cowok yang membosankan dan tak pernah melakukan sesuatu yang membuat Alina bahagia atau merasa terhibur dengan kehadiran Argi belum lagi dengan sifat Argi yang selalu berlebihan dalam mengatur kehidupan Alina, semisal dengan berbagai larangan untuk pergi dengan siapa, cara berpakaian seperti apa, dan hal-hal lainnya.

Pada faktanya Alina merasa jenuh dan tidak lagi merasa nyaman dengan apa yang dilakukan oleh Argi. Alina pun masih hendak mempertahankan rumah yang hendak dibangun sebab Alina masih mempunyai rasa itu namun rasa yang hari ini Alina rasakan rasanya begitu samar-samar.

Kelengangan hubungan antara Argi dan Alina tiba pada saat mereka berdua hendak pergi ke kota Kediri. Sebelumnya mereka berniat untuk belajar dan liburan di salah satu desa yang terkenal di Indonesia yaitu Kampung Inggris Pare. Argi dan Alina tidak tahu menahu dengan apa yang terjadi di desa itu yang mereka ketahui bahwa desa itu merupakan tempat yang mampu membuat mereka menjadi lebih baik lagi dalam belajar bahasa.

Namun, pada faktanya desa itu memiliki mitos yang begitu kuat. Bagi orang-orang yang sudah pernah berkunjung ke Kampung Inggris Pare sebuah jargon pare jahat merupakan hal yang paling tabu untuk dibicarakan pasalnya itu merupakan sebuah pernyataan sikap dari mereka yang pernah tersakiti atau disakiti.

Bagi sebagian orang, desa itu terkenal sebagai tempat belajar bahasa namun bagi mereka yang sudah singgah dan menetap, desa itu merupakan sebuah desa yang menakutkan karena selalu memberikan kisah yang tak pernah mereka kehendaki. Argi dan Alina tak mengetahui dengan bahaya apa yang akan tiba pada hubungan mereka.

Argi dan Alina berangkat menuju Kediri dengan menggunakan kereta jenis Kahuripan dan naik di statsiun Kiaracondong pada pukul lima pagi, waktu yang terlalu dini bagi mereka untuk mengawali sebuah kisah yang pada akhirnya harus diakhiri. Sesampainya disana, Argi dan Alina pergi ke sebuah Camp.

Camp adalah sebutan tempat tinggal bagi mereka yang hendak menetap beberapa waktu disana. Argi dan Alina pun masuk disalah satu camp yang berada di jalan Asparaga karena sebelumnya Argi mendapatkan informasi dari Arab teman dekatnya di kampus untuk belajar di daerah tersebut. Arab sendiri sudah pernah berkunjung ke pare pada tahun sebelumnya selama 2 bulan lebih dan tinggal di daerah jalan Asparaga dan bermukim di salah satu kost-kostan yang belum mempunyai nama, dan akhrinya Arab dan kawan-kawannya menamai kost-kostan itu menjadi Cicak Sawah. 

Sebelumnya Argi sempat menanyakan hal-hal apa saja yang ada di pare, kemudian Arab pun menjelaskan dengan begitu Khidmat tentang apa saja yang terjadi disana, seperti pagi yang selalu sejuk dan jauh dari kepulan polusi hingga menimbulkan embun pada ujung-ujung daun diarea itu, senja yang selalu hadir diatas bangunan cicak sawah, ladang jagung, dan beberapa perkebunan warga.

Selain itu banyak sekali tempat les bahasa yang hampir ada disetiap persimpangan jalan. Kemudian wisata kuliner yang tak menguras begitu banyak uang di saku hingga hal-hal yang paling Khidmat disana adalah bersepeda mengelilingi jalan asparaga, kemudian belok melewati jalan anyelir hingga menikmati paruh waktu sambil menikmati Tansu dengan ditemani gumpalan warna diatas langit yang menjadikan nya senja sambil ditemani kopi kapal api yang hitam pekat biar ke indi-indian.

Akan tetapi Arab tak bercerita sedikit pun tentang mitos Pare Jahat sebab Arab sendiri merupaka korban dari mitos tersebut. Kurang atau lebih, pare bukan lagi tempat ajang belajar bahasa jauh melampaui itu kini pare telah menyimpan segala kenangan, luka, penderitaan dan kebahagiaan dari mereka yang dipertemukan atau dipisahkan.

Satu pekan telah berlalu, Argi dan Alina memiliki kerabat baru dan cerita-cerita baru. Seperti biasanya, pembelajaran dimulai pada pukul tujuh pagi, hari itu Alina mendapati sebuah kesempatan untuk mempersentasikan materi yang sebelumnya telah dipelajari.

Alina merupakan gadis yang manis, Kulit nya yang lembut, tawa nya yang lucu dan senyumnya yang manis membuat seluruh kaum adam di kelas itu terpesona oleh Alina. Seusai Alina mempersentasikan materi nya alina pun mengakhiri materi nya dengan mempersilahkan teman-teman nya dengan tanya jawab.

"Is there any question? Or maybe all of you doesn't understand what I'm saying? Dengan sedikit malu, alina memberanikan dirinya dengan bertanya kepada teman-temanya. Sesaat Alina sedang berbicara Bara mengangkat tangan kananya sambil menatap alina dengan tiba-tiba menyeka pembicaraan itu dengan berkata.

            "Alina, There are many things that I have never understood in this life, sure. but now I'm really mad to myself and to my destiny why I met you now! those are things that I have never understood in this life"

Seketika suasana di ruangan menjadi riuh gemuruh atas pernyataan Bara kepada Alina yang secara tiba-tiba. Alina pun tersipu malu dan hanya bisa meninggalkan senyum malu nya itu atas apa yang dilakukan oleh Bara kepada Alina. Bara sendiri adalah seorang mahasiswa dari fakultas Adab dan Humaniora, jurusan sastra inggris di kampus ternama dan terkeren dikota Bandung yang baru datang ke pare hingga pertemuan Bara dengan Alina adalah sesuatu yang baru didapati oleh Bara.

 Bara sendiri seakan merasa degup jantung nya merasa bergojolak setelah melihat Alina, wajar saja Alina yang manis, yang selalu manis, dan akan tetap manis dapat memikat hati kaum Adam. Dan Bara lah diantara sekian lelaki yang ada dalam ruangan itu yang mampu membuat kontak langsung dengan Alina meskipun ditempat umum. 

Lelaki yang berada dalam ruangan itu adalah pengecut yang hanya bisa terdiam dan menahan diri! Terkadang lelaki seperti itu adalah lelaki yang jantan namun dapat mampu membuat wanita terpengaruh atau juga tidak terpengaruh atau merasa risih.

Dihari berikutnya, Alina dan Bara semakin dekat tanpa sepengetahuan Argi. Secara kebetulan Argi dan Alina memiliki satu pelajaran yang berbeda. Argi mengambil kelas menulis sedangkan Alina mengambil kelas public speaking.

Entah mengapa, seakan Tuhan sudah memutuskan untuk mempertemukan Bara dan Alina kemudian memisahkan Alina dan Argi, tagar pare jahat memang benar adanya! Setelah kelas usai saat Alina hendak mengambil sepedahnya untuk pergi ke camp, Bara pun datang dan menghampiri Alina.

" Alina! " Dengan nada yang sedikit keras dan dipenuhi harapan Bara memanggil Alina.

" Eh, Iya ada apa Bar? " Saut Alina kepada Bara dengan sedikit malu-malu.

" Mau kemana, Langsung ke camp? " Balas Bara kepada Alina

" Iya Bar, " Dengan sedikit jutek Alina membalas Bara

" Ke Tansu yuk? " Bara pun mengajak Alina untuk pergi ke Tansu.

" Maaf Bar, Gabisa " 

Alina pun pergi dengan membalas senyuman dan menolak ajakan Bara untuk langsung pulang ke Camp. Alina sempat merasa bingung dan sedikit goyah setelah pertemuan nya dengan Bara membuat Alina merasa Degup Jantung nya bergetar kembali, namun disaat itulah Alina pun kembali mengingat Argi. 

Argi yang seperti biasa entah di Bandung atau disini masih membuat bosan Alina dengan topic-topik yang selalu monoton untuk dibicarakan. Setelah Alina mengganti pakaian di kamarnya, salah satu teman baru Alina bertanya

"Alina, kamu sama Argi pacaran ya? Udah berapa lama? " Ucap Reni kepada Alina. Reni adalah seorang mahasiswi asal Depok yang hendak belajar bahas di pare. 

" kurang lebih, 3,7 bulan ren " jawab Alina kepada Reni.

" Wah, Lama juga ya hehe "  Dengan heran dan kagum pula Reni kepada Alina yang mampu bertahan selama itu dengan Argi.

" Iya Ren Hehe " 

Reni masih belum mengetahui tentang hubungan Argi dan Alina yang hampir punah. Alina sendiri masih mengeluh dengan apa yang terjadi pada hubungannya. Alina masih mengingat bahwa apa yang ia rasakan hari ini begitu berbeda dengan sebelumnya, sesaat Alina masih dalam masa PDKT dengan Argi.

Rasanya begitu samar bahkan hambar, Argi yang dulu begitu mampu menarik perhatian Alina justru terbalik hingga membuat Alina bosan kepada Argi. Hingga di hari-hari berikutnya Alina dan Bara semakin dekat melalui percakapan di whatsup atau percakapan kecil diawal kelas hingga akhir kelas. Bara menganggap bahwa kedekatannya dengan Alina adalah sebuah aroma yang baik terlebih memang Bara sudah menaruh Hati kepada Alina. 

Namun berbeda dengan apa yang dirasakan oleh Bara, Alina sendiri menganggap bahwa kedekatannya dengan Bara hanyalah seperti teman biasa saja. Alina belum menyadari bahwa efek dari pare jahat adalah dengan cepatnya membuat perasaan seseorang itu luluh.  

Saat menjelang sore Argi pun menjemput Alina untuk berkeliling menggunakan sepedah di sekitar Jalan Asparaga menuju lapangan sepak bola sambil berencana mau menikmati Tansu. Alina pun bersiap-siap setelah usai pulang dari kelas dan hendak untuk pergi bersama Argi. 

Sambil pamit, Alina menitipkan sesuatu kepada Reni teman se-kamarnya. Dikamar itu ada Reni, Dita, dan Arini. Lima menit kemudian, Argi datang kedepan gerbang Camp Alina dan Alina pun pergi sambil berpamitan kepada teman-teman kamarnya. Sesaat Alina pergi disitulah dunia berubah, pergibahan pun dimulai oleh pertanyaan dari Reni.

" Tau ga ? Alina sama Argi itu tuh udah lama loh, kalo ga salah hampir 3,7 tahunan lah " ucap Reni kepada teman-temannya. Seketika Dita yang tadinya sibuk bermain ponsel dan Arini yang sibuk belajar merapihkan barisan dan membuat lingkaran kecil dan merespon apa yang diakatakan Reni.

" Wah masa! Selama itu, Gapercaya Gue! " Saut Arini yang seakan tidak percaya dengan hubungan Argi dan Alina.

" Aslinya, Gue sendiri yang tanya itu ke Alina waktu hari apa ya pokonya itu " Jawab Reni dengan cepatnya menjawab Arini.

" Gilak! Gue gatau apa yang ada dalam pikiran Alina, padahal nih ya kalo di pikir-pikir lagi Alina tuh cantik, baik, manis, lucu, pinter lagi! kok mau ya sama Argi yang biasa-biasa aja kalo kata gue sih ! " Saut Arini yang masih tidak puas dengan jawaban dari reni terhadap hubungan Argi dan Alina.

" Iya juga sih! kalo di pikirin baek-baek lagi nih. Argi ga ganteng-ganteng amat, pinter juga enggak, kaya juga gamungkin! gatau apa yang ada dipikiran Alina kenapa harus jadian sama Argi" Jawab Dita yang gamau ketinggalan cerita dengan ikut berkomentar tentang Argi dan Alina.

" Eh tau gak? tapi denger-denger nih! kalo ga salah si Bara tuh naksir sama Alina! cumen di cuekin mulu sama Alina nya, padahal si Bara ngejar-ngejar terus! " Sambung Reni dengan memperpanjang topik.

" Ah masa, Gilak! Bara ngejar-ngejar Alina! Ganyangka lagi Gue! Huft " Jawab Arini dengan terus menerka-nerka dan kaget apa yang terjadi diantara mereka. Dita pun membalas.

" Ya ga aneh lah Rin! secara Bara menurut Gue cakep, baik, romantic pula nah Alina manis dan baik pula ya mereka cocok sih ketimbang harus sama Argi. itumah lu aja sirik ga ada yang deketik :p " Balas Dita yang begitu cepat tanggap seperti badan penanggulanan bencana daerah dalam merespon apa yang dikatakan oleh Arini.

" Enak aja lu Rin! kalau ngomong gapernah pake Hehe. nih ya Gua dikasih tau sama temen gue jangan sampe kena mitos Pare Jahat! Bahaya kalo kena pasti ada yang sakit palingan juga mereka bakal kena! " Jawab Arini dengan nada sedikit ketus kepada Dita.

" Eh, emang apaan mitos pare jahat, Gue baru denger nih! "  Kata Reni dan Dita.

" Lu pada belum tau? nih ya gue kasih tau. sekarang kata temen Gue yang udah pernah kesini Pare tuh bukan lagi tempat belajar tapi tempat orang pada cinlok, banyak yang bilang orang-orang yang niatnya pada belajar disini pada cinlok bahkan yang lebih parah ada yang udah pacara lama terus putus cumen ngebelain pacar yang ada dipare! parah ga  tuh. " Dengan semangat yang membara Arini menjelaskan bagaiman mitos Pare Jahat kepada teman-temanya.

" Parah banget lah! kok bisa gitu ya... "  Jawab Reni dengan begitu polosnya.

" Ya bisa lah Ren, Liat aja tuh si Dita yang mendadak Bucin sama Aryo! " jawab Arini kepada Reni sambil tertawa terbahak-bahak hahahaaha.

" Tuh kan emang lu pada dasarnya aja sirik Rin ga ada yang deketik wuuu " Dengan cepat Dita membalas kepada Arini

" Yaudah sih Dit, Gua kan cumen cerita, tar juga bakal lo rasain gimana Pare Jahat haha. " Balas Arini kepada Dita.

" Iya juga sih Rin, Aryo kemarin telfon dan ngabarin. Seminggu lagi dia bakal balik ke Jogja. Trus gua bingung, gimana hubungan Gue sama Aryo". Dengan nada yang begitu lesu, wajah yang pucat Dita membalas kepada Arini.

" Nah kan apa kata Gue Dit! Baru aja di omongin, mampus lo kena efek Pare Jahat haha" Jawab Arini kepada Dita.  

Suasana pun yang tadinya ramai mendadak menjadi hening seketika, setelah apa yang dikatakan oleh Arini kepada Dita, Dita pun termenung sambil menundukan wajahnya dengan mata yang berkaca-kaca dan hampir meneteskan air mata karena perpisahan Dita dengan Aryo segera tiba. Reni yang hendak merasakan hawa getir dari Dita menengahi suasana itu.

" Udah, Udah jangan dibahas lagi , saiapa tau kan kejadiannya ga akan gitu ga ada yang tau juga kok masa depan itu bentuknya kaya gimana, Lu sini Rin ngomongnya pedes kaya Lombok! " Ucap Reni kepada Dita.

" Ih, ko nyalahin Gue sih, Gue kan cumen cerita! ga ada maksud lagi ke Dita sama Aryo kan topic nya juga Alina sama Argi. Maaf ya Dit, maaf ... " Arini pun meminta maaf kepada Dita karena merasa bersalah hingga membuat Dita hampir menangis.

" Gausah minta maaf Rin! lagian yang lebih kasihan tuh lu ga ada yang mau nge deketin satu cowo pun hahaha"  

" Sialan lu ya Dit, Gue udah minta maaf malah ngeledek ! " 

" Hahahahaha" Suasana menjadi tenang kembali sesaat Dita membalas apa yang dikatakan oleh Arini.

Ternyata, Dita melakukan Gimick dengan sedikit melakukan beberapa adegan yang membuat suasana menjadi hening nan karuan. Disaat itulah suasana menjadi tenang kembali. Reni dan Arini pun kembali melanjutkan aktifitas nya seperti biasa.

Namun apa yang dilakukan oleh Dita semata-mata hanyalah untuk mencairkan suasana kembali bahwa mitos pare jahat itu kian benar adanya, sambil merenung Dita terus memikirkan apa yang akan terjadi pada hubungannya nanti. Pare Jahat sendiri adalah peristiwa yang mewakili pasangan yang bertemu di pare dan berakhir di pare.

Desa itu kini bukan lagi menjadi tempat menimba ilmu melainkan menjadi tempat menimba kenangan kemudian menjadi tempat penguburan kenangan itu lagi. Dipare kata kesetiaan itu tidak berfungsi bagi mereka yang mempunyai hubungan, terlebih efek pare jahat akan berlaku bagi mereka yang baru datang dan hanya berencana menetap maksimal satu atau paling lama tiga bulan.

Sebab pare seakan menjadi tempat bagi mereka yang memiliki harapan terhadap pasangan impian nya masing-masing kemudian dipertemukan dengan mudahnya dan dipisahkan pula dengan cepatnya.

Tiga minggu telah berlalu hubungan Alina dengan Bara semakin begitu dekat bahkan hampir mendekati. Alina yang tadinya menganggap hubungannya denga Bara akan menjadi seperti biasanya, menjadi seorang teman nyatanya menjadi fakta yang terbalik. Alina sedikit goyah kepada Bara.

Tanpa sepengetahuan Argi, Alina semakin sering menjalani hubungan dengan Bara entah melalui percakapan singkat atau saat-saat di kelas mereka menjadi sepasang kekasih yang berada dibalik bayangan, Ada namun dalam keadaanya yang tidak pernah disadari. Hingga pada suatu ketika Argi tahu mengenai hubungan Alina dan Bara. 

Dipersimpangan jalan  Lamtana, Argi mengajak Alina untuk masuk kedalam sebuah kedai kopi Ngaropi. Suasana saat itu memang sedang sepi, ditambah hujan gerimis pun turut menemani. Setelah Argi memesan kopi tubruk jenis honey sedangkan Alina memesan ice lemon tea. Percakapan itu pun dimulai dengan nada yang bertele-tele dari Argi kepada Alina.

" Gimana pendapat kamu selama belajar disini? " Kata Argi kepada Alina.

" Rame, seru lah gitu pokonya " Balas Alina kepada Argi.

Argi dan Alina terlihat begitu menikmati suasana dalam kedai itu ditambah alunan musik yang dimainkan oleh Pakde dengan membawakan lagu-lagu romantic dengan tipikal suaranya yang ke regea-regean. Namun lima belas menit kemudian setelah keadaan itu tenang, Argi merubah menjadi keadaan yang hening namun mencekam dengan sebuah pertanyaan yang membuat Alina kaget.

" Lin, Aku denger kamu deket dengan yang namanya Bara? " Ucap Argi kepada Alina dengan mata yang tajam menatap Alina.

" Deket gimana maksudnya? Aku gangerti, Bara ya emang temen Aku di kelas Public Speaking ". Balas Alina kepada Argi sambil memalingkan wajahnya kepada Argi.

" Alina, Aku tanya sekali lagi kamu deket sama Bara? "  Masih dengan mata yang tajam Argi menatap Alina, namun Alina masih memalingkan wajahnya kepada Argi.

" Alina! liat mata aku dan jawab pertanyaan aku! " Argi semakin mendesak untuk mempertanyakan hal itu kepada Alina, namun Alina menggelak dan muak dengan apa yang ditanyakan oleh Argi.

" Deket yang kamu maksud itu apa gi? Aku cumen temenan doang kok. jangan suka yang aneh-aneh ya gi aku males debat hal-hal kaya gini ! " Jawab Alina kepada Argi dengan ketus merespon atas tuduhan yang dituduhkan kepada dirinya.

" Aku cumen nanya Lin, Kamu deket apa enggak sama Bara" Argi masih ingin meyakinkan apa yang telah ia tanyai kepada Alina.

" Deket yang kamu maksud itu apa ! jangan selalu menuduh hal yang enggak-enggak gi dengan pertanyaan yang ambigu!"  Alina masih mengelak dengan apa yang ditanyakan oleh Argi, namun Argi pun masih tak ingin kalah dengan apa yang ia yakini. Namun Alina meyakinkan Argi kembali.

" Kedekatan aku dengan Bara ga kurang ga lebih cumen temen doang Gi! jadi kamu jangan mikir yang aneh-aneh! aku gasuka kamu gini! " Dengan menatap wajah Argi, Alina meyakinkan hal itu kepada Argi.

Kemudian malam pun tiba dengan menjalankan tugasnya, mengheningkan segala peristiwa atas segala duka-luka. Malam itu hujan semakin deras, Suara-suara bising dijalanan lenyap begitu saja dalam suara deras nya hujan. Argi tahu bahwa apa yang dikatakan oleh Alina adalah sebuah setengah kebohongan.

Hal itu bermaksud bahwa Alina masih bimbang atas perasaanya kepada Bara bahwa mungkin bisa saja lenyap atau tumbuh begitu pesat. Argi sudah mengenal Alina cukup lama, tiga tahun tujuh bulan merupakan angka yang tidak sedikit dan cukup lama. Sebagai seseorang yang telah mengenal Alina lebih lama, dan sebagai seorang lelaki. 

Argi tahu kapan seseorang akan berbohong meskipun dari gesture tubuh, intonasi suara, bahkan hal lainnya tidak dapat mampu membohongi insting manusia. Semua orang memiliki itu, ketika ia merasa dibohongi insting purba lah yang mengambil peran bahwa saat itu Alina berbohong kepada Argi! 

Inilah yang membuat Argi semakin takut, takut akan kehilangan Alina, Alina yang dulu dikenal manis, lucu, baik hati, dan selalu jujur mulai berbohong kepada Argi. Hari-hari itu adalah hari dimana perpisahan menjadi sebentar lagi.

Disatu minggu terakhir, hubungan Argi dan Alina menjadi seperti biasanya. Argi yang tau bahwa Alina sedang dekat dengan Bara dibiarkan begitu saja, bukan tak ingin malah hal itu mesti ditempuh Argi supaya Alina mau menerima Argi kembali. 

Karena apabila Argi merespon terlalu jauh mengenai Alina dan Bara itu malah membuat citra Argi semakin berlebihan dimata Alina maka Argi sendiri menahan itu demi keberlangsungan hubungannya dengan Alina.

Disisi lain, Alina terjebak oleh ulahnya sendiri, ia terjebak diantara Argi dan Bara. Setengah Hati Alina yang lama berada pada Argi dan setengah Hatinya lagi berada pada Bara. Alina saat ini dalam keadaan yang begitu terdesak dan tak mempunyai jalan keluar. Argi dan Bara membuat dahi Alina mengkerut, membuat pikirannya menjadi kacau dan hatinya bingung. Apalagi Bara yang tiba-tiba mengirimkan sepucuk surat kepada melalui Reni.

Surat manis kepada Alina

            Barangkali Alina, izinkan Aku menyurati mu agar dikemudian hari kelak surat ini mejadi sejarah yang mampu mengenang kita berdua. Alinaku yang manis, yang selalu manis, dan terlampau manis. Jalan yang semestinya kita tempuh memang masih terasa jauh namun kendati perasaan kita begitu dekat. Apabila nanti jarak menjadi pemisah antara Bandung dan Bogor itu semestinya tak menjadi halangan bagi kita, namun sepasang hatimu masih berada ditempat yang lain dan hal itulah yang menjadi jarak sebenarnya. Maaf begitu lancang dengan menyuratimu dengan kata-kata seperti ini, bahwa aku mencintaimu tanpa sebab. tanpa alasan apapun, sejak pertama kali melihatmu hatiku telah meluruh begitu saja. Telah kusampaikan setengah Hatiku padamu, dengan tidak melibatkan logika dan rumus-rumus rasional bahwa aku memang benar-benar mencintaimu tanpa sebab. Terimakasih atas hal-hal yang tak pernah aku pahami dalam hidup ini, denganmu aku mengerti. 

Tertanda

Bara Wijaya Putr

Bara pun pergi setelah surat itu diberikan kepada Alina melalui Reni, Bara pulang kembali ke Bandung dengan menyanyikan halo-halo Bandung disepanjang perjalanan nya melalui kereta. Satu pekan kemudian Argi dan Alina pun kembali ke Bandung. Setelah Alina mendapati surat dari Bara, hati alina pun semakin meluluh dan semakin goyah atas perasaanya kepada Argi.

Sesampainnya dibandung, di statsiun Kiaracondong pada pukul sebelas malam, Argi dan Alina pulang ke daerah bandung timur. keadaan disana pun begitu asing, malam yang begitu hening meyakinkan hubungan Argi dan Alina sedang tidak baik-baik saja. Hingga pada akhirnya, setelah Argi dan Alina sampai dan hendak keluar dari gerbang Statsiun Kiaracondong. 

Alina memutuskan untuk mengakhiri hubungan nya dengan Argi." Gi, Aku mau ngomong...." Sambil menundukan wajahnya Alina berbicara kepada Argi." Aku udah tau, tapi aku minta waktu. Kamu sedang labil tunggulah barangkali dua atau tiga hari lagi".Percakapan itu selesai dengan keadaan yang tidak mengenakan antara Argi dan Alina. 

Argi pun mengantarkan Alina kerumah saudaranya sedangkan Argi kembali ke kost-an nya.Beberapa hari kemudian Argi terlalu sibuk untuk mengurusi persyaratan nya untuk mendaftarkan dirinya mengikuti ujian sidang Munaqosah tanpa Argi sadari bahwa waktu yang ia minta kepada Alina tidak membuat perubahan apapun dalam hubungannya. Hingga munculah pesan singkat itu kepada Argi.

"Ada baiknya kita udahan dengan mengakhiri rumah yang hendak kita bangun, aku udah gakuat dengan sikapmu, selamat tinggal Argi " .Semakin terdesak, Argi yang mendapati masalah tanpa jeda. Disisi lain Argi harus mengurusi urusannya dengan kampusnya, disisi lain juga Argi harus mengurusi hubungannya dengan Alina.

Namun karena masalah Argi yang tak memberikan jeda sedikit pun Argi menghiraukan apa yang dikehendaki oleh Alina.Cerita antara Argi dan Alina pun usai. Argi pun seakan meangamini bahwa Alina ingin berpisah dengan Argi begitupula Alina kepada Argi. Setelah beberapa masalah Argi selesai, Argi merasa bahwa apa yang telah ia mulai dengan Alina belum terselesaikan dengan begitu jelas maka dengan itulah Argi memberikan sepucuk surat kepada Alina.

Kepada Alina
Di Bogor

            Alinaku, meski cerita selama tiga tahun delapan bulan telah usai. izinkan aku menyuratimu dengan menjelaskan beberapa hal yang tak pernah kusampaikan. Bahwa hal-hal yang telah membuatmu jenuh dan mampu melukaimu adalah hal yang tak pernah aku kehendaki. Barangkali cinta adalah sesuatu yang mampu membuat kita menafsir diri kembali. Denganmu, Aku mengerti beberapa hal yang tak pernah kupahami, denganmu aku memahami dan menerima hal-hal yang semestinya terjadi. Cinta adalah pengecualian yang mampu membuat kita berfikir kembali memikirkan hal-hal yang tak pernah kita fikirkan. Alina, Jangan pernah menyesali apa yang telah kau lakukan, ingatlah, keputusanmu adalah dirimu! dan jangan pernah menyesali agar dikemudian hari aku tabah kehilangan dirimu. Cintaku, Kekasihku, Alinaku, walau nanti jalanan menjadi lengang dan sepi, walau malam kian menepi pada hal yang tak berarti, walau esok hari tak seperti apa yang kita jalani setiap hari, Alinaku, Sesungguhnya aku tak pernah meninggalkanmu walau sekalipun kau meninggalkanku. 

Terimakasih pada setiap detik, menit, jam dan waktu yang telah dilewati bersama

Margi Aditya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun