" Kedekatan aku dengan Bara ga kurang ga lebih cumen temen doang Gi! jadi kamu jangan mikir yang aneh-aneh! aku gasuka kamu gini! " Dengan menatap wajah Argi, Alina meyakinkan hal itu kepada Argi.
Kemudian malam pun tiba dengan menjalankan tugasnya, mengheningkan segala peristiwa atas segala duka-luka. Malam itu hujan semakin deras, Suara-suara bising dijalanan lenyap begitu saja dalam suara deras nya hujan. Argi tahu bahwa apa yang dikatakan oleh Alina adalah sebuah setengah kebohongan.
Hal itu bermaksud bahwa Alina masih bimbang atas perasaanya kepada Bara bahwa mungkin bisa saja lenyap atau tumbuh begitu pesat. Argi sudah mengenal Alina cukup lama, tiga tahun tujuh bulan merupakan angka yang tidak sedikit dan cukup lama. Sebagai seseorang yang telah mengenal Alina lebih lama, dan sebagai seorang lelaki.Â
Argi tahu kapan seseorang akan berbohong meskipun dari gesture tubuh, intonasi suara, bahkan hal lainnya tidak dapat mampu membohongi insting manusia. Semua orang memiliki itu, ketika ia merasa dibohongi insting purba lah yang mengambil peran bahwa saat itu Alina berbohong kepada Argi!Â
Inilah yang membuat Argi semakin takut, takut akan kehilangan Alina, Alina yang dulu dikenal manis, lucu, baik hati, dan selalu jujur mulai berbohong kepada Argi. Hari-hari itu adalah hari dimana perpisahan menjadi sebentar lagi.
Disatu minggu terakhir, hubungan Argi dan Alina menjadi seperti biasanya. Argi yang tau bahwa Alina sedang dekat dengan Bara dibiarkan begitu saja, bukan tak ingin malah hal itu mesti ditempuh Argi supaya Alina mau menerima Argi kembali.Â
Karena apabila Argi merespon terlalu jauh mengenai Alina dan Bara itu malah membuat citra Argi semakin berlebihan dimata Alina maka Argi sendiri menahan itu demi keberlangsungan hubungannya dengan Alina.
Disisi lain, Alina terjebak oleh ulahnya sendiri, ia terjebak diantara Argi dan Bara. Setengah Hati Alina yang lama berada pada Argi dan setengah Hatinya lagi berada pada Bara. Alina saat ini dalam keadaan yang begitu terdesak dan tak mempunyai jalan keluar. Argi dan Bara membuat dahi Alina mengkerut, membuat pikirannya menjadi kacau dan hatinya bingung. Apalagi Bara yang tiba-tiba mengirimkan sepucuk surat kepada melalui Reni.
Surat manis kepada Alina
      Barangkali Alina, izinkan Aku menyurati mu agar dikemudian hari kelak surat ini mejadi sejarah yang mampu mengenang kita berdua. Alinaku yang manis, yang selalu manis, dan terlampau manis. Jalan yang semestinya kita tempuh memang masih terasa jauh namun kendati perasaan kita begitu dekat. Apabila nanti jarak menjadi pemisah antara Bandung dan Bogor itu semestinya tak menjadi halangan bagi kita, namun sepasang hatimu masih berada ditempat yang lain dan hal itulah yang menjadi jarak sebenarnya. Maaf begitu lancang dengan menyuratimu dengan kata-kata seperti ini, bahwa aku mencintaimu tanpa sebab. tanpa alasan apapun, sejak pertama kali melihatmu hatiku telah meluruh begitu saja. Telah kusampaikan setengah Hatiku padamu, dengan tidak melibatkan logika dan rumus-rumus rasional bahwa aku memang benar-benar mencintaimu tanpa sebab. Terimakasih atas hal-hal yang tak pernah aku pahami dalam hidup ini, denganmu aku mengerti.Â
Tertanda
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!