Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Alamat Jln. Tj, Jepara No.22 Kota Luwuk Kab. Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Waspada Kemungkinan Munculnya Mafia Pangan dalam Program Makan Bergizi Gratis

9 Januari 2025   15:53 Diperbarui: 9 Januari 2025   16:11 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (Tirto.id)

Pengantar

Program makan bergizi gratis untuk anak sekolah yang diusung oleh pemerintahan baru Presiden Prabowo memang sangat menggembirakan. Pemerintah berharap program ini dapat membantu mengurangi beban ekonomi keluarga dan meningkatkan gizi anak-anak di seluruh Indonesia. Tujuan mulia ini memang layak didukung, namun program semacam ini tidak terlepas dari berbagai tantangan yang perlu dihadapi, terutama dalam hal distribusi dan pengelolaan anggaran. Salah satu tantangan terbesar yang mungkin muncul adalah potensi terjadinya mafia pangan yang dapat memanfaatkan celah dalam sistem untuk mengambil keuntungan pribadi dan merugikan pihak yang berhak, terutama anak-anak yang seharusnya menjadi penerima manfaat.

Mafia Pangan: Apa Itu dan Sejarah Singkatnya

Mafia pangan adalah kelompok atau individu yang memanipulasi rantai pasok pangan untuk meraih keuntungan besar, dengan mengorbankan kepentingan masyarakat banyak. Di Indonesia, masalah mafia pangan sudah menjadi fenomena yang berulang kali terjadi. Salah satu contoh paling mencolok adalah pada 2018, ketika terungkap kasus manipulasi harga beras bersubsidi (Raskin). Banyak beras yang seharusnya diberikan kepada keluarga miskin justru dijual dengan harga pasar, sehingga keuntungan tidak sampai ke tangan yang tepat, dan masyarakat yang membutuhkan justru menjadi korban.

Selain itu, pada 2015, Indonesia juga digemparkan dengan kasus kartel impor daging sapi. Kelompok tertentu menguasai pasokan daging, mengendalikan harga, dan memanfaatkan kebijakan impor untuk keuntungan pribadi. Bahkan dalam program bantuan sosial selama pandemi COVID-19, beberapa oknum memanfaatkan situasi untuk mengambil keuntungan dari distribusi paket sembako, dengan cara mengurangi jumlah bahan makanan atau mengganti bahan yang lebih murah. Kejadian-kejadian semacam ini menggambarkan betapa rentannya sistem pangan di Indonesia terhadap manipulasi dan praktik korupsi yang dapat merugikan masyarakat, bahkan dalam situasi yang seharusnya mendukung mereka.

Bagaimana Mafia Pangan Bekerja

Mafia pangan bekerja dengan cara yang sangat terorganisir, seringkali dengan strategi yang sistematis dan terencana. Beberapa cara yang umum mereka lakukan untuk menguasai pasar pangan antara lain:

1. Monopoli Pasokan

Mafia pangan sering menguasai rantai pasok dari hulu ke hilir, mulai dari petani, pedagang besar, hingga distributor besar. Mereka bisa bekerja sama dengan petani, pedagang besar, atau bahkan importir untuk mengontrol pasokan dan mendominasi pasar. Dengan cara ini, mereka dapat menentukan harga bahan pangan di pasar, tanpa adanya pesaing yang berarti dan tanpa memedulikan dampak bagi konsumen.

2. Kolusi dengan Pejabat

Mafia pangan juga sering bekerja sama dengan oknum-oknum pejabat pemerintah untuk mendapatkan akses atau keuntungan khusus. Mereka dapat memanfaatkan hubungan ini untuk mendapatkan izin impor atau memenangkan tender pengadaan pangan dengan cara yang tidak adil. Kolusi ini menyebabkan pengawasan menjadi lemah, karena pihak yang seharusnya mengawasi justru terlibat dalam praktik kotor yang merugikan masyarakat luas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun