Di tengah keramaian Jakarta, mereka berempat, dengan pengetahuan yang mengalir bebas antara masa lalu, sekarang, dan masa depan, menjelajahi pameran yang menjadi saksi pertemuan tak terduga antara para jenius dunia ini. Dunia yang mereka tinggalkan kini tengah melangkah menuju sebuah revolusi teknologi yang tak pernah mereka bayangkan, namun, dalam hati mereka, mereka tahu bahwa perjalanan menuju pemahaman takkan pernah berhenti.
Setelah keempat tokoh besar itu saling memperkenalkan diri, mereka memutuskan untuk duduk di sebuah lounge futuristik di tengah pameran. Mereka dikelilingi oleh layar holografis yang memproyeksikan data dan inovasi terkini. Secangkir kopi (atau setara "minuman berpikir" untuk setiap zaman mereka) ada di tangan masing-masing. Percakapan pun berlanjut, semakin mendalam.
Newton: (Menatap sebuah layar holografik yang menampilkan simulasi planet dalam sistem bintang)
"Lihatlah ini, bagaimana planet-planet itu bergerak mengikuti lintasan. Ini semua mengikuti hukum-hukum gravitasi yang kutemukan. Tapi aku penasaran, Albert, bagaimana gravitasi ini bisa terhubung dengan ruang dan waktu yang kau gambarkan?"
Einstein: (Tersenyum, sembari menggulung lengan jasnya)
"Isaac, gravitasi bukan sekadar gaya seperti yang kau pikirkan. Itu adalah akibat dari kelengkungan ruang-waktu. Massa benda menciptakan lekukan dalam kain ruang-waktu, dan benda lain bergerak mengikuti lekukan itu."
Pythagoras: (Mengangkat alis dengan minat)
"Menarik sekali. Dalam pandanganku, semua ini seperti melodi kosmik. Pergerakan benda-benda langit adalah hasil dari harmoni yang ditentukan oleh hubungan angka dan proporsi. Apakah ruang-waktu juga memiliki harmoni semacam itu?"
Einstein: (Mengangguk penuh semangat)
"Tentu saja! Relativitas umum adalah simfoni matematika. Persamaan medan gravitasi adalah nada-nada yang menggambarkan bagaimana massa dan energi memengaruhi ruang dan waktu."
Newton: (Bergumam sambil merenung)
"Aku selalu berpikir bahwa hukum-hukum itu absolut. Tapi kau memberiku perspektif baru, Albert. Mungkin alam semesta ini lebih dinamis daripada yang kubayangkan."
McCarthy: (Ikut campur dengan antusias)
"Kalian berbicara tentang hukum alam, tetapi bagaimana jika kita mencoba memodelkan semua ini dalam komputer? Bagaimana jika kita menciptakan simulasi digital untuk memahami lebih baik gravitasi, harmoni kosmik, atau bahkan ruang-waktu?"
Pythagoras: (Mengernyitkan dahi)
"Simulasi? Maksudmu menciptakan dunia lain dalam mesin? Bukankah itu hanya tiruan dari realitas?"
McCarthy: (Tersenyum penuh keyakinan)
"Bukan hanya tiruan, tetapi alat untuk eksplorasi. Dengan kecerdasan buatan, kita bisa menciptakan sistem yang belajar dari hukum alam dan bahkan menemukan pola-pola yang belum kita ketahui. Bayangkan, AI mungkin bisa menemukan harmoni baru yang melampaui apa yang kita pahami sekarang."
Einstein: (Menatap McCarthy dengan tajam)
"Tapi bisakah mesin itu berpikir, John? Bukan hanya mengulang pola, tetapi benar-benar memahami dan memiliki intuisi seperti manusia? Intuisi adalah hal yang sangat penting dalam penemuan ilmiah."