Di tengah perbincangan mereka, sebuah layar besar menampilkan sebuah presentasi tentang kecerdasan buatan. Ketiga ilmuwan itu mendekat, terpesona oleh kemajuan teknologi ini.
"Ini adalah bukti bahwa kita hidup dalam zaman yang luar biasa," kata Einstein sambil menunjukkan layar tersebut. "Manusia sekarang mampu menciptakan 'pikiran' dalam mesin. Sebuah langkah besar dalam memahami alam semesta, meski aku masih berpikir tentang kecerdasan manusia dan mesin yang sangat berbeda."
Newton mengangguk. "Ya, ini adalah wujud penerapan pengetahuan kita. Tapi aku ingin tahu apakah hukum alam yang aku temukan akan tetap berlaku dalam dunia mesin ini?"
Pythagoras, dengan kebijaksanaannya yang tenang, berkata, "Seperti halnya musik, setiap inovasi ini akan menemukan ritmenya sendiri, dan meskipun dunia ini berubah, hubungan yang ada di dalamnya tetap akan mengalun dengan harmoni."
Mereka bertiga kemudian terdiam sejenak, menyadari bahwa meskipun masing-masing dari mereka datang dari zaman yang sangat berbeda, pemahaman mereka tentang alam semesta saling berhubungan. Semua teori, rumus, dan penemuan mereka adalah bagian dari pencarian yang sama: untuk memahami teka-teki yang tak terpecahkan dari dunia ini.
Dengan senyum penuh pengertian, mereka melanjutkan menjelajahi pameran itu, menikmati kenyataan bahwa ilmu pengetahuan, meskipun telah berkembang pesat, tetap berdasar pada prinsip-prinsip universal yang mereka bantu bangun.
Dan, meskipun mereka tidak benar-benar berada di sana, pertemuan mereka di pameran teknologi Jakarta itu adalah perwujudan dari suatu gagasan abadi: bahwa ilmu pengetahuan adalah warisan yang melampaui waktu.
Saat mereka berbincang dengan penuh ketenangan, tiba-tiba terdengar suara lantang di belakang mereka. “Apa yang kalian bicarakan di sini?” Suara itu milik seorang pria yang datang tiba-tiba, mengenakan pakaian kasual dan dengan ekspresi penuh semangat. Tak lain adalah John McCarthy, sang bapak kecerdasan buatan, yang dikenal karena karyanya dalam mendirikan AI.
Newton, Einstein, dan Pythagoras terkejut. McCarthy, meskipun tampak tak terpengaruh dengan kehadiran mereka yang luar biasa, langsung mendekat dengan senyum lebar.
“Apa ini, Newton dan Einstein? Sungguh luar biasa! Dan Pythagoras! Bagaimana mungkin saya bisa bertemu dengan kalian di sini?” McCarthy berkata dengan penuh rasa ingin tahu, namun dengan sikap yang sangat santai.
Newton, meskipun terkagum, mencoba berbicara. “Kau, kau adalah orang yang bekerja dengan kecerdasan buatan, bukan? Sepertinya dunia ini jauh lebih kompleks dari apa yang pernah saya bayangkan.”