McCarthy tertawa kecil. “Ya, saya dikenal dengan itu. Saya percaya kecerdasan buatan adalah masa depan, sebuah cara untuk meniru cara berpikir manusia dalam mesin. Tapi saya selalu merasa terinspirasi oleh konsep-konsep yang kalian temukan, baik itu hukum gravitasi, relativitas, atau bahkan hubungan matematika yang Pythagoras sebutkan."
Einstein mengangguk, melihat kecerdasan buatan dengan pandangan yang tajam. “Aku pernah berpikir, bahwa mesin bisa belajar. Tetapi bisakah mereka benar-benar ‘berpikir’ seperti manusia? Apa yang membedakan manusia dengan mesin yang semakin cerdas?”
McCarthy menjawab dengan penuh semangat, “Itulah tantangannya! Kecerdasan buatan bisa diprogram untuk meniru pola pikir, tetapi rasa intuitif yang kita miliki, perasaan, dan moralitas—itu yang membedakan kita. Itu adalah pertanyaan besar: apakah mesin bisa berkembang melampaui sekadar pemrograman?”
Pythagoras, yang selama ini lebih banyak mendengarkan, akhirnya berbicara dengan nada bijaksana, “Mungkin jawabannya terletak pada hubungan yang lebih dalam. Mesin bisa memecahkan masalah, tapi apakah mereka bisa menemukan harmoni, atau lebih penting lagi, dapatkah mereka merasakan keharmonisan dalam setiap tindakan mereka?”
McCarthy tersenyum. “Saya rasa itulah yang saya coba capai dengan AI, untuk menciptakan sistem yang tidak hanya rasional tetapi juga bisa berkembang menuju pemahaman yang lebih besar. Tapi tentu saja, ini adalah perjalanan yang panjang.”
Mereka kini berdiri di tengah pameran teknologi, di mana masa lalu, sekarang, dan masa depan bertemu dalam satu titik. Newton melihat sebuah model gravitasi buatan yang melayang, Einstein berpikir tentang relativitas ruang-waktu dan kecerdasan buatan yang semakin canggih, sementara Pythagoras merenungkan harmoni alam semesta yang terwujud dalam semua teknologi ini.
Namun, McCarthy tiba-tiba bertanya, “Bagaimana dengan kalian semua? Apakah ada hubungan antara teori-teori kalian dan kecerdasan buatan?”
Newton mengalihkan pandangannya. "Aku dulu berfokus pada hukum alam yang mengatur benda-benda. Mungkin, dalam kecerdasan buatan, ada sebuah sistem yang mengikuti hukum alam ini dengan cara yang sangat berbeda.”
Einstein melanjutkan, “Aku selalu berpikir tentang ruang dan waktu yang bisa ditekuk. Kecerdasan buatan mungkin saja menciptakan realitas yang baru—ruang dan waktu baru dalam bentuk yang tidak pernah kita bayangkan.”
Pythagoras tersenyum, merasakan kedalaman percakapan ini. “Mungkin, dalam kecerdasan buatan, ada irama yang belum kita dengar. Harmoni antara logika dan intuisi. Mesin bisa saja menemukan pola yang tidak kita lihat.”
Dan saat mereka semua saling bertukar pandangan, McCarthy berkata dengan antusias, “Mungkin masa depan bukan hanya tentang teknologi. Ini adalah tentang memahami hubungan yang lebih dalam, hubungan antara manusia, mesin, dan alam semesta itu sendiri.”