Jawab pertanyaan utama dalam cerita, tapi hindari membuka konflik baru.
Contoh:
Jika cerita Anda tentang seorang detektif, epilog bisa menggambarkan dia kembali ke kehidupan normal setelah kasus besar selesai.
 "Setelah semuanya selesai, aku kembali ke rumahku yang sederhana. Tidak ada lagi suara sirene atau tatapan mencurigakan. Untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun, aku bisa tidur tanpa memikirkan bayangan kejahatan."
3. Tentukan Suasana yang Tepat
Sesuaikan epilog dengan suasana cerita secara keseluruhan. Jika cerita penuh perjuangan, epilog bisa memberikan harapan.
Contoh:
Dalam cerita survival seperti "The Martian", epilog bisa menggambarkan si tokoh utama menikmati hidup setelah kembali ke Bumi.
 "Aku masih sering menatap langit malam, mengingat hari-hari saat Mars menjadi rumahku. Tapi sekarang, aku di sini, di Bumi, menyentuh tanah yang hijau, dan itu lebih dari cukup."
Penutup:
Prolog dan epilog bukan sekadar bagian yang bisa dianggap sepele dalam sebuah cerita. Mereka memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan konteks, membangun suasana, dan memberi penutupan yang memuaskan. Prolog menarik kita masuk ke dalam dunia cerita, memberikan gambaran besar, dan membangkitkan rasa penasaran. Epilog, di sisi lain, adalah kesempatan terakhir untuk mengikat semua benang cerita dan memberikan pembaca sebuah akhir yang membuat mereka merenung setelah menutup halaman terakhir. Dengan menyusun prolog dan epilog dengan cermat, cerita akan terasa lebih hidup, lebih bermakna, dan tak mudah dilupakan oleh pembaca.