Horney berpendapat bahwa Freud terlalu menekankan peran dorongan seksual dalam perkembangan psikoseksual, sementara ia menganggap faktor sosial, terutama peran gender dan kekuasaan dalam masyarakat, memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap kepribadian manusia.
3. Kritik terhadap Pandangan tentang Perempuan
Simone de Beauvoir dan Betty Friedan
Banyak feminis mengkritik teori Freud tentang peran perempuan, terutama konsep penyimpangan seksual perempuan. Freud berpendapat bahwa perempuan memiliki "penis envy" (kecemburuan terhadap kelamin pria), yang ia lihat sebagai sumber utama ketidakpuasan perempuan terhadap identitas seksual mereka.
Simone de Beauvoir (seorang filsuf feminis) dan Betty Friedan (penulis The Feminine Mystique) berpendapat bahwa pandangan Freud mencerminkan bias patriarkal dan ketidakadilan terhadap perempuan. Mereka berargumen bahwa Freud mengabaikan faktor sosial yang mendasari ketidaksetaraan gender, dan menggambarkan perempuan sebagai inferior atau tidak lengkap dibandingkan dengan laki-laki.
4. Kritik terhadap Teori Perkembangan Psikoseksual
John Bowlby dan Harry Harlow
John Bowlby, seorang psikolog perkembangan, mengkritik teori Freud tentang perkembangan psikoseksual, terutama yang berkaitan dengan pentingnya tahap oral, anal, dan phallic dalam perkembangan anak. Bowlby lebih menekankan peran ikatan emosional antara anak dan pengasuhnya dalam membentuk perkembangan psikologis yang sehat.
Bowlby berpendapat bahwa teori Freud tidak cukup memperhitungkan pentingnya attachment (ikatan emosional) dalam perkembangan anak, yang menurutnya jauh lebih penting dalam membentuk kepribadian daripada hanya fokus pada dorongan seksual.
Harry Harlow, dengan eksperimen pada monyet rhesus, menunjukkan bahwa kontak fisik dan perhatian emosional dari ibu lebih penting bagi perkembangan anak daripada hanya sekadar pemenuhan kebutuhan fisik seperti makan (yang diungkapkan dalam teori Freud tentang tahap oral).
5. Kritik terhadap Pandangan Freud tentang Mimpi