Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Advokat - Jurnalis

Menulis apa saja yang mungkin dan bisa untuk ditulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenal Ajaran Thomas More "Utopia"

30 November 2024   00:01 Diperbarui: 30 November 2024   00:01 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Thomas More (Wiki Quote)

Meskipun More sendiri adalah seorang Katolik yang taat, ia mengakui pentingnya toleransi sebagai cara untuk menghindari konflik. Namun, ironi muncul karena Utopia tetap tidak toleran terhadap ateisme, mencerminkan keterbatasan pandangan pada zamannya.

Gagasan toleransi beragama di Utopia menjadi inspirasi bagi pemikiran modern tentang pluralisme dan sekularisme.

5. Perang dan Imperialisme

Di Utopia, perang dianggap sebagai sesuatu yang barbar dan hanya dilakukan jika benar-benar diperlukan untuk mempertahankan diri atau membantu sekutu.

Di Utopia, perang adalah pilihan terakhir dan dilakukan dengan tujuan yang sangat terbatas, seperti melindungi negara atau membebaskan orang tertindas. Jika harus berperang, mereka lebih mengandalkan taktik cerdas, seperti menyewa tentara bayaran, daripada mengorbankan warga negara mereka sendiri.

Pada masa Thomas More, Eropa tengah dalam masa ekspansi kolonial dan perang berkepanjangan, seperti Perang Italia dan konflik antara Inggris dan Prancis. Perang ini sering kali dilakukan demi kepentingan kekuasaan atau ekonomi, tanpa memedulikan penderitaan rakyat.

More secara terselubung mengkritik imperialisme Eropa, di mana negara-negara kuat menjajah wilayah lain untuk kekayaan, dengan mengorbankan kemanusiaan dan etika. Dalam Utopia, perang dan ekspansi dianggap memalukan, sehingga bertentangan dengan praktik kolonial saat itu.

Dengan menggambarkan warga Utopia yang tidak memandang perang sebagai bentuk kebanggaan, More menyindir kebanggaan buta terhadap konflik bersenjata yang sering kali dimanfaatkan untuk kepentingan elite politik.

6. Kesombongan Elit dan Ketidakadilan

Salah satu kritik paling tajam dalam Utopia adalah terhadap kaum elit yang hidup bermewah-mewahan di atas penderitaan rakyat. Di Utopia, semua warga memiliki standar hidup yang sama, tanpa ada yang menikmati kekayaan berlebih.

Pada masa More, kesenjangan antara kaum bangsawan dan rakyat jelata sangat mencolok. Para bangsawan sering kali memperkaya diri melalui pajak yang tinggi, kerja paksa, dan eksploitasi tanah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun