Mohon tunggu...
Ruba Nurzaman
Ruba Nurzaman Mohon Tunggu... Guru - Teacher Trainer Writer

Guru MTs dan SMA Al-Mukhtariyah Rajamandala^^ Senior Trainer PT Edukasi 101^^Fasilitator MBS Tanoto Foundations^^Pengurus Ikatan Guru Indonesia Bandung Barat, Pengurus Pusat Perkumpulan Guru Madrasah Penulis (Pergumapi), Konsultan Sekolah Literasi Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Yuk, Ajak Siswa Belajar di Luar Kelas!

8 Maret 2017   11:51 Diperbarui: 9 Maret 2017   06:01 16536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siswa/i MTs Al-Mukhtariyah Rajamandala sedang melakukan kegiatan pembelajaran di luar kelas (Foto: dok Pribadi Ruba Nurzaman)

Pernah dengar  penggalan lirik lagu atau  puisi ini? “Semua orang itu guru, alam raya sekolahku”. Lirik itu memberikan pesan kepada kita baik selaku guru ataupun manusia pada umumnya, bahwa  kalau mau belajar itu tidak harus di dalam kelas. Kita bisa memanfaatkan alam raya (lingkungan sekitar) untuk dijadikan sumber dan tempat untuk belajar.

Saya sangat merasakan betapa bosannya saya dulu selama menjadi siswa mulai dari SD sampai dengan SMA tidak merasakan kegiatan pembelajaran diluar kelas selain mata pelajaran olahraga. Makanya jangan heran kalau kita survey, masih banyak siswa yang sangat menunggu mata pelajaran tersebut.  Ketika mendapat giliran jadwal pelajaran olahraga kita bisa melihat wajah anak-anak yang lebih ceria dibandingkan pada saat mengikuti pelajaran IPA maupun Matematika tahu kenapa? Karena mereka tidak seperti sedang belajar pada saat diluar kelas.

Ketika siswa kurang senang dengan mata pelajaran yang kita ampu, berarti ada masalah pada diri kita pada saat melakukan proses KBM yang kurang menyenangkan karena merasa bosan dengan metode mengajar yang kita gunakan, apalagi tidak pernah mengajak siswa untuk belajar diluar kelas.

Dalam melakukan kegiatan pendidikan menurut Prof. Yus Rusyana, bahwa dalam melakukan kegiatan pendidikan itu harus mencakup kegiatan berbahasa, kegiatan mengindera, kegiatan rohani dan kegiatan jasmani.

Dalam satu proses pembelajaran sebetulnya kita bisa melakukan keempat kegiatan tersebut diatas secara bersamaan. Misalnya kita akan memfasilitasi siswa mempelajari tentang pertumbuhan dan perkembangan, maka ajaklah siswa ke jaln-jalan ke kebun terdekat yang ada disekitar sekolah. Sebelum perjalanan dimulai, perintahkan kepada anak untuk mengamati semua jenis tumbuhan yang ditemui selama diperjalanan, apabila menemui petani sedang bekerja di ladang, suruhlah anak untuk  mengamati apa yang sedang dikerjakan dan  lakukanlah sedikt wawancara tanpa mengganggu pekerjaannya tanyakanlah bagaimana proses penanaman tumbuhan mulai dari menyemai sampai dengan panen dan catatlah.

Ajaklah mereka untuk memanfaatkan semua panca inderanya, merasakan sejuknya udara  disekitar sekolah, melihat pemandangan yang begitu indah di luar kelas  yang terasa sumpek,  mendengarkan suara burung-burung yang bernyanyi, menghirup  udara segar, dan merasakan manisnya segelas susu. Ajaklah mereka untuk berfikir dan merasakan fenomena alam, berimajinasi dan bangkitkan rasa ingin tahunya dengan menyuruh melakukan kajian literasi di perpustakaan ataupun melalui internet kemudian catalah. Kemudian lanjutkan pada pertemuan berikutnya untuk bisa menerapkan apa yang sudah mereka pelajari dari hasil perjalanan tadi.

Dari satu kegiatan diatas secara tidak sadar anak sudah melakukan keempat kegiatan pendidikan. Kegiatan berbahasa dengan melakukan wawancara, menyimak, menulis dan membaca. Kegiatan mengindera pada saat melakukan proses pengamatan dengan cara melihat, lalu mendengarkan apa yang disampaikan petani yang ditemui, merasakan sejuknya udara merasakan dengan kulit serta menghirup udara segar. Kegiatan rohani dengan mengajak siswa untuk berfikir, merasakan dengan hati,berimajinasi dan rasa ingin tahu.

 Sedangkan kegiatan jasmaninya sudah jelas, pada saat mengunjungi kebun disekitar sekolah tentu saja anak akan menggerakkan anggota tubuhnya baik itu kaki dengan berjalan maupun tangan pada saat menulis, menggerakkan paru-paru pada saat menghirup udara segar, jantung yang berdetak lebih kencang dan lain sebagainya.

Keempat kegiatan tersebut tentulah harus disesuaikan dengan harmoni/keadaan. Baik itu alam fisik yang meliputi tanah, air, udara, cahaya dan yang lainnya. Alam Hayati meliputi tumbuhan dan binatang. Masyarakat meliputi pencaharian, peralatan hidup dan teknologi, organisasi sosial, pengetahuan, kesenian dan bahasa. Dan yang tidak boleh dilupakan adalah kehidupan beragama.

Kegiatan pendidikan maupun harmoni yang harus dijalankan itu tentu memiliki tujuan untuk bisa memahami tujuan dengan cerdas, berbuat lebih giat, menjadi pribadi yang mulia, mampu bergaul dalam rukun sejahtera dan tentunya yang utama adalah menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa.

Kembali pada proses pembelajaran diluar kelas, saya mencontohkan kegiatan pembelajaran pada materi pertumbuhan dan perkembangan, setelah melakukan hal diatas dilanjutkan dengan anak melakukan sendiri menanam persemaian mulai dari mencari tanah yang cocok, melakukan pemupukan dan penanaman benih. Yang kami lakukan adalah membuat persemaian tumbuhan berkayu sejenis albasiah, dan mahoni juga beberapa jenis buah-buahan. 

Kegiatan ini dilakukan sambil bekerjasama dengan dinas kehutanan untuk project reboisasi disekitar bantaran sungai Citarum dan lahan kosong yang tidak termanfaatkan sebelumnya. Selain belajar mengenai persemaian juga untuk menumbuhkan bentuk kepedulian sosial kepada alam. Kegiatan inipun bisa menjadi bahan untuk penelitian siswa mengenai pengaruh jenis pupuk, jumlah pupuk, pola penyiraman ataupun jenis tanah yang digunakan terhadap pertumbuhan tanaman.

Ketika tanaman sudah mulai tumbuh mereka terlihat bahagia
Ketika tanaman sudah mulai tumbuh mereka terlihat bahagia
Pembelajaran di luar kelas bukan hanya bisa dilakukan pada mata pelajaran IPA atau Biologi saja, saya memberikan ilustrasi diatas, karena memang saya guru IPA. Untuk mata pelajaran IPS atau ekonomi misalnya, kita bisa mengajak siswa untuk pergi ke pasar dan belajar bagaimana proses interkasi antara pedagang dan penjual, bagaimana sistem jual beli yang dilakukan, bagaimana peredaran uang di pasar dan lain sebagainya. 

Untuk mata pelajaran Matematika kita bisa menyuruh siswa untuk menghitung tinggi pohon atau tiang listrik tanpa harus memanjat dengan menggunakan kosnsep kesebangunan cukup mengukur bayangan dari benda. Guru mata pelajaran PAI bisa mengajak siswa untuk belajar di Masjid, siswa diajak ikut menshalatkan jenazah ketika ada warga yang meniggal di lingkungan sekolah. Itulah yang sering kita sebut pembelajaran kontekstual, atau kalau meminjam bahasa Prof Yus Rusyana dikenal dengan istilah pembelajaran berlingkung. 

Ada beberapa manfaat yang bisa diperoleh dari kegiatan pembelajaran di luar kelas (outdoor study) dan memilki kelebihan yang mendukung pada pembelajaran siswa, di antaranya sebagai berikut:

  1. Mendorong motivasi belajar siswa, karena menggunakan setting alam terbuka sebagai sarana kelas, untuk memberikan dukungan proses pembelajaran secara menyeluruh yang dapat menambah aspek kegembiraan dan kesenangan.
  2. Guru mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan karena dapat berekspolarasi menciptakan suasana belajar seperti bermain.
  3. Pada pembelajaran di luar kelas siswa menggunakan media pembelajaran yang kongkrit dan memahami lingkungan yang ada disekitarnya. Pada saat pembelajaran digunakan media yang sesuai dengan situasi kenyataannya, yakni berbagai permainan anak seperti seluncuran, ayunan, jungkat-jungkit dan lain-lain.
  4. Mengasah aktivitas fisik dan kreativitas siswa karena menggunakan strategi belajar sambil melakukan atau mempraktekan sesuai dengan penugasan. Selain memiliki kelebihan, pendekatan di luar kelas sebagai pendekatan pembelajaran juga memiliki kelemahan: memerlukan perhatian yang ekstra dari guru pada saat pembelajaran karena menggunakan media yang sesuai dengan kenyataannya di arena bermain anak yang dapat memungkinkan anak keterusan bermain di tempat tersebut.

Pembelajaran di luar kelas (outdoor study) merupakan pembelajaran yang dilakukan di luar ruang kelas atau di luar gedung sekolah, atau berada di alam bebas, seperti: bermain di lingkungan sekitar sekolah, di taman, atau di perkampungan masyarakat sekitar sehingga diperoleh pengetahuan dan nilai-nilai yang berkaitan dengan aktivitas hasil belajar terhadap materi yang disampaikan di luar kelas.

Dengan kegiatan diluar sekolah, siswa memilki peluang untuk menguasai kemampuan dasar kehidupan sehari-hari. Siswa juga diajak untuk menjaga dan menghargai hal yang ada di alam maupun kehidupan sosial dan memahami posisi manusia di alam semesta.

Ketika melakukan proses pembelajaran diluar kelas akan terlihat wajah-wajah penuh kegembiraan, meskipun badan ataupun baju mereka menjadi sedikit kotor, mereka akang senang, karena tidak merasa sedang belajar yang notabene harus bergulat dengan buku dan ballpoint serta papan tulis dan hanya mendegarkan celotehan guru. 

Sepertinya memang tidak terlihat seperti sedang belajar tapi justru disitulah sebenar-benarnya belajar. Ketika mereka awali kegiatan dengan mengamati petani yang sedang berkebun, kemudian melakukan wawancara, lalu mencari informasi di perpustakaan dan internet, melakukan penanamn sendiri dan melakukan analisis terhadap tanamannya apabila ada keganjilan sehingga mampu membuat sebuah kesimpulan dan melakukan komunikasi melalui presentasi didepan kelas, sebetulnya mereka sudah melakukan proses pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum yang terbaru untuk saat ini, yakni kurikulum 2013.

Konsep kegiatan belajar- mengajar di luar kelas

Kegiatan belajar-mengajar diluar kelas tidak boleh dilakukan secara sembarangan. Pengajaran harus tetap memiliki konsep kegiatan yang jelas, sehingga dapat menjadi acuan utama bagi seorang guru yang mengajar anak diluar kelass. Setidaknya perlu memuat enam konsep utama yaitu :

Konsep proses belajar

Makna dari konssep proses belajar adalah bahwa kegiata belajar-mengajar diluar kelas didasarkan pada proses belajar interdisiliner melalui satu seri aktivitas yang dirancang untuk dilakukan diluar kelas.

Konsep aktivitas luar kelas

Konsep ini memberikan banyak kesempatan bagi anak untuk memperoleh dan menguasai beragam bentuk keterampilan dasar, sikap, serta apresiasi terhadap berbagai hal yang ada di alam dan kehidupan sosial, seperti berkemah dan outbond.

Konsep lingkungan

Konsep lingkungan merujuk pada eksplorasi ekologi sebagai andalan makhluk hidup yang saling bergantung antara satu dengan yang lainnya. Dari konsep inilah, anak dapat memahami arti penting lingkungan hidup.

Konsep penelitian

Konsep inilah yang sangat membedakan antara belajar didalam kelas dan belajar diluar kelas. Penekanan dalam konsep ini adalah agar seorang guru dapat memunculkan nalar penelitian (reseach) dalam kegiatan belajarnya diluar kelas.

Konsep eksperimentasi

Melalui eksperimen, anak dapat menemukan indikasi konkrit bahwa segala yang mereka dapat diluar sekolah sesuai dengan yang mereka pahami di dalam buku.

Konsep kekeluargaan

Kegiatan belajar-mengajar diluar kelas harus dilaksanakan secara kekeluargaan. Hubungan anak dan guru mesti berjalan secara kekeluargaan, tidak seperti waktu di dalam kelas yang cenderung lebih baku.

Kelemahan pembelajaran di luar kelas


 Meski memberi banyak kelebihan yang bisa didapatkan bagi guru ataupun murid, namun pembelajaran yang dilakukan di luar kelas, juga memiliki kelemahan.


 Pertama, peserta didik menjadi kurang fokus. Hal ini disebabkan oleh banyaknya objek liar yang bisa menarik perhatian mereka secara berlebih dibandingkan dengan objek di dalam kelas yang terbatas.


 Kedua, pengolaan siswa yang menjadi lebih sulit. Hal ini bisa terjadi karena fokus siswa yang menjadi terpecah. Berada di luar tentu membuat mereka bisa secara lebih bebas mengeksplore lingkungan luar sehingga perhatian pada guru akan terpecah.


 Ketiga, waktu lebih banyak tersita. Jika didalam kelas, waktu pembelajaran bisa lebih terstruktur sementara di luar kelas, waktunya bisa bertambah menjadi lebih lama.


 Keempat, munculnya minat siswa yang semu. Kondisi ini bisa terjadi karena ada beberapa objek di luar yang membuat siswa lebih merasa tertarik dibandingkan dengan pelajaran yang disampaikan oleh guru.


 Kelima, guru yang membimbing harus lebih lebih intensif kala mengajar. Saat peserta didik timbul keinginan terhadap objek lain, maka guru harus memberikan bimbingan yang lebih supaya siswa bisa kembali fokus ke pembelajaran.


 Keenam, pembelajaran akan terpecah saat ada siswa lain atau kelompok lain di lingkungan tempat belajar. Ketika proses pembelajaran dilakukan di luar, tekadang ada siswa lain atau mungkin kelompok lain yang berada di tempat yang sama. Hal ini membuat siswa terpecah kosentrasinya sehingga materi ajar yang disampaikan oleh guru tidak sepenuhnya diserap oleh peserta didik.


 Dengan banyaknya manfaat belajar di luar ruangan, ada baiknya jika para guru sesekali melakukan pembelajaran di luar ruangan. Hal ini berguna untuk menambah wawasan siswa sekaligus menghindarkan siswa dari rasa bosan belajar di dalam kelas. Hal yang perlu diperhatikan adalah untuk bisa menguasai keadaan supaya siswa tidak terpengaruh dengan kondisi luar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun