“ Karena itu kamu harus yakin, semuanya akan berhasil, kalau ada tekad dan kerja keras”
Mama tersenyum sembari meletakkan sepiring kue brownis hangat dan secangkie susu
“ Sekarang sayang, kamu cicipin kue Mama dulu baru terusin belajar yah…Mama yakin .kamu pasti bisa!”
Mama berlalu menuju dapur. Sandi masih tercenung dengan kerisauannya
“ Tapi, aku benci dengan Bu Flora…aku benci dengan cara dia mengajar”….Bisik anak itu perlahan. “Mama mungkin dapat guru yang terbaik, tapi aku….Aku….”Sandi melamun lagi
Cukup lama bocah pendiam itu tercenung sambil mengunyah brownis bikinan Mama. Akhirnya Sandi membuka tas, membuka buku matematika, kesukaannya. Ia menyingkirkan semua buku seni suara, dan mulai tenggelam dalam pelajaran berhitung,
Hari Jumat yang ditakutipun datang. Sedari pagi Sandi masih bermalasan di tempat tidur .
“Sandi, udah jam enam !”Suara Mama yang lembut membujuk dia. “Mandi ya sayang, nanti kamu terlambat”
“Ya, Mam, sebentar lagi” Sandi berjalan gontai dari tempat tidur. Langkahnya seakan berat menuju kamar mandi. Mama tersenyum memberikan sehelai handuk.
Ayo dong…kamu kan sudah gede…semangat yah belajar
Sandi mengangguk pelan tapi jauh di dalam lubuk hatinya ia kesal membayangkan hari itu. Baginya hari Jumat hari yang berat luar biasa.